TintaSiyasi.id -- Dalam kehidupan ini, dua hal yang paling berharga dan disia-siakan oleh manusia adalah waktu dan rezeki. Rasulullah Saw. bersabda:
“Ada dua nikmat yang banyak manusia tertipu di dalamnya: nikmat sehat dan waktu luang.”
(HR. Bukhari).
Kecerdasan seorang mukmin bukan hanya diukur dari kepintaran akal, tetapi dari kemampuan mengelola waktu dan rezekinya dengan amanah dan efisien demi mencapai ridha Allah dan keberkahan hidup.
1. Waktu: Amanah yang Tidak Bisa Diulang
Setiap detik kehidupan adalah titipan Allah yang tidak akan pernah kembali. Allah Swt. berfirman:
وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ
“Demi masa, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian.”
(QS. Al-‘Ashr: 1–2).
Waktu adalah ujian tentang bagaimana seseorang memanfaatkannya untuk kebaikan. Orang yang cerdas dalam waktu akan:
Menyusun prioritas amalnya antara dunia dan akhirat.
Menghindari penundaan (prokrastinasi) dan kelalaian.
Mengisi waktunya dengan hal-hal produktif: belajar, bekerja, berdakwah, dan beribadah.
Kata Hasan al-Bashri:
“Wahai anak Adam, sesungguhnya engkau hanyalah kumpulan hari. Bila satu harimu pergi, maka sebagian dari dirimu telah hilang.”
Maka, gunakan waktu pagi untuk menjemput rahmat Allah, waktu siang untuk bekerja keras, dan waktu malam untuk bermunajat kepada-Nya.
Rezeki: Ujian, Amanah, dan Jalan Keberkahan
Rezeki tidak sekadar uang atau harta. Ia meliputi kesehatan, ilmu, teman yang baik, dan ketenangan hati.
Allah Swt. berfirman:
وَمَا مِن دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا
“Tidak ada satu makhluk melata pun di bumi ini melainkan Allah yang menjamin rezekinya.”
(QS. Hud: 6).
Cerdas dalam rezeki berarti menyadari bahwa rezeki bukan hanya untuk dikumpulkan, tetapi untuk dimanfaatkan dan disucikan.
Rezeki yang halal akan menumbuhkan keberkahan.
Rezeki yang dibagi lewat zakat, infak, dan sedekah akan bertambah dan membersihkan jiwa.
Rezeki yang disyukuri akan dilipatgandakan oleh Allah Swt.
لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ
“Jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu.”
(QS. Ibrahim: 7).
3. Keseimbangan antara Waktu dan Rezeki
Sebagian orang sibuk mengejar rezeki hingga kehilangan waktu untuk keluarga dan ibadah. Sebagian lain menyiakan waktu dengan alasan zuhud, padahal Islam mengajarkan keseimbangan.
Rasulullah Saw. adalah teladan terbaik. Beliau bekerja, berdakwah, mendidik sahabat, berkeluarga, dan tetap beribadah dengan khusyuk.
Inilah kecerdasan spiritual dan manajerial dalam hidup.
4. Kiat Cerdas Mengelola Waktu dan Rezeki
1. Mulai hari dengan niat dan doa.
Niatkan semua aktivitas sebagai ibadah.
2. Gunakan prinsip prioritas (Al-Awlawiyyāt).
Dahulukan yang wajib dan bermanfaat luas.
3. Catat dan evaluasi waktu harian.
Hindari kesia-siaan, batasi media sosial.
4. Cari rezeki yang halal dan berkah.
Jangan tergoda dengan hasil instan yang batil.
5. Gunakan rezeki untuk kemaslahatan.
Investasikan pada amal jariyah, pendidikan, dan dakwah.
6. Syukuri setiap nikmat sekecil apa pun.
Karena syukur membuka pintu keberkahan yang lebih besar.
Penutup
Cerdas dalam hidup bukan hanya soal berpikir cepat, tetapi berpikir benar dan bertindak dengan nilai-nilai iman.
Waktu adalah ladang amal. Rezeki adalah benih kebaikan. Apabila keduanya dikelola dengan hikmah, maka hidup akan penuh berkah dan bermakna.
“Gunakan lima perkara sebelum datang lima perkara: masa mudamu sebelum tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, luangmu sebelum sibukmu, hidupmu sebelum matimu.”
(HR. al-Hakim).
Dr. Nasrul Syarif, M.Si
Penulis Buku, Dosen, Konsultan Pengembangan SDM, Trainer Nasional Quantum Spirit, Coach Pengusaha Muslim