Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Iman, Takwa, Malu, dan Ilmu: Jalan Lurus Menuju Ketenangan Jiwa

Senin, 01 September 2025 | 18:41 WIB Last Updated 2025-09-01T11:41:34Z

TintaSiyasi.id -- Dalam perjalanan kehidupan, setiap manusia selalu mencari pegangan yang kokoh agar tidak terombang-ambing oleh arus dunia. Islam hadir sebagai cahaya yang membimbing kita menuju keselamatan dunia dan akhirat. Salah satu hikmah indah yang sering kita dengar adalah:
“Iman itu tidak berpakaian. Pakaiannya ialah Takwa. Perhiasannya adalah Malu. dan buahnya ialah Ilmu.”

Walaupun kalimat ini bukan hadis yang shahih, tetapi maknanya sejalan dengan ajaran Rasulullah Saw. dan nilai-nilai Al-Qur’an. Mari kita renungi kandungan hikmah ini sebagai pelajaran hidup.

1. Iman Itu Tidak Berpakaian
Iman adalah keyakinan yang bersemayam di dalam hati. Ia adalah fondasi spiritual yang tidak tampak oleh mata. Rasulullah Saw. bersabda:
“Ketahuilah bahwa di dalam jasad ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh jasad; jika ia rusak, maka rusaklah seluruh jasad. Ketahuilah, itu adalah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Iman bukan sekadar ucapan di lisan atau simbol lahiriah. Ia adalah cahaya yang menghidupkan hati, yang kemudian tercermin dalam amal, oleh karena itu, iman ibarat tubuh tanpa pakaian, masih rapuh, belum terlindungi, dan belum terlihat indah sebelum ia diselimuti oleh takwa.

2. Pakaiannya adalah Takwa
Allah Swt. berfirman:
“Dan pakaian takwa itulah yang paling baik.” (QS. Al-A‘raf: 26).
Takwa adalah perisai yang melindungi iman dari noda dosa. Ia bukan sekadar takut kepada Allah, tetapi juga kesadaran penuh bahwa Allah selalu mengawasi. Dalam takwa terkandung ketaatan, kesungguhan beribadah, kesabaran, dan keteguhan untuk menjauhi larangan-Nya.
Seperti pakaian yang menjaga tubuh dari panas dan dingin, takwa menjaga iman dari fitnah dunia dan godaan syahwat.

3. Perhiasannya adalah Malu
Rasulullah Saw. bersabda:
“Malu itu adalah cabang dari iman.” 
(HR. Bukhari dan Muslim).
Malu adalah perhiasan jiwa. Ia membuat seorang mukmin tampak indah, anggun, dan terhormat. Malu bukan berarti lemah atau minder, melainkan kesadaran tinggi untuk tidak melakukan hal yang dilarang Allah, meskipun dalam keadaan sepi.

Imam Ibnul Qayyim berkata:
"Malu adalah akhlak yang paling mulia. Dari rasa malu lahir semua kebaikan.”
Maka, jika iman dihiasi dengan rasa malu, seorang hamba akan menjaga pandangan, lisan, perbuatan, dan hatinya.

4. Buahnya adalah Ilmu
Dari iman yang kokoh, takwa yang terjaga, dan malu yang menghiasi, akan lahirlah buah ilmu. Allah Swt. berfirman:
“Dan bertakwalah kepada Allah, niscaya Allah akan mengajarkan ilmu kepadamu.” 
(QS. Al-Baqarah: 282).

Ilmu adalah cahaya yang menuntun langkah seorang mukmin. Tanpa ilmu, iman bisa tersesat, takwa bisa salah arah, dan malu bisa menjadi kelemahan yang disalahpahami.
Rasulullah Saw. bersabda:
“Barang siapa Allah kehendaki kebaikan, maka Allah akan pahamkan dia dalam agama.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ilmu bukan hanya untuk memperbanyak pengetahuan, tetapi untuk diamalkan, membawa manfaat, dan menuntun manusia ke jalan kebenaran.

5. Refleksi Kehidupan
Hikmah ini mengajarkan kepada kita urutan yang sangat indah:
• Iman adalah pondasi
• Takwa adalah pelindung
• Malu adalah perhiasan
• Ilmu adalah buah
Tanpa iman, semua kehilangan makna. Tanpa takwa, iman mudah runtuh. Tanpa malu, iman tampak kusam. Dan tanpa ilmu, iman tidak berbuah.

6. Tips Praktis untuk Menghidupkan Hikmah Ini
Agar hikmah ini tidak hanya indah dalam kata-kata, kita bisa mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari:
1. Jaga iman dengan dzikir dan doa. Mulailah hari dengan kalimat La ilaha illallah dan tutup dengan istighfar.
2. Perkuat takwa dengan amal kecil yang konsisten. Lebih baik shalat sunnah 2 rakaat setiap hari dengan istiqamah daripada banyak tetapi jarang.
3. Hiasi diri dengan malu. Tahan pandangan dari yang haram, jaga lisan dari ghibah, dan malu kepada Allah meskipun sendirian.
4. Tumbuhkan ilmu. Sediakan waktu setiap hari untuk membaca Al-Qur’an, kitab, atau mendengarkan kajian.

Penutup
Hidup yang penuh iman, takwa, malu, dan ilmu akan melahirkan pribadi yang kuat, mulia, dan bermanfaat. Seperti pohon yang akarnya menghujam ke bumi dan buahnya memberi kehidupan, demikianlah seorang mukmin yang menjadikan hikmah ini sebagai pedoman.

Semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang beriman, bertakwa, berhias malu, dan berbuah ilmu, sehingga hidup kita benar-benar menjadi cahaya bagi diri sendiri dan umat.

Dr. Nasrul Syarif, M.Si.  
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana  UIT Lirboyo

Opini

×
Berita Terbaru Update