TintaSiyasi.id -- Dalam perjalanan sejarah umat Islam, perpecahan sering kali terjadi bukan karena perbedaan prinsip, melainkan karena gagal mengelola perbedaan secara bijaksana. Padahal, Islam adalah agama yang diturunkan untuk menyatukan hati, menyuburkan cinta, dan menumbuhkan ukhuwah di tengah keragaman.
Hari ini, umat Islam menghadapi tantangan besar yang tak selalu datang dari luar. Justru, bahaya yang paling mengancam adalah upaya sistematis untuk memecah belah umat dari dalam, khususnya melalui adu domba antar ormas, lembaga, dan kelompok Islam.
1. Mengapa Adu Domba Itu Berbahaya?
Adu domba adalah strategi lama musuh Islam yang terus diperbarui dengan kemasan baru. Mereka menyusup ke dalam celah perbedaan pandangan fiqhiyah, metode dakwah, bahkan gaya berorganisasi. Tujuannya sederhana: melemahkan kekuatan umat Islam, menghancurkan solidaritas internal, dan membuat energi kaum Muslimin habis hanya untuk berdebat dan mencurigai satu sama lain.
Rasulullah Saw. mengingatkan dalam sabdanya:
“Jangan saling mendengki, saling membenci, saling membelakangi, dan jangan menjual atas jualan saudaramu. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (HR. Muslim).
2. Perbedaan Itu Sunatullah, Bukan Alasan untuk Pecah
Perbedaan adalah keniscayaan. Bahkan, di zaman para sahabat, perbedaan pendapat terjadi, tetapi tidak menghilangkan rasa saling hormat dan cinta. Imam Syafi’i pernah berkata:
“Pendapatku benar, tetapi mungkin salah. Pendapat orang lain salah, tetapi mungkin benar.”
Perbedaan ormas dan madzhab di tubuh umat Islam seharusnya menjadi kekayaan yang dirawat dengan hikmah, bukan dijadikan senjata untuk mencela dan mengklaim kebenaran mutlak. Allah berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara, maka damaikanlah antara kedua saudaramu itu dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.”
(QS. Al-Hujurat: 10).
3. Musuh Senang Jika Kita Saling Lempar Fitnah
Setiap kali umat Islam saling mencela, menjatuhkan, dan memfitnah atas nama kebenaran, saat itulah musuh-musuh Islam bersorak. Mereka tidak perlu bekerja keras karena umat Islam sedang sibuk saling melemahkan. Padahal, Islam telah melarang keras ghibah, fitnah, dan prasangka buruk:
“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, karena sebagian prasangka itu dosa. Dan jangan mencari-cari kesalahan orang lain dan jangan ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain.”
(QS. Al-Hujurat: 12).
4. Membangun Kesadaran Ukhuwah Islamiyyah
Kita perlu kembali menanamkan dalam hati bahwa sesama Muslim adalah saudara seiman, walaupun berbeda dalam metode dakwah, pendekatan sosial, maupun bentuk organisasinya. Selama aqidahnya lurus, shalatnya benar, dan komitmennya kepada Islam nyata, ia adalah bagian dari keluarga besar umat ini.
Mari kita jaga adab berdialog, rendah hati dalam menyampaikan pendapat, dan tidak tergesa menuduh sesat hanya karena berbeda cara.
5. Satukan Visi, Perkuat Kolaborasi
Umat Islam harus cerdas melihat tantangan zaman. Persatuan bukan berarti seragam, tetapi satu arah dalam misi membangun peradaban Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Perbedaan bisa dijembatani dengan komunikasi yang baik, saling silaturahim antar pimpinan ormas, serta kolaborasi dalam program-program kemaslahatan umat.
Kita butuh lebih banyak jembatan ukhuwah, bukan tembok fanatisme kelompok. Kita butuh energi kolaborasi, bukan kompetisi internal yang tidak sehat.
Penutup: Mari Menjadi Umat yang Kuat dan Dewasa
Umat yang dewasa adalah umat yang tidak mudah diadu domba. Ia tahu mana kritik yang membangun dan mana yang berbahaya. Ia mampu memilah perbedaan yang pantas dihormati dan mana yang harus disikapi tegas, tetapi santun.
Mari kita jaga lisan, perkuat ukhuwah, dan fokus membangun umat dalam cinta, ilmu, dan amal.
Jangan biarkan kita menjadi umat yang besar dalam jumlah, tetapi lemah karena tercerai-berai.
“Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu; dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
(QS. Al-Anfal: 46).
Semoga Allah menjaga umat Islam dari perpecahan, dan mempersatukan hati-hati kita di atas iman, ilmu, dan perjuangan yang penuh keikhlasan.
Dr. Nasyrul Syarif, M.Si.
Sekjen Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa