TintaSiyasi.id -- Dakwah bukan sekadar menyampaikan. Dakwah adalah membangun kesadaran, menyalakan harapan, dan mengubah hati manusia dari kegelapan menuju cahaya. Dan tidak ada teladan dakwah yang lebih sempurna daripada Rasulullah Muhammad Saw., manusia pilihan yang mengubah wajah dunia, bukan dengan kekerasan, tetapi dengan hikmah, cinta, dan keteguhan jiwa.
1. Dakwah Rasulullah Dimulai dari Rumah
Tahapan dakwah Rasulullah Saw. bukan revolusi instan. Beliau memulai dari lingkaran paling dekat. Dalam fase sirriyah (dakwah sembunyi-sembunyi), Rasulullah tidak mengadakan kampanye akbar, tidak meneriakkan kebenaran di jalan-jalan, melainkan menanamkan iman perlahan, mendalam, dan personal.
Beliau mendakwahi:
• Istrinya, Khadijah binti Khuwailid, wanita pertama yang memeluk Islam.
• Sahabatnya, Abu Bakar As-Siddiq, yang kemudian menjadi jembatan keislaman banyak sahabat besar.
• Anak angkatnya, Zaid bin Haritsah, dan keponakannya Ali bin Abi Thalib.
Hikmah: Perubahan besar dimulai dari dalam rumah. Sebelum membentuk masyarakat yang islami, bangun dulu keluarga yang kokoh iman dan akhlaknya.
2. Dari Sembunyi ke Terang: Dakwah Terbuka dan Penolakan Kaum Quraisy
Setelah tiga tahun, turun perintah:
“Maka sampaikanlah secara terang-terangan apa yang diperintahkan kepadamu...” (QS. Al-Hijr: 94).
Maka Rasulullah naik ke Bukit Shafa, menyeru kaumnya. Tapi apa yang beliau dapat? Cemoohan, pengingkaran. Bahkan pamannya sendiri, Abu Lahab, berkata dengan penuh hinaan:
“Celakalah engkau! Apakah hanya untuk ini engkau mengumpulkan kami?”
Sejak saat itu, ujian demi ujian datang. Kaum Quraisy melancarkan boikot, intimidasi, bahkan penyiksaan kepada para sahabat. Tetapi Rasulullah tidak membalas dengan kekerasan. Beliau sabar, tegar, dan konsisten menyampaikan kebenaran.
Hikmah: Jalan dakwah bukan jalan bunga, tetapi jalan duri. Jangan mengharap pujian. Persiapkan hati untuk diuji, sebab dakwah adalah tentang kesetiaan kepada kebenaran, bukan popularitas.
3. Dakwah dengan Hikmah dan Keteladanan
Rasulullah tidak hanya berbicara, beliau menjadi contoh hidup dari apa yang beliau dakwahkan. Beliau memaafkan, menolong, mengasihi bahkan musuh-musuhnya.
Ketika seorang wanita tua melempari beliau dengan kotoran setiap hari, Rasulullah tidak membalas, tetapi saat wanita itu sakit, Rasulullah menjenguknya. Ia pun akhirnya masuk Islam.
“Dan sungguh, engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam: 4).
Hikmah: Dalam dakwah, akhlak lebih kuat dari kata-kata. Satu tindakan tulus kadang lebih menyentuh hati manusia dibanding seribu ceramah.
4. Fase Hijrah: Dakwah yang Terorganisir dan Strategis
Ketika dakwah di Mekah mencapai titik genting, Allah perintahkan Rasul untuk hijrah ke Madinah. Namun, hijrah bukan lari. Hijrah adalah strategi dakwah, pemindahan medan perjuangan demi kelangsungan risalah.
Di Madinah, dakwah berkembang lebih sistematis:
• Rasul membangun Masjid Nabawi: pusat ibadah, pendidikan, dan kebijakan umat.
• Rasul mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar, menanamkan nilai ukhuwah di atas dasar keimanan, bukan kesukuan.
• Rasul membangun Piagam Madinah, sebagai konstitusi yang mengatur hubungan antar umat beragama secara adil.
Hikmah: Dakwah tidak cukup dengan semangat. Ia perlu perencanaan, kepemimpinan, dan institusi. Rasul tidak hanya mengubah jiwa, tetapi juga mengubah sistem masyarakat.
5. Puncak Dakwah: Fathu Makkah dan Rahmat Bagi Alam
Ketika Rasul kembali ke Makkah dalam peristiwa Fathu Makkah, beliau masuk bukan sebagai penakluk yang membalas dendam, tetapi sebagai pembawa ampunan.
Beliau berseru kepada kaum Quraisy:
“Pergilah kalian, kalian semua bebas.”
Tidak ada pembalasan, tidak ada kekejaman. Yang ada hanyalah ampunan dan kasih sayang. Inilah dakwah. Bukan menundukkan orang dengan kekuatan, tetapi menaklukkan hati dengan kelembutan.
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiya’: 107).
Refleksi: Menghidupkan Jalan Dakwah Rasul dalam Hidup Kita
Wahai jiwa-jiwa pejuang kebaikan…
Apakah engkau sedang berdakwah hari ini?
Bukan hanya di mimbar, bukan hanya dengan ceramah, tetapi lewat lisanmu di rumah, lewat sabarmu di tempat kerja, lewat akhlakmu di media sosial.
Dakwah adalah jalan hidup, bukan profesi, tetapi identitas, bukan proyek sesaat, tetapi misi seumur hidup.
Dakwah Rasulullah adalah jalan:
• Cinta dan kesabaran, bukan kebencian
• Ilmu dan hikmah, bukan emosi
• Keteladanan dan konsistensi, bukan sensasi
• Teguh prinsip, fleksibel strategi
Penutup: Menjadi Bagian dari Rantai Dakwah Rasulullah SAW
Rasulullah Saw. telah mengemban tugas terberat dalam sejarah manusia. Mengubah peradaban, tetapi beliau telah menyelesaikannya dengan gemilang. Kini, tugas itu diwariskan kepada kita.
“Sampaikan dariku walau satu ayat.” (HR. Bukhari)
Maka jadilah engkau mata rantai yang tidak putus dalam estafet cahaya ini.
Jangan malu menjadi da'i. Jangan takut menyampaikan kebenaran.
Jika Rasul sanggup menghadapi seluruh dunia, mengapa kita gentar hanya karena segelintir celaan?
Mari kita hidupkan dakwah Rasul. Di rumah, di sekolah, di kantor, di dunia nyata maupun digital, karena ketika kita mengikuti jejak dakwah Rasulullah, kita tidak sekadar mengubah dunia… tetapi juga sedang menyelamatkan akhirat.
Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo