Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Indonesia Memiliki Kartu As Melawan Krisis Iklim

Jumat, 11 Juli 2025 | 17:25 WIB Last Updated 2025-07-11T10:25:29Z

TintaSiyasi.id -- Analis Pusat Kajian dan Analisa Data Fajar Kurniawan, mengatakan, Indonesia memiliki kartu AS melawan krisis iklim. 

"Indonesia memiliki kartu AS melawan krisis iklim dan itu bukan suatu teknologi yang mahal atau mesin yang canggih tetapi alam kita sendiri yaitu mangrove dan gambut," ungkapnya di akun TikTok fajar.pkad, Kamis (10/7/2025).

Ia mengutip pernyataan Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisal Nurofik yang mengatakan mangrove dan gambut kunci utama Indonesia untuk menurunkan emisi karbon. Karena dua ekosistem ini bisa menyerap karbon dalam jumlah gila-gilaan.

"Gampangnya mereka itu seperti penyedot debu untuk polusi karbon di udara, dan kita punya banyak banget potensi ini, Indonesia memiliki 3,4 juta hektar hutan mangrove dan 13,4 juta hektar lahan gambut kalau bisa dimanfaatkan dan diduduki dengan benar ini bisa menjadi game changer dalam perjuangan kita melawan perubahan iklim," paparnya.

Tetapi lebih dari 40 persen hutan mangrove Indonesia rusak dalam 20 tahun terkahir dan itu kata Fajar, setara dengan sekitar 52 ribu hektar mangrove yang hilang tiap tahun. Kerusakan ini melepaskan sekitar 180 juta ton emisi C0² evuivalent ke atmosfer. 

Ia mengungkapkan studi terbaru yang dirilis awal tahun menyebutkan konservasi dan restorasi mangrove serta gambut di Asia Tenggara termasuk Indonesia bisa memangkas emisi karbon sampai 770 juta ton C0² evuivalent per tahun. Yakni setara dengan hampir semua emisi tahunan dari negara seperti Jerman. 

"Artinya kita enggak perlu menunggu teknologi masa depan buat menyelamatkan bumi, solusinya sudah ada di depan mata tinggal kita rawat dan kabar baiknya restorasi itu bisa berhasil kalau dilakukan serius dan konsisten," tegasnya.

Ia menyebutkan, di Kupang NTT reforestasi mangrove selama 20 tahun membuat hutan mangrove di sana bisa menyerap rata-rata 454 ton karbon per hektar.

"Bayangin kalau skema kayak itu diterapkan secara nasional bukan cuma penyelamatan lingkungan tetapi kita juga bisa buka peluang ekonomi baru dari blue karbon market alias pasar karbon biru," ujarnya. 

Oleh karenanya, ia mengajak masyarakat bukan menjadi penonton, tetapi menjaga mangrove dan gambut, bukan cuma urusan pemerintahan tetapi tetapi tanggung jawab bersama. Bisa dimulai dari hal kecil seperti kampanye, edukasi teman sekitar sampai mendukung kebijakan yang pro lingkungan. Karena masa depan bumi dan masa depan manusia bergantung pada langkah yang diambil hari ini.[] Alfia Purwanti

Opini

×
Berita Terbaru Update