Tintasiyasi.ID-- “Carilah ilmu, kemudian sibuklah beramal dengan ikhlas. Jika tidak, tidak ada kesuksesan bagimu.”
— Sayyid Abdul Qadir al-Jailani
Mukadimah: Jalan Kesuksesan yang Dilupakan.
Di tengah hiruk pikuk zaman, banyak orang berlari mengejar kesuksesan duniawi—harta, jabatan, popularitas—namun lupa bahwa semua itu adalah fatamorgana bila tidak dibangun di atas fondasi spiritual yang kokoh. Sayyid Abdul Qadir al-Jailani, seorang wali agung dan pembaharu umat, memberi nasihat yang sangat singkat namun penuh makna: ilmu, amal, dan ikhlas adalah kunci hakiki kesuksesan seorang manusia.
Kesuksesan sejati bukan hanya tentang pencapaian materi, tetapi tentang bagaimana seseorang mengenal Tuhannya, menjalani hidupnya dengan makna, dan pulang dalam keadaan diridhai. Maka mari kita renungkan bersama tiga pilar utama yang diajarkan oleh Al-Jailani dalam nasehatnya tersebut.
1. Carilah Ilmu: Cahaya yang Menuntun Hidup
Ilmu bukan sekadar informasi, tapi petunjuk (hidayah) yang memandu manusia menuju Allah. Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)
Tanpa ilmu, hidup seperti berada dalam gelap gulita. Banyak orang yang terlihat aktif dan sibuk, tetapi sejatinya sedang tersesat.
Mereka beramal namun tidak tahu arah. Maka Sayyid Abdul Qadir menekankan: ilmu adalah permulaan segala amal yang berarti.
Ilmu yang dimaksud bukan hanya fiqh, tafsir, atau hadits, tapi juga ilmu mengenal diri, ilmu mengenal akhirat, ilmu tentang penyakit dan obat hati. Ilmu yang membuat kita tunduk dan taat, bukan ilmu yang hanya memperdebatkan tanpa amal.
Imam al-Ghazali berkata, “Ilmu yang tidak membawamu pada amal dan taqwa hanyalah beban yang membuatmu semakin jauh dari Allah.”
2. Sibuklah Beramal: Ilmu Tanpa Amal adalah Penyesalan
Setelah mencari ilmu, langkah berikutnya adalah beramal. Banyak orang tahu apa yang baik, tapi tidak semua orang mengamalkannya. Di sinilah letak tantangan sejati. Amal adalah wujud nyata dari keimanan. Amal menunjukkan bahwa ilmu itu hidup dalam diri kita.
Sayangnya, banyak dari kita menunda-nunda amal, menunggu waktu luang, menunggu kaya, menunggu siap. Padahal tidak ada jaminan bahwa kita akan hidup esok hari. Nasehat Al-Jailani sangat tegas: “Sibuklah!” Jangan biarkan waktu habis dalam angan-angan. Karena waktu adalah kehidupan itu sendiri.
"Beramallah sebelum datang hari ketika amal sudah tidak diterima." (QS. Al-Munafiqun: 10)
Setiap langkah kecil menuju kebaikan adalah investasi besar untuk akhirat. Jangan remehkan amal, meski hanya tersenyum, menolong sesama, atau membaca satu ayat.
3. Dengan Ikhlas: Jiwa dari Segala Amal
Amal yang tidak dilandasi ikhlas adalah seperti tubuh tanpa ruh. Ia tampak, namun tidak hidup. Ikhlas adalah ketika kita beramal semata karena Allah, bukan untuk pujian, popularitas, atau penghargaan.
"Sesungguhnya amal-amal itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan sesuai apa yang ia niatkan." (HR. Bukhari & Muslim)
Sayyid Abdul Qadir al-Jailani banyak mengingatkan murid-muridnya tentang bahaya riya, yaitu menyekutukan Allah dalam amal. Sebab orang yang beramal karena selain Allah, kelak akan mendapatkan kecewa, karena amalnya tertolak di sisi-Nya.
Ikhlas itu berat, tapi itulah yang akan mengangkat amal kita setinggi langit. Ikhlas adalah buah dari keimanan yang dalam, dan hanya dapat diraih dengan latihan hati yang sungguh-sungguh.
4. Jika Tidak, Tidak Ada Kesuksesan Bagimu
Kalimat penutup dari Al-Jailani ini bukan sekadar ancaman, tapi peringatan kasih sayang. Ia memberi sinyal bahwa tanpa ilmu yang benar, amal yang istiqamah, dan ikhlas yang murni, maka kesuksesan dunia akhirat hanyalah ilusi.
Banyak orang yang sukses secara lahir, tetapi jiwanya hampa. Banyak yang berhasil dalam karier, tapi gagal dalam kebahagiaan sejati. Banyak yang disebut orang hebat, namun di hadapan Allah tidak ada nilainya.
Kesuksesan sejati bukan tentang apa yang tampak di dunia, tapi bagaimana akhir perjalanan hidup kita, dan bagaimana nasib kita di yaumil hisab kelak.
Penutup: Tiga Langkah Menuju Kemuliaan Abadi
Mari kita ikuti petunjuk para wali Allah, para salafush shalih, para pewaris Nabi. Jalan mereka selalu dimulai dengan:
1. Mencari Ilmu dengan Rendah Hati
2. Beramal dengan Konsisten
3. Menjaga Keikhlasan dalam Segala Hal
Inilah jalan yang akan mengangkat manusia dari kehinaan dunia menuju kemuliaan akhirat. Jangan biarkan usia kita habis tanpa makna. Jangan biarkan kita hidup tanpa ilmu, sibuk tanpa amal, dan beramal tanpa ikhlas.
Kini saatnya bangkit. Tuntutlah ilmu. Amalkan. Dan bersihkan niat. Maka engkau akan melihat jalan menuju surga terbuka di hadapanmu, insyaAllah.
Oleh. Dr Nasrul Syarif M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)