Di antara sekian banyak perintah dalam Islam, tidak ada yang lebih sering diulang dalam Al-Qur'an selain perintah untuk bertaqwa kepada Allah. Ia adalah inti dari agama, tujuan utama ibadah, dan syarat kebahagiaan dunia-akhirat.
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kalian kepada Allah dengan sebenar-benar takwa...”
(QS. Ali Imran: 102)
Takwa bukan sekadar kata yang indah di bibir, melainkan kondisi hati yang melahirkan amal saleh, akhlak mulia, dan hidup yang terarah. Seorang ulama tabi’in, Thalq bin Habib rahimahullah, menjelaskan:
“Takwa adalah engkau beramal dalam ketaatan kepada Allah, berdasarkan cahaya dari Allah, karena mengharap pahala dari Allah. Dan engkau meninggalkan maksiat kepada Allah, berdasarkan cahaya dari Allah, karena takut akan siksa Allah.”
1. Keutamaan Takwa dalam Al-Qur’an dan Sunnah
a. Takwa adalah Sebaik-baik Bekal
“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa.”
(QS. Al-Baqarah: 197)
Bekal dunia hanyalah sementara, tapi taqwa adalah bekal abadi untuk menghadapi kematian dan akhirat. Orang yang bertakwa tidak akan takut akan hari esok, karena hatinya penuh dengan kesiapan menuju Allah.
b. Takwa Mendatangkan Jalan Keluar dan Rezeki
“Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan baginya jalan keluar, dan memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.”
(QS. At-Talaq: 2–3)
Dalam hidup yang penuh ketidakpastian, taqwa adalah jaminan solusi dan keberkahan rezeki. Taqwa bukan hanya urusan ibadah, tapi juga kunci sukses duniawi yang diberkahi.
c. Takwa Mendatangkan Cinta Allah
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertakwa.”
(QS. At-Taubah: 4)
Apa yang lebih mulia dari cinta Allah? Dan cinta ini hanya ditujukan kepada mereka yang menjaga dirinya dari perbuatan dosa dan mendekatkan diri kepada kebaikan.
d. Takwa adalah Syarat Diterimanya Amal
“Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang-orang yang bertakwa.”
(QS. Al-Ma’idah: 27)
Amal tanpa taqwa adalah jasad tanpa ruh. Ia tidak sampai ke langit dan tidak memberi buah kebaikan. Karena itu, memperbaiki niat dan membersihkan hati adalah bagian penting dari taqwa.
2. Bentuk-Bentuk Takwa dalam Kehidupan Sehari-Hari
Takwa bukan konsep abstrak. Ia harus tampak dalam sikap, lisan, dan amal nyata. Berikut beberapa bentuk nyata dari taqwa:
a. Menjaga Shalat dengan Khusyuk
Shalat adalah tiang agama. Orang yang bertakwa menjaga waktunya, kekhusyukannya, dan adab-adabnya.
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.” (QS. Al-‘Ankabut: 45)
Shalat yang dilandasi taqwa akan berdampak pada kehidupan sosial, perilaku, dan kesabaran.
b. Menjauhi Dosa-Dosa Besar dan Kecil
Orang bertakwa bukan orang yang suci dari kesalahan, tapi mereka takut terhadap dosa, sekecil apapun.
“Dan jauhilah dosa-dosa besar dan kecil, niscaya kamu menjadi orang yang paling bertakwa.”
(Imam Hasan al-Bashri)
c. Bersikap Jujur dan Amanah
Salah satu ciri utama dari taqwa adalah kejujuran dalam ucapan dan amanah dalam perbuatan.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.”
(QS. Al-Ahzab: 70)
Taqwa menjadikan seorang muslim berintegritas tinggi, sehingga dipercayai oleh manusia dan dimuliakan oleh Allah.
d. Menjaga Harta dari yang Haram
Taqwa mendorong seseorang untuk mencari rezeki yang halal dan menjauhkan hartanya dari riba, suap, korupsi, dan kecurangan.
“Sesungguhnya orang-orang yang makan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila.”
(QS. Al-Baqarah: 275)
e. Menundukkan Pandangan dan Menjaga Hati
Di era digital, menjaga mata dan hati adalah ujian besar. Orang bertakwa berjuang menjaga pandangan dari hal yang haram dan membersihkan hati dari penyakit seperti iri, dengki, sombong, dan riya.
f. Rendah Hati dan Lapang Dada
Taqwa menjadikan seseorang tidak mudah marah, memaafkan kesalahan, dan tidak membalas keburukan dengan keburukan.
“Balaslah kejahatan dengan cara yang lebih baik, maka orang yang antara kamu dan dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.”
(QS. Fussilat: 34)
g. Menjaga Hubungan Sosial
Takwa juga tampak dalam silaturahmi, adil dalam bermuamalah, dan lembut terhadap orang yang lemah. Seorang yang bertakwa sadar bahwa hidup ini bukan hanya soal hubungan vertikal dengan Allah, tapi juga horizontal dengan sesama.
3. Takwa dalam Pandangan Ulama
Para ulama salaf memberikan banyak definisi indah tentang taqwa:
• Umar bin Khattab berkata:
“Takwa adalah seperti orang yang berjalan di jalan yang penuh duri. Ia akan berhati-hati, mengangkat pakaian, dan memilih langkah agar tidak tertusuk.”
• Al-Imam Al-Ghazali menyebut taqwa dalam tiga tingkatan:
1. Menjauhi dosa (taubat nasuha)
2. Menjauhi perkara syubhat
3. Meninggalkan apa pun yang melalaikan dari Allah
Semakin tinggi tingkat takwa seseorang, semakin lembut hatinya, semakin peka terhadap dosa, dan semakin ringan langkahnya menuju Allah.
Penutup: Menjadi Ahli Takwa, Tujuan Utama Hidup
Kita tidak diperintahkan menjadi orang paling kaya, paling cerdas, atau paling terkenal. Tapi kita diperintahkan menjadi orang paling bertakwa.
“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertakwa.”
(QS. Al-Hujurat: 13)
Takwa adalah karakter jiwa yang kuat, bukan hanya tampak dalam jubah atau status sosial. Taqwa adalah kepekaan ruhani, adalah cahaya dalam gelapnya zaman, dan adalah penjaga di saat orang lain tersesat.
Doa dan Harapan
“Ya Allah, jadikan kami hamba-Mu yang bertakwa. Ajarkan kami untuk takut kepada-Mu dalam setiap keadaan. Berikan kami cahaya yang menerangi jalan hidup, dan kekuatan untuk menjaga diri dari maksiat. Masukkan kami ke dalam golongan orang-orang yang Engkau cintai karena taqwa kami kepada-Mu.”
Oleh. Dr Nasrul Syarif M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)