Tintasiyasi.ID -- Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto memandang hijrah saat ini mengandung makna perubahan pemikiran dan membangkitkan kesadaran, sehingga jangan terjebak [ada klasifikasi gen.
"Jangan terjebak pada
klasifikasi gen, itu (hijrah) soal cara bagaimana membangkitkan kesadaran,
pemahaman dan taraf berpikir," ujarnya kanal YouTube UIY Official;
Hijrah, Inspirasi Perjuangan Menuju Peradaban Baru, Ahad (29/06/2025).
"Ini hanya soal cara, tetapi isi
atau substansinya sama. Bagaimana dia mengubah pada dirinya itu dalam bentuk
ukuran-ukuran yang akan membuat dia menjadi apa yang ada pada dirinya,"
tambahnya.
Adapun, UIY mencontohkan seorang
artis sebelumnya merasa dengan berpakaian memperlihatkan lekuk tubuh merupakan
sebuah pencapaian, kebaikan dan prestise, terlebih baju dari rancangan disainer
terkenal. "Tapi ketika dia menyadari aurat adalah sesuatu yang harus
ditutup dia paham itulah nilai sebuah perempuan, terus apa yang kemudian dia
rasakan? Pasti malu," ujarnya.
Sehingga ia menekankan pemahaman dan
taraf berpikir sangat penting ditanamkan oleh siapapun termasuk gen Z. “Adapun
selain artis politikus juga memiliki pemikiran yang sama dalam pencapaian,
bedanya politikus menganggap pencapaian berdasarkan kedudukan, jabatan, dan
kekayaan,” bebernya.
"Dugaan saya perubahan akan
muncul itu menyangkut soal ukuran-ukuran apalagi kalau secara faktual ada
banyak keburukan terjadi di situ. Mencuri dan korupsi pun gak perlu pakai
ukuran karena tahu itu buruk, hanya maslahnya apa dia memiliki satu dasar
cukup? Tidak, cukup dan cukup tidak mau lagi," jelasnya.
Ia menilai, harus ada perubahan dalam
diri seorang politikus, tidak cukup hanya dengan mengatakan perbuatan salah
dengan keburukan, melainkan harus ditinggalkan kalau tidak bisa merubahnya.
"Pemahaman harus melahirkan
kesadaran dan kesadaran harus memantik aksi atau tindakan. Tindakan awalnya
personal lalu komunal," ucapnya.
Selain itu, UIY meyakini hijrah pasti
berbicara terkait kondisi awal dan kondisi kemudian. “Yang dimaksud bisa berupa
tindakan fisik ataupun tindakan nonfisik untuk meninggalkan kondisi sebelumnya
yang mereka yakini sebuah keburukan,” ujarnya.
"Apa yang menjadi pangkal dari
perubahan atau tindakan itu? Pasti adalah berubahnya penilaian, penilaian
terhadap kondisi awal yang semula dia merasa ini sebagai sebuah kebaikan,
sebuah kemenangan, dan sebuah pencapaian kemudian dinilai justru sebaliknya
bahwa ini adalah sebuah keburukan, pendek kata sebagai sebuah sesuatu yang
harus ditinggalkan," terangnya.
"Jadi poinnya apa? Poinnya
adalah soal pemahaman. Memahami di sini poinnya proses berubahnya pemahaman
atau kenaikan taraf berpikir," pungkasnya.[] Taufan