TintaSiyasi.id -- "Jangan risaukan rezekimu, karena sungguh pencarian rezeki menujumu lebih keras daripada pencarianmu menuju rezeki."
Sayyid Abdul Qadir al-Jailani, Fathur Rabbani
Dalam kehidupan yang penuh hiruk-pikuk ini, banyak orang terjebak dalam kegelisahan yang tiada habisnya soal rezeki. Bagaimana mencukupinya, dari mana datangnya. Apakah masa depan akan tetap terjamin. Namun, nasihat dari sang wali agung, Sayyid Abdul Qadir al-Jailani membalikkan cara pandang kita secara total. Rezeki itu bukan sesuatu yang harus dikejar dengan kegelisahan, melainkan diyakini dengan ketenangan dan keyakinan terhadap Allah.
Rezeki Tidak Pernah Salah Alamat
Allah Ta’ala berfirman:
۞وَمَا مِن دَآبَّةٖ فِي ٱلۡأَرۡضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزۡقُهَا وَيَعۡلَمُ مُسۡتَقَرَّهَا وَمُسۡتَوۡدَعَهَاۚ كُلّٞ فِي كِتَٰبٖ مُّبِينٖ
“ Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).” (QS. Hud: 6).
Setiap jiwa telah ditetapkan rezekinya. Bahkan sebelum seorang anak manusia lahir ke dunia, rezekinya sudah tertulis di Lauh Mahfuzh. Maka, kegelisahan terhadap rezeki seringkali bukan karena kurangnya pemberian Allah, tetapi karena kurangnya kepercayaan hati terhadap janji-Nya.
Sayyid Abdul Qadir al-Jailani ingin menyadarkan kita bahwa rezeki bukan hanya sesuatu yang kita kejar, tetapi ia juga sedang mengejar kita, lebih gigih daripada usaha kita sendiri. Bukankah banyak orang yang tidak mencari dengan keras, tetapi tetap diberi kelapangan? Dan banyak pula yang mengejar rezeki hingga lupa ibadah, tetapi tetap sempit hidupnya?
Usaha Adalah Ibadah, Tapi Jangan Hilang Tawakal
Islam tidak mengajarkan untuk duduk diam menanti rezeki jatuh dari langit, tetapi yang diluruskan adalah sikap hati. Jangan bergantung pada usaha, tetapi bergantunglah pada Allah. Usaha adalah perintah, tetapi hasil adalah hak Allah.
Nabi Saw. bersabda:
"Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung diberi rezeki. Pagi hari ia pergi dalam keadaan lapar, dan sore hari kembali dalam keadaan kenyang." (HR. Tirmidzi).
Risau Rezeki Merusak Fokus Ibadah
Banyak orang lalai dalam ibadah, kehilangan waktu dengan keluarga, bahkan mengorbankan prinsip agama hanya karena terlalu khawatir tentang rezeki. Padahal, kekhawatiran itu sering kali tidak berdasar dan menjadi penghalang utama turunnya ketenangan jiwa.
Sayyid Abdul Qadir al-Jailani mengajarkan kita untuk menggeser energi dari kecemasan menjadi ketawakalan. Dengan begitu, ibadah menjadi lebih khusyuk, hati lebih lapang, dan hidup lebih berkah.
Jalan Tengah: Berusaha Tanpa Resah, Tawakal Tanpa Pasrah
Hikmah dari nasihat beliau bukanlah mengajak kita untuk berpangku tangan, tetapi untuk mengarahkan hati agar tetap tenang dalam usaha. Seimbang antara ikhtiar dan tawakal.
Usaha adalah bukti taat
Tawakal adalah bukti iman
Tenang adalah bukti ma’rifat.
Ketika seseorang yakin bahwa rezekinya tidak mungkin tertukar, tidak mungkin tercecer, dan tidak mungkin tertunda kecuali karena hikmah Allah, maka ia akan bekerja dengan tenang dan ibadah dengan lebih khusyuk.
Penutup: Tenangkan Hatimu, Rezekimu Sudah Dijamin
Hidup bukan tentang seberapa cepat kita mengejar dunia, tetapi seberapa dalam kita mengenal Allah dalam pencarian itu. Nasihat
Sayyid Abdul Qadir al-Jailani menanamkan keyakinan kokoh: rezeki yang halal dan berkah akan datang sesuai kadar dan waktunya.
“Jika engkau mengandalkan Allah, maka engkau akan cukup. Jika engkau risau terhadap dunia, maka engkau akan letih. Karena dunia tidak akan pernah memberi ketenangan kepada orang yang menjadikannya tujuan.”
Maka tenanglah, wahai jiwa yang beriman. Teruslah melangkah dalam jalan halal, iringi dengan doa, dan limpahkan tawakal. Karena rezekimu sedang dalam perjalanan menujumu lebih cepat dari langkah kakimu sendiri.
Dr. Nasrul Syarif M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo