Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Bulan Allah dan Hari yang Membuka Ampunan: Menyambut Keberkahan Muharram dan Asyura

Rabu, 02 Juli 2025 | 20:17 WIB Last Updated 2025-07-02T13:17:50Z
TintaSiyasi.id -- “Awal tahun adalah momentum memulai kembali, dan bulan Muharram adalah kesempatan menanam kebaikan di ladang yang suci.”

Awal Baru di Bulan yang Dimuliakan

Ketika matahari hijrah dari tahun ke tahun dalam kalender Hijriyah, umat Islam kembali dipertemukan dengan Muharram, bulan pertama yang bukan sekadar penanda waktu, tetapi juga simbol kehormatan, pengampunan, dan pembuka gerbang amal saleh. 

Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sebaik-baik puasa setelah Ramadan adalah puasa di bulan Allah yaitu Muharram.”
(HR. Muslim)

Muharram adalah bulan Allah — gelar yang tak diberikan kepada bulan lain — yang menunjukkan betapa tingginya kedudukan dan kesuciannya. Sebagai salah satu dari empat bulan haram (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab), bulan ini mengajarkan umat untuk menahan diri, memperbanyak amal, dan menjauhi dosa, karena di bulan ini ganjaran dan hukuman dari setiap perbuatan dilipatgandakan.

Muharram: Bulan Hijrah Menuju Kedamaian Jiwa
Bulan ini bukan hanya sekadar permulaan kalender, tetapi juga pengingat akan perjalanan hijrah Rasulullah ﷺ dari Makkah ke Madinah — sebuah transformasi peradaban dari keterjajahan menuju kemuliaan. Maka, Muharram mengajak kita berhijrah secara ruhani: dari lalai menuju sadar, dari cinta dunia menuju cinta Allah, dari gelapnya dosa menuju cahaya taubat.

Setiap orang butuh hijrah. Bukan hanya berpindah tempat, tetapi berpindah hati.
“Hijrah sejati adalah meninggalkan apa yang dilarang Allah.”
(HR. Bukhari & Muslim)

Muharram mengajarkan bahwa hijrah bukanlah pilihan, tetapi keharusan. Tanpa hijrah, jiwa akan terpenjara. Dengan hijrah, jiwa akan merdeka, bertemu kembali dengan fitrah.
Asyura: Hari Agung, Hari Ampunan

Puncak kemuliaan Muharram terdapat pada hari ke-10: Hari Asyura. Hari ini menyimpan sejarah besar: Allah menyelamatkan Nabi Musa dan kaumnya dari kejaran Fir’aun yang zalim. Hari Asyura adalah simbol kemenangan kebenaran atas kebatilan, kesabaran atas tekanan, dan keyakinan atas ketidakmungkinan.

Rasulullah ﷺ bersabda:
"Puasa Asyura, aku berharap kepada Allah agar menghapus dosa-dosa setahun yang lalu."
(HR. Muslim)

Sungguh, betapa murahnya rahmat Allah. Hanya dengan satu hari berpuasa — tanpa perlu banyak biaya atau usaha berat — dosa setahun lalu diampuni. Namun bukan hanya itu yang kita cari. Lebih dalam dari itu, Asyura adalah hari muhasabah, hari kembali kepada Allah, hari menata niat, dan memperbaharui komitmen hidup dalam cahaya tauhid.

Belajar dari Musa, Meneladani Husain

Di hari Asyura pula, kita mengenang dua figur luar biasa dalam sejarah Islam:

1. Nabi Musa عليه السلام
Ia simbol keberanian dalam menghadapi ketidakadilan. Ia berdiri tegak di hadapan Fir’aun yang congkak, hanya bersenjatakan iman dan doa: “Hasbunallahu wa ni’mal wakil.”

Dari Musa kita belajar bahwa iman bisa membelah lautan, dan pertolongan Allah selalu dekat bagi mereka yang sabar.

2. Imam Husain bin Ali رضي الله عنه
Syahidnya cucu Rasulullah ﷺ di Karbala pada hari Asyura menjadi simbol keteguhan dan ketulusan dalam mempertahankan kebenaran, meski harus dibayar dengan darah. Ia memilih mati mulia daripada hidup dalam kehinaan.

Dari Husain kita belajar bahwa kejujuran dalam prinsip lebih mahal daripada keselamatan jasad, dan bahwa keberanian bukan sekadar menghadapi pedang, tapi menolak tunduk pada kebatilan.

Refleksi Ruhani: Apa yang Harus Kita Lakukan?

1. Perbanyak Puasa Sunnah di Bulan Muharram, khususnya pada tanggal 9 dan 10. Jika memungkinkan, juga tanggal 11.
2. Perbarui Hijrah Diri: Tinggalkan kebiasaan buruk. Mulailah babak baru yang lebih dekat kepada Allah.
3. Perbanyak Sedekah dan Kebaikan: Bulan haram adalah bulan di mana amal dilipatgandakan.
4. Jalin Silaturahmi dan Maafkan Sesama: Awal tahun adalah waktu terbaik untuk membersihkan hati.
5. Menjadi Pencerah di Tengah Umat: Sebarkan ilmu, berikan motivasi, dan jadilah agen perubahan yang membawa cahaya.

Penutup: Sebuah Doa dan Harapan

Semoga Allah jadikan tahun baru Hijriyah ini tahun penuh keberkahan, dan semoga kita tidak hanya bertambah usia, tetapi juga bertambah iman, amal, dan akhlak.
اللّهُمَّ اجْعَلْ هَذَا العَامَ خَيْرًا مِمَّا مَضَى، وَاجْعَلْ مَا بَقِيَ مِنْ أَعْمَارِنَا خَيْرًا مِمَّا مَضَى

"Ya Allah, jadikanlah tahun ini lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Dan jadikanlah sisa umur kami lebih baik dari yang telah lalu."

Mari jadikan Muharram dan Asyura sebagai momentum hijrah spiritual dan sosial — menuju pribadi yang bertakwa, masyarakat yang bersatu, dan umat yang kembali hidup dalam naungan rahmat Allah.

Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)

Opini

×
Berita Terbaru Update