Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Berpegang Teguh pada Agama dan Akidah Islam: Wasiat Abadi Para Nabi

Minggu, 13 Juli 2025 | 05:55 WIB Last Updated 2025-07-12T22:55:31Z

Tintasiyasi.ID-- Panggilan Keteguhan di Zaman Guncang.

Kita hidup di zaman yang penuh fitnah: zaman di mana identitas keislaman diguncang, akidah diragukan, dan nilai-nilai agama sering dianggap kuno. Dalam pusaran arus modernitas, relativisme, dan tekanan sosial, berpegang teguh pada agama dan aqidah Islam bukanlah hal yang ringan—tetapi justru di situlah terletak kemuliaan dan keselamatan.

“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub (berkata): ‘Wahai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.’”
(QS. Al-Baqarah: 132)

Ayat ini adalah panggilan cinta dari langit: agama ini adalah pilihan Allah, bukan buatan manusia. Dan kita diperintahkan untuk menjaga Islam hingga detik akhir hidup kita.

Wasiat Nabi Ibrahim dan Nabi Ya’qub: Warisan Keteguhan

Kedua nabi agung ini memberikan wasiat yang sama kepada keturunannya: teguh dalam agama, istikamah dalam tauhid, dan jangan pernah mati kecuali dalam keadaan Muslim. Inilah warisan utama yang mereka tinggalkan, bukan emas, bukan kerajaan, tetapi iman dan keislaman.

Perhatikan betapa mendalam makna ayat ini:
“Allah telah memilih agama ini untuk kalian...”
Artinya, agama Islam adalah anugerah, bukan beban. Islam bukan sekadar kewajiban, tapi juga kehormatan dan jalan cahaya.

“...maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.”
Ini bukan hanya perintah, tetapi peringatan: kematian bisa datang kapan saja. Maka jadilah Muslim bukan hanya saat shalat, tapi juga saat bekerja, berdagang, berbicara, bersosial—setiap waktu, bahkan setiap detik.

Mengapa Kita Harus Berpegang Teguh pada Agama?

1. Karena Agama Islam adalah Jalan Kebenaran
Islam bukan sekadar keyakinan turun-temurun, tapi agama yang berdiri di atas wahyu, hujjah, dan kebenaran mutlak dari Allah SWT.
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.”
(QS. Ali ‘Imran: 19)

2. Karena Dunia Penuh Ujian Aqidah
Setiap hari kita diuji: antara mengikuti hawa nafsu atau mengikuti petunjuk Allah. Antara mencari ridha manusia atau ridha Allah. Tanpa keteguhan aqidah, seseorang bisa terseret arus kekafiran secara halus.

Rasulullah SAW bersabda:
“Akan datang kepada manusia suatu masa, di mana orang yang berpegang pada agamanya seperti menggenggam bara api.”
(HR. Tirmidzi)

3. Karena Akhir Kehidupan Menentukan Abadi

Siapa yang mati dalam keadaan beriman dan istiqamah, maka baginya surga. Tapi siapa yang mati dalam keadaan menyimpang dari Islam, maka sesal tak berguna.
“Barangsiapa yang akhir perkataannya adalah ‘La ilaha illallah’ maka dia akan masuk surga.”
(HR. Abu Dawud)

Langkah-Langkah Berpegang Teguh pada Agama Setiap Waktu

1. Pelihara Shalat, karena Shalat adalah Tiang Agama
Shalat menjaga hati tetap hidup dan terhubung dengan Allah. Shalat adalah penjaga aqidah dan penjernih jiwa.
2. Perkuat Ilmu dan Pemahaman Aqidah
Jangan hanya tahu Islam secara budaya. Pelajari tauhid, rukun iman, dan prinsip Islam secara mendalam agar tidak mudah goyah oleh opini, tren, atau filsafat asing.
3. Jaga Pergaulan dan Lingkungan
Bergaullah dengan orang-orang shalih yang akan mengingatkan saat lalai. Lingkungan adalah cermin yang memengaruhi keteguhan iman.
4. Hindari Syubhat dan Keraguan
Jika ada hal yang mengganggu keyakinan, rujuklah kepada ulama dan Al-Qur’an, bukan Google atau media sosial. Kebenaran ada dalam wahyu, bukan dalam mayoritas.
5. Mohon Keteguhan Hati dalam Doa
Rasulullah SAW sering berdoa:
“Ya Muqallibal Qulub, tsabbit qalbi ‘ala dinik.”
(Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkan hatiku di atas agama-Mu.)
(HR. Tirmidzi)

Penutup: Islam Sampai Akhir, Islam Sepanjang Nafas

Jangan sekadar menjadi Muslim saat lahir, tapi berjuanglah agar mati pun dalam keadaan Muslim. Islam adalah jalan yang berat, tapi juga indah. Jalan ini bukan hanya membawa kita kepada Allah, tapi menjadikan kita manusia terbaik—di dunia dan akhirat.
وَجَٰهِدُواْ فِي ٱللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِۦۚ هُوَ ٱجۡتَبَىٰكُمۡ وَمَا جَعَلَ عَلَيۡكُمۡ فِي ٱلدِّينِ مِنۡ حَرَجٖۚ مِّلَّةَ أَبِيكُمۡ إِبۡرَٰهِيمَۚ هُوَ سَمَّىٰكُمُ ٱلۡمُسۡلِمِينَ مِن قَبۡلُ وَفِي هَٰذَا لِيَكُونَ ٱلرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيۡكُمۡ وَتَكُونُواْ شُهَدَآءَ عَلَى ٱلنَّاسِۚ فَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُواْ ٱلزَّكَوٰةَ وَٱعۡتَصِمُواْ بِٱللَّهِ هُوَ مَوۡلَىٰكُمۡۖ فَنِعۡمَ ٱلۡمَوۡلَىٰ وَنِعۡمَ ٱلنَّصِيرُ  

“ Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.” ( Qs. Al-Hajj: 78)

Mari kita jadikan detik-detik hidup ini sebagai amal untuk mengokohkan Islam dalam hati, lisan, dan perbuatan. Dan kita mohon kepada Allah agar kelak saat nyawa lepas dari raga, lisan ini mengucap:

“Laa ilaaha illallaah...”

Dan hati kita menghadap Allah dalam cahaya Islam, menuju husnul khatimah dan surga penuh kenikmatan.

Oleh. Dr Nasrul Syarif M.Si.  (Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana  UIT Lirboyo)

Opini

×
Berita Terbaru Update