TintaSiyasi.id -- Dalam hidup ini, siapa yang tidak pernah lelah? Lelah bekerja, lelah belajar, lelah mendidik anak, lelah berjuang menahan diri dari godaan dunia. Bahkan, lelah menghadapi cobaan dan luka batin yang tak kasat mata. Namun pertanyaannya: Untuk siapa semua lelah ini kita persembahkan?
Lelah adalah bagian alami dari kehidupan manusia, ia tidak selalu buruk. Bahkan, lelah adalah tanda bahwa kita sedang bergerak, sedang berusaha, sedang mencintai, sedang berjuang. Namun, arah dan niat perjuangan itulah yang menentukan nilai dari setiap peluh yang menetes. Sebab, lelah karena dunia bisa menguras jiwa, sementara lelah karena Allah (lillah) justru bisa menyuburkan iman.
Lelah Duniawi vs Lelah Ilahiyah
Ada lelah yang mengantarkan pada keputusasaan, ada pula lelah yang justru menjadi tangga menuju surga.
Lelah duniawi seringkali membuat kita merasa kosong. Kita mengerahkan segalanya, tetapi yang kembali hanya rasa letih dan hampa. Mengapa? Karena kita terlalu menggantungkan harapan pada balasan dunia: gaji, pujian, popularitas atau pencapaian materi semata.
Namun, saat kita mulai menata ulang niat, mengarahkan semua ikhtiar lillah karena Allah, maka setiap derap langkah, setiap jengkal kesabaran, dan setiap tetes keringat berubah menjadi ibadah. Inilah rahasia hidup yang damai dalam perjuangan. Karena lelah yang ditujukan karena Allah takkan pernah sia-sia.
“Barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia beramal shalih dan tidak menyekutukan dalam beribadah kepada Tuhannya dengan sesuatu apa pun.” (QS. Al-Kahfi: 110).
Lillah: Kunci Keteguhan di Jalan Panjang
Mengubah lelah menjadi lillah berarti mengubah sudut pandang hidup. Kita tidak lagi sekadar mengerjakan tugas, tetapi sedang menjalani amanah. Kita tidak lagi hanya menunaikan kewajiban, tetapi sedang meraih rida Ilahi.
Seorang guru yang lelah mengajar, saat niatnya lillah, maka setiap kalimat yang keluar dari lisannya adalah cahaya.
Seorang ibu yang lelah mengurus rumah tangga, saat hatinya lillah, maka setiap cucian dan masakan menjadi ladang pahala.
Seorang pemimpin yang lelah melayani umat, saat jiwanya lillah, maka setiap keputusan yang diambil menjadi bentuk pengabdian.
Dalam niat lillah ada energi yang tak pernah habis, karena ketika hati sudah terikat pada Allah, maka lelah pun menjadi ringan. Sebab ia tahu, bahwa Allah melihat, Allah menghitung, dan Allah tidak pernah mengabaikan pengorbanan hamba-Nya.
"Dan tidaklah mereka dibebani kehausan, kepayahan, dan kelaparan di jalan Allah… melainkan dituliskan bagi mereka amal shalih karena semua itu." (QS. At-Taubah: 120).
Berkah yang Tersembunyi di Balik Lelah
Tak semua berkah berbentuk uang atau pujian. Ada berkah yang hadir dalam bentuk anak yang saleh. Ada berkah yang datang berupa hati yang sabar. Ada berkah yang tak tampak, yaitu perlindungan dari bala', hati yang tenang atau rizki yang penuh kebermanfaatan.
Maka, jangan remehkan lelah yang kau jalani dalam kebaikan. Jangan sesali air mata perjuanganmu dalam kesabaran. Seringkali berkah hadir bukan karena hasilnya langsung terasa, tetapi karena hatimu makin dekat dengan-Nya, dan hidupmu makin jernih dari keluh dan putus asa.
Saat Lelah Mendera, Kembali pada Allah
Di tengah kelelahan, jangan lupa untuk duduk sejenak dan menengadah kepada-Nya. Hadapkan wajahmu ke sajadah. Menangislah dalam doa. Katakan pada-Nya:
"Ya Allah, aku lelah. Tapi aku tidak ingin menyerah. Aku hanya ingin Engkau ridha."
Jangan gengsi untuk mengadu pada Allah. Dunia boleh tidak paham lelahmu, tetapi Allah Maha Tahu, Allah Maha Mengerti. Dan hanya Dia yang bisa menukar lelahmu dengan berkah, mengganti tangismu dengan ketenangan.
Penutup: Lelah Ini Akan Indah Jika untuk-Nya
Wahai jiwa-jiwa yang sedang berjuang di jalan yang lurus, tetaplah sabar meski langkah tertatih, tetaplah ikhlas meski hasil tak sesuai harap, arena sesungguhnya, lelah yang dibungkus dengan keikhlasan dan dikirim kepada langit dengan doa, akan pulang kembali dengan hadiah yang tak disangka-sangka.
"Apa yang di sisi Allah lebih baik dan lebih kekal." (QS. Asy-Syu’ara: 36).
Maka ubahlah lelahmu menjadi lillah,
niscaya hidupmu menjadi berkah.
Dr. Nasrul Syarif M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo