TintaSiyasi.id -- “Ketetapan Allah pasti berlalu, dan setiap ujian memiliki akhir. Tidak ada malam yang abadi, dan tidak ada kesedihan yang tak berujung. Sebagaimana fajar menyusul malam, begitu pula rahmat menyusul bala.”
Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, Futuhul Ghaib
Pendahuluan: Menggenggam Harapan dalam Gelapnya Ujian
Hidup tidak selalu terang. Kadang kita berada dalam kabut pekat penuh keraguan, kelelahan, dan kehampaan. Kita bertanya dalam diam: “Sampai kapan semua ini? Kapan semua beban ini usai?” Dan di titik inilah cahaya hikmah Syaikh Abdul Qadir al-Jailani bersinar: “Setiap ketetapan memiliki ujungnya.”
Ucapan beliau bukan sekadar retorika. Itu adalah suara dari seorang arif billah yang telah menembus kegelapan diri, mengakrabi ketentuan-Nya, dan merasakan manisnya rida dalam setiap liku takdir.
Ketetapan Allah: Antara Ujian dan Didikan
Setiap manusia, tanpa terkecuali, pasti akan berhadapan dengan ketetapan (qadha') dan takdir (qadar) yang kadang di luar kehendaknya. Ada yang diuji dengan kemiskinan, kehilangan, kegagalan, penyakit atau fitnah manusia. Namun, dalam pandangan ruhani para wali seperti al-Jailani, ujian bukan bentuk murka, melainkan jalan didikan (tarbiyah) dari Tuhan.
“Jika engkau sabar atas ketetapan-Nya, maka engkau akan melihat rahasia dan rahmat di baliknya.”
Allah tidak pernah menciptakan musibah tanpa tujuan. Ia adalah Rabb yang Maha Bijaksana. Ada pelajaran tersembunyi dalam setiap peristiwa. Ada pembersihan jiwa, pendewasaan ruh, dan peninggian derajat yang disediakan bagi hamba-hamba-Nya yang sabar dan bertawakal.
Fajar Akan Terbit: Keyakinan akan Ujung Takdir
Ketika seorang mukmin memahami bahwa semua ketetapan memiliki ujung, maka ia akan lebih tenang, lebih kokoh, dan lebih mampu bertahan. Ia tahu bahwa:
• Kehilangan tidak selamanya. Di balik kehilangan ada pertemuan dan pengganti yang lebih baik.
• Kegagalan bukan akhir. Itu adalah bagian dari proses pemurnian niat dan jalan menuju keberhasilan sejati.
• Sakit dan derita adalah jalan untuk melebur dosa, dan menguatkan penghambaan.
• Fitnah manusia adalah peluang untuk mempertebal keikhlasan.
Syaikh Abdul Qadir menasihati:
“Sabar itu bukan hanya menahan diri, tapi juga ridha. Bersabarlah hingga Allah sendiri yang membebaskanmu.”
Dan benar, betapa banyak orang yang pada awalnya menangis dalam duka, tetapi akhirnya tersenyum dalam sujud syukur ketika fajar kemudahan datang menyapa. Sebab, ketetapan itu ada batasnya. Setiap badai pasti berlalu. Setiap malam pasti disusul fajar.
Refleksi Jiwa: Mengubah Derita Menjadi Doa
Kita diajak untuk tidak mengutuk ujian, tetapi mendekapnya dengan doa dan kesabaran. Karena ujian yang kita hadapi hari ini bisa jadi adalah tangga menuju kemuliaan esok hari.
Bersabarlah, saudaraku. Jangan biarkan luka menjadikanmu berprasangka buruk kepada Tuhan. Jangan biarkan keterlambatan menghapus harapan. Karena setiap takdir memiliki garis akhirnya. Dan Allah tidak pernah membiarkan hamba-Nya berada dalam lorong tanpa cahaya.
“Engkau tidak tahu, mungkin apa yang engkau tangisi hari ini adalah sebab Allah menyelamatkanmu dari hal yang lebih buruk.”
Teguhlah dalam Tawakal dan Rida
Di era modern yang penuh ketergesaan, kita sering lupa bahwa hidup bukan tentang kecepatan, tetapi tentang keistiqamahan dalam setiap langkah. Teguhlah dalam iman. Tabahlah dalam menerima qadar. Ridalah dengan kehendak-Nya.
Sebagaimana diajarkan oleh Syaikh Abdul Qadir al-Jailani:
“Setiap ujian yang menimpamu, sesungguhnya telah ditakar oleh Allah sesuai kemampuanmu. Maka bersabarlah hingga engkau sampai pada ujungnya. Dan di ujung itulah rahmat dan kemenangan menantimu.”
Yakinlah, ada ujung bagi setiap ketetapan. Dan di sana, Allah sedang menantimu dengan pelukan kasih-Nya.
Di antara limpahan hikmah para kekasih Allah, Syaikh Abdul Qadir al-Jailani berkata dalam Futuhul Ghaib:
"Bersabarlah atas segala ketetapan-Nya hingga ujungnya, karena setiap ketetapan memiliki akhir. Dan siapa yang sabar sampai batasnya, niscaya akan menyaksikan cahaya kasih sayang-Nya."
Hidup: Antara Qadar dan Harapan
Takdir adalah garis ilahi yang berjalan dalam sunyi dan nyata. Dalam kehidupan, kita tidak selalu berjalan di taman bunga. Terkadang kaki harus melewati jalan bebatuan. Rasa sakit, kecewa, kehilangan, fitnah, kesulitan ekonomi, kegagalan, dan duka, semuanya adalah bagian dari ketetapan-Nya.
Namun, al-Jailani mengajarkan kita, jangan berhenti di tengah jalan. Jangan menyerah hanya karena langkah terasa berat, karena setiap ketetapan memiliki akhir, setiap malam pasti berujung fajar, setiap musim dingin diikuti oleh musim semi.
Kesabaran: Jembatan Menuju Rahmat
Syaikh al-Jailani bukan hanya berbicara teori spiritual, tetapi menuntun umat menembus dimensi terdalam dari kesabaran dan ketundukan. Kesabaran dalam ajaran beliau bukan sikap pasif, melainkan kekuatan aktif yang menyatu dengan ridha.
“Sabar itu seperti kepala bagi tubuh iman. Tanpa kepala, tubuh tak bisa hidup. Begitu pula iman tanpa sabar, tak akan kokoh.” (Futuhul Ghaib).
Orang yang bersabar atas ketetapan Allah, berarti sedang memurnikan tauhidnya. Ia tidak menggugat, tidak mengeluh, tidak lari dari ujian, melainkan menghadapinya dengan jiwa besar dan pandangan jauh: bahwa di balik ketetapan ada hikmah, di balik kesulitan ada anugerah.
Ujian Tidak Abadi: Sifat Dunia Sementara
Lihatlah sejarah para nabi, para wali, dan orang-orang saleh. Mereka diuji bukan karena Allah benci, tetapi karena Allah ingin meninggikan derajat mereka. Ibrahim diuji dengan api, Yusuf diuji dengan fitnah dan penjara, Ayyub diuji dengan penyakit dan kehilangan, Muhammad ﷺ diuji dengan fitnah dan penolakan kaumnya. Namun semua ujian itu berakhir. Semua ketetapan itu sampai pada ujungnya.
Ketika engkau terpuruk dalam hidup, jangan anggap itu akhir cerita. Jangan bersumpah bahwa hidupmu akan selalu gelap, sebab Allah memiliki cara untuk membalikkan keadaan dalam sekejap.
Tawakal: Menyerah untuk Dimenangkan
Setiap detik dalam hidup kita ditulis dengan tinta takdir. Namun, tugas kita bukan menebak masa depan, melainkan memperbaiki sikap dan niat dalam menjemput hari esok. Tawakal bukan menyerah, tetapi menyerahkan beban hati kepada Yang Mahakuasa, lalu terus melangkah dalam cahaya ikhtiar.
"Orang yang bertawakal seperti bayi dalam gendongan ibunya; ia tenang, karena yakin bahwa ibunya tidak akan menjatuhkannya." (al-Jailani)
Maka, apapun ketetapan hidupmu hari ini—apakah duka, gagal, sepi, atau tersingkir—ingatlah: semua itu bukan akhir. Itu hanya bagian dari skenario indah yang sedang ditulis oleh Sang Maha Pengatur.
Cahaya Setelah Gelap
Dalam sunyi malam yang panjang, jangan pernah berhenti menanti fajar. Dalam luka dan kecewa, tetaplah jaga dzikir dan air mata kepada-Nya. Karena saat waktunya tiba, Allah akan bukakan pintu yang tak pernah kau sangka.
Allah berfirman:
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 6)
Tidak dikatakan “setelah” kesulitan, tetapi “bersama”—karena di saat kita merasa paling jatuh, di situlah benih kemudahan sedang disemai.
Penutup: Jadilah Hamba yang Yakin
Saudaraku, yakinlah:
• Allah tidak menciptakan kesulitan tanpa akhir.
• Tidak ada musibah yang kekal
• Setiap takdir ada batasnya
• Setiap luka akan sembuh
• Dan setiap doa akan sampai, asal engkau bersabar dan bersungguh-sungguh
Jangan biarkan dirimu karam dalam duka dunia, padahal lautan rahmat Allah begitu luas. Bangkitlah, kuatkan sabarmu. Teruskan langkahmu, karena di ujung ketetapan itu, ada kejutan cinta dari-Nya.
Sebagaimana kata Syaikh Abdul Qadir al-Jailani:
"Wahai manusia, jangan lari dari ketetapan Allah. Terimalah ia dengan sabar dan yakin, maka engkau akan melihat bagaimana Allah menukar kepahitan menjadi manisnya kasih sayang-Nya."
Dr. Nasrul Syarif M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo