×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

FIWS: Kolaborasi AS–Iran di Afganistan (Dinamika Hubungan Iran-Israel – Bagian 2)

Minggu, 29 Juni 2025 | 11:42 WIB Last Updated 2025-06-29T04:42:46Z

Tintasiyasi.ID -- Farid Wadjdi, Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS), mengekspos bagaimana kolaborasi AS-Iran di Afganistan tahun 2001-2002. “Ada beberapa kolaborasi AS-Iran di Afganistan tahun 2001-2002,” bebernya kepada TintaSiyasi.ID., Jumat (27/06/2025).

 

Pertama, setelah tragedi 9/11, Iran berkolaborasi dengan AS untuk menggulingkan Taliban melalui dukungan terhadap Northern Alliance, termasuk pelatihan dan intelijen bersama.

 

Kedua, PBS Frontline dan arsip diplomat mencatat: “Iran encouraged its allies, the Northern Alliance, to fight alongside U.S. special forces… This was Iran's first major effort to help the United States…

 

Ketiga, Wapres Iran saat itu, Mohammad Abtahi, menegaskan bahwa tanpa bantuan Iran, Herat tak dapat direbut secepat itu.

 

Ia mengatakan, ada peran Iran dalam Invasi AS ke Irak (2003–2005). “Iran mendukung Washington dengan membantu oposisi Irak, terutama melalui Badr Brigade — milisi Syiah yang disponsori Iran — dan memberikan intelijen militer,” jelasnya.

 

Selain itu, sitatnya, menurut sumber internal, “Al-Rawi recalls the Iranian role in the war… mobilized the Badr Brigade near the Iraqi Southern border…”.

 

Frontline PBS juga melaporkan bagaimana AS menyadari pengaruh kuat Iran di antara kelompok Syiah saat peralihan kekuasaan pascainvasi. Institute for the Study of War (ISW) mendokumentasikan bahwa sejak 2003, Quds Force Iran dan Hezbollah mendukung milisi Syiah di Irak dengan pelatihan, peralatan, dan logistik,” kutipnya.

 

Iran dan Suriah: Dukungan Lewat Inisiatif Interagency AS

 

“Pemerintah AS mendirikan Iran-Syria Policy and Operations Group (ISOG) pada tahun 2006–2007 untuk menekan rezim Suriah dan mengendalikan kebijakan Iran secara tidak langsung. Proyek ini termasuk penjualan peralatan militer dan pendanaan rahasia bagi oposisi, sekaligus operasi intelijen covert untuk destabilisasi,” ungkapnya.

 

Ada beberapa kutipan kunci terkait hal tersebut menurut Farid:

 

Pertama, Richard Armitage (PBS Frontline).Iran encouraged its allies, the Northern Alliance, to fight alongside U.S. special forces… The Iranians thought… they had done a tremendous amount to help us…”,” kutipnya.

 

Kedua, Iran mendorong sekutunya, Aliansi Utara, untuk bertempur bersama pasukan khusus AS… “Orang Iran mengira… mereka telah melakukan banyak hal yang luar biasa untuk membantu kita…”,” imbuhnya.

 

Ketiga, Al-Rawi (mantan Dubes Irak di Tehran). The Islamic Republic played a helpful role prior to the U.S. invasion… Iran instructed the Shiite political parties and their affiliated militias…” yang artinya Republik Islam memainkan peran yang membantu sebelum invasi AS… Iran menginstruksikan partai-partai politik Syiah dan milisi yang berafiliasi dengan mereka…”,” ucapnya.

 

PBS Frontline adalah sebuah program dokumenter televisi investigatif yang tayang di PBS (Public Broadcasting Service), jaringan televisi publik di Amerika Serikat,” ulasnya.

 

Ia memaparkan mengapa Frontline dikenal luas karena, “Pertama, laporan jurnalistik mendalam mengenai isu-isu penting, seperti politik, kebijakan luar negeri, keamanan nasional, keadilan, dan hak asasi manusia; kedua, gaya dokumenter yang serius dan berbasis fakta, sering kali melibatkan wawancara eksklusif dengan tokoh-tokoh penting dan investigasi yang sangat teliti,” paparnya.

 

Ketiga, telah meraih banyak penghargaan jurnalisme, seperti Peabody Awards dan Emmy Awards; keempat, Frontline sering membuat dokumenter tentang perang di Irak, kebijakan AS terhadap Iran, terorisme global, hingga isu-isu domestik seperti rasisme dan sistem peradilan pidana di AS,” tutupnya.[] Rere

 

 

Bersambung ke: Farid Wadjdi Beberkan Kontroversi Hubungan Ayatullah Khoimeini dengan Amerika (Dinamika Hubungan Iran-Israel – Bagian 3)

Opini

×
Berita Terbaru Update