Tintasiyasi.ID -- Farid Wadjdi, Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS), mengekspos bagaimana kolaborasi AS-Iran di Afganistan tahun 2001-2002. “Ada beberapa kolaborasi AS-Iran di Afganistan tahun 2001-2002,” bebernya kepada TintaSiyasi.ID., Jumat (27/06/2025).
Pertama,
setelah tragedi 9/11, Iran berkolaborasi dengan AS untuk menggulingkan Taliban
melalui dukungan terhadap Northern Alliance, termasuk pelatihan dan intelijen
bersama.
Kedua, PBS
Frontline dan arsip diplomat mencatat: “Iran encouraged its allies, the
Northern Alliance, to fight alongside U.S. special forces… This was Iran's
first major effort to help the United States…”
Ketiga,
Wapres Iran saat itu, Mohammad Abtahi, menegaskan bahwa tanpa bantuan Iran,
Herat tak dapat direbut secepat itu.
Ia mengatakan, ada peran Iran
dalam Invasi AS ke Irak (2003–2005). “Iran mendukung
Washington dengan membantu oposisi Irak, terutama melalui Badr Brigade — milisi
Syiah yang disponsori Iran — dan memberikan intelijen militer,” jelasnya.
Selain itu, sitatnya, menurut
sumber internal, “Al-Rawi recalls the Iranian role in the war… mobilized the
Badr Brigade near the Iraqi Southern border…”.
“Frontline PBS juga
melaporkan bagaimana AS menyadari pengaruh kuat Iran di antara kelompok Syiah
saat peralihan kekuasaan pascainvasi. Institute for the Study of War (ISW)
mendokumentasikan bahwa sejak 2003, Quds Force Iran dan Hezbollah mendukung
milisi Syiah di Irak dengan pelatihan, peralatan, dan logistik,” kutipnya.
Iran dan Suriah: Dukungan Lewat
Inisiatif Interagency AS
“Pemerintah AS mendirikan
Iran-Syria Policy and Operations Group (ISOG) pada tahun 2006–2007 untuk
menekan rezim Suriah dan mengendalikan kebijakan Iran secara tidak langsung. Proyek
ini termasuk penjualan peralatan militer dan pendanaan rahasia bagi oposisi,
sekaligus operasi intelijen covert untuk destabilisasi,” ungkapnya.
Ada beberapa kutipan kunci
terkait hal tersebut menurut Farid:
Pertama, Richard
Armitage (PBS Frontline). “Iran encouraged its allies, the Northern
Alliance, to fight alongside U.S. special forces… The Iranians thought… they
had done a tremendous amount to help us…”,” kutipnya.
Kedua,
Iran mendorong sekutunya, Aliansi Utara, untuk bertempur bersama pasukan khusus
AS… “Orang Iran mengira… mereka telah melakukan banyak hal yang luar biasa
untuk membantu kita…”,” imbuhnya.
Ketiga, Al-Rawi
(mantan Dubes Irak di Tehran). “The Islamic Republic played a
helpful role prior to the U.S. invasion… Iran instructed the Shiite political
parties and their affiliated militias…” yang artinya Republik Islam
memainkan peran yang membantu sebelum invasi AS… Iran menginstruksikan
partai-partai politik Syiah dan milisi yang berafiliasi dengan mereka…”,”
ucapnya.
“PBS Frontline adalah
sebuah program dokumenter televisi investigatif yang tayang di PBS (Public
Broadcasting Service), jaringan televisi publik di Amerika Serikat,” ulasnya.
Ia
memaparkan mengapa Frontline dikenal luas karena, “Pertama, laporan
jurnalistik mendalam mengenai isu-isu penting, seperti politik, kebijakan luar
negeri, keamanan nasional, keadilan, dan hak asasi manusia; kedua, gaya
dokumenter yang serius dan berbasis fakta, sering kali melibatkan wawancara
eksklusif dengan tokoh-tokoh penting dan investigasi yang sangat teliti,”
paparnya.
“Ketiga,
telah meraih banyak penghargaan jurnalisme, seperti Peabody Awards dan Emmy
Awards; keempat, Frontline sering membuat dokumenter tentang
perang di Irak, kebijakan AS terhadap Iran, terorisme global, hingga isu-isu
domestik seperti rasisme dan sistem peradilan pidana di AS,” tutupnya.[] Rere
Bersambung
ke: Farid Wadjdi Beberkan Kontroversi Hubungan Ayatullah Khoimeini dengan
Amerika (Dinamika Hubungan Iran-Israel – Bagian 3)