×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Empat Macam Motif Korupsi Menurut Mantan Penasihat KPK

Minggu, 29 Juni 2025 | 02:24 WIB Last Updated 2025-06-28T19:24:27Z

TintaSiyasi.id -- Mantan Penasihat KPK Dr. Abdullah Hehamahua, S.H., M.M. mengungkap empat macam motif korupsi.

"Berdasarkan motifnya, maka korupsi itu ada yang disebut sebagai motif corruption by need, corruption by greed, corruption by opportunity dan corruption by exposure," tuturnya dalam Dialog Muharram: Hijrah, Merajut Ukhuwah, Merangkai Peradaban Islam Kaffah, Sabtu (28-6-2025) di YouTube One Ummah TV.

Sebelumnya mantan penasihat KPK tersebut memohon maaf bagi bapak dan ibu PNS yang hadir lantaran mengatakan bahwa enam puluh hingga tujuh puluh persen Aparatur Sipil Negara (ASN) melakukan korupsi. Tapi mereka melakukannya bukan karena gajinya kecil, tapi tidak manusiawi.

"Sebagai mantan penasihat KPK saya mengetahui berapa gaji exelon 1, exelon 2, exelon 3, dan seterusnya. PNS yang jujur akan mati tiga kali dalam satu bulan. Karena gajinya cukup untuk sepuluh hari saja. Bagaimana dia disuruh figth pada hari kedua bergantung dari tingkat kreativitas masing-masing ASN," bebernya.

Katakanlah dia tukang fotokopi lanjutnya, hari Senin dia fotokopi satu rim yang biasanya berisi 500 lembar, kemudian tersisa antara lima lembar hingga sepuluh lembar. Selama sepuluh hari terkumpul lima puluh hingga seratus lembar dan sisa tersebut akan dia jual bersama majalah bekas, koran bekas ke tukang loak.

"Itu baru kreativitas tukang fotokopi di kantor. Kalau jabatan lagi ke atas, maka kreativitasnya makin tinggi. Jadi Pinpro, jadi komisaris di perusahaan dan seterusnya. Seperti itu, maka survive sepuluh hari kedua. Sepuluh hari ketiga, mereka mati. Maka kemudian kasbon di warung, pinjam beras tetangga dan seterusnya. Setelah terima gaji akan dibayar lalu mati lagi, seperti itu. Jadi, hal itu adalah corruption by need," terangnya.

Kedua, corruption by greedy. Ia menceritakan pengalamannya ketika masih menjabat sebagai wakil ketua KPK. Dia memeriksa seorang Jenderal anggota MPR dengan datang ke rumahnya di daerah Kelapa Dua. Di sana dia melihat ada dua mobil mewah yang terparkir di pekarangan dan di dalam garasi.

"Ada dua, saya gedor-gedor pintu jemudian ART di sebelah rumah keluar. Di sebelah itu ada satu mobil sedan dan satu mobil kijang buntut. Saya tanya, 'Majikan anda punya dua mobil?' ART itu jawab, 'Oh enggak pak, satu saja ini yang Kijang sedangkan sedan punya bapak sebelah.' 

Kemudian saya tanya lagi, 'Oh yang sedan Bapak di belakang, jadi mobilnya 5?' 

Dia jawab, ' Oh enggak Pak tujuh,' Saya kaget, 'Lho kok cuma dua dan yang lima disimpan mana?' Dia jawab, 'Di rumah anaknya. Jadi, kalau bapak punya istri empat bisa diatur itu. Istri pertama Senin Selasa. Istri kedua, Rabu Kamis dan seterusnya. Ini kerja lima hari tapi mobilnya tujuh. Jadi, dia bingung mau menggunakan mobilnya. Itu karena greedy serakah," geramnya.

Ia juga bercerita bahwa sepuluh tahun lalu pernah menangkap ketua MK yang bergaji Rp.100.000.000/bulan, tapi melakukan korupsi juga dan masuk ke dalam motif corruption by greedy. 

Ketiga, corruption by opportunity. Ia mengaku pernah menangkap ketua KPU di tahun 2005. Pekerjaan mereka adalah dosen, guru besar yang mengajarkan knowledge ilmu pengetahuan. Mereka tidak pernah melihat uang satu miliar dan di KPU ada triliunan rupiah. 

"Waktu Pemilu Orde Baru memang begitu, KPU didatangi pengusaha dan seterusnya. Setiap hari begitu, maka kemudian jeblos. Jadi, korupsi karena peluang dan terakhir yang keempat adalah corruption by exposure, korupsi yang telanjang. Dari Presiden sampai kepala desa korupsi. Anda datang ke Pak RT, ambil KTP sebenarnya gratis, tapi anda salam tempel sama Pak RT kalau tidak akan dikatakan, 'Oh KTPnya belum siap belum selesai dan seterusnya. Jadi, berarti masyarakat juga turut menyuburkan korupsi," pungkasnya. [] Nabila Zidane

Opini

×
Berita Terbaru Update