Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Saatnya Menjadi Pemain Ketika Ekonomi Dunia di Drive Amerika

Jumat, 09 Mei 2025 | 08:28 WIB Last Updated 2025-05-09T01:28:41Z
TintaSiyasi.id -- Ekonom Core Indonesia Muhammad Ishak menyebut pentingnya mengambil sikap untuk menjadi pemain ekonomi dunia ketika ekonomi global di drive oleh Amerika. 

"Memang ekonomi sangat dipengaruhi oleh banyak faktor ya termasuk kebijakan pemerintah baik itu domestik ataupun global. Dan saat ini memang perubahan ekonomi global di drive oleh kebijakan Trump dan ini akan terus berlangsung gitu. Saya sepakat tadi yang disampaikan oleh Ustaz Ismail bahwa kita harus mengambil sikap gitu untuk menjadi pemain, menjadi negara unggulan gitu," bebernya di Fokus Perang Dagang Trump, Kenapa? Live di UIY Official Channel, Ahad (13/04/2025).

Ia meyakini negara unggulan itu bisa berkompetisi dengan Cina dan Amerika Serikat. "Karena kita memiliki sumber daya yang secara kompetisi kita punya banyak keunggulan. Salah satunya sumber daya alam, demografi wilayah-wilayah perdagangan yang kita kuasai atau dikuasai oleh negeri-negeri Muslim," ungkapnya.

Kompetisi Cina vs AS

Ia menambahkan fakta menarik tentang keberhasilan Cina dalam kompetisi global melawan Amerika.

"Salah satu rahasia kenapa Cina itu bisa kompetitif dengan Amerika Serikat ada dua hal. Pertama, peran bank BUMN di Cina itu sangat kuat. Sehingga cost of production di Cina itu bisa lebih murah dibandingkan dengan Amerika Serikat. Salah satunya adalah penguasaan sektor perbankan. Jadi sektor perbankan di Cina itu dimonopoli atau sebagian besar dikuasai oleh ICBC (Industrial and Commercial Bank of China). Dengan suku bunga bank yang dikuasai oleh pemerintah maka suku bunga itu jauh lebih rendah, untuk mendorong industri manufaktur di Cina. Sehingga biayanya jauh lebih rendah dibandingkan bunga di Amerika Serikat," imbuhnya. 

Muhammad Ishak membayangkan kalau misalnya negara Islam yang tidak menerapkan suku bunga kepada industri-industri maupun bisnis. Ia mengira akan jauh lebih kompetitif. 

"Kedua, Cina bisa berkompetisi dengan Amerika Serikat dan negara-negara lain karena peran BUMN sangat kuat, sehingga biayanya atau harganya itu menjadi lebih murah. Seperti energi itu juga didominasi oleh BUMN, sehingga harga listrik misalnya di Cina itu jauh lebih murah dibandingkan dengan Amerika Serikat termasuk juga mungkin di Indonesia gitu," terangnya. 

Menurut dia, dengan analogi kalau kepada konsep bahwa sumber daya alam itu dikuasai negara, maka negara bisa menerapkan harga energi yang lebih murah bahkan gratis kepada industri sehingga lebih kompetitif. 

"Ada lagi, dengan pajak yang lebih rendah maka negeri-negeri Muslim bisa memproduksi barang yang lebih kompetitif. Persoalannya adalah bagaimana ada satu kepemimpinan yang kuat dan memiliki visi untuk menjadikan negara maju," tandasnya.[] Heni

Opini

×
Berita Terbaru Update