Islam yang Dijinakkan
Jargon “Islam moderat” bukan
lahir dari ruang kosong. Itu bagian dari strategi global. Dalam laporan RAND
Corporation, think-tank penting Amerika Serikat, ada proyek besar
bertajuk Civil Democratic Islam: Partners, Resources, and Strategies (2003).
Di sana terang-terangan disebut perlunya mendukung kelompok Islam “moderat” dan
“sekuler”. Langkah ini dimaksudkan untuk membendung kebangkitan Islam politik
dan penerapan syariah secara menyeluruh.
Mereka klasifikasikan umat Islam
jadi empat: fundamentalist, traditionalist, modernist, dan secularist.
Targetnya jelas: hancurkan fundamentalis. Dukung modernis. Jinakkan
tradisionalis. Dan, amplifikasi sekularis. Sayangnya, strategi itu laris manis.
Berhasil ditetapkan di banyak negeri Muslim, termasuk Indonesia.
Banyak tokoh dan institusi Islam
terseret jadi corong narasi moderat. Mereka bicara “Islam damai”, “Islam
toleran”, “Islam adaptif”. Tetapi pada saat yang sama mereka diam terhadap
penjajahan ekonomi, ketimpangan sosial, kriminalisasi ulama, dan kerusakan
negara. Islam dipaksa menyesuaikan diri dengan sistem rusak. Bukan sebaliknya!
Kebaikan yang Salah Arah
Islam bukan sekadar soal wajah
lembut, senyum manis, dan sikap ramah. Islam adalah petunjuk hidup yang
lengkap. Islam dari Allah, yang mengatur seluruh sisi kehidupan. Karena itu,
kita tidak bisa menilai “baik” atau “buruk” hanya dari tampilan dan arahan
Barat atau Timur.
Sebagaimana ditegaskan oleh Allah
Swt.:
> لَيْسَ الْبِرَّ أَن تُوَلُّوا۟
وُجُوهَكُمْ قِبَلَ ٱلْمَشْرِقِ وَٱلْمَغْرِبِ وَلَـٰكِنَّ ٱلْبِرَّ مَنْ ءَامَنَ
بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْـَٔاخِرِ وَٱلْمَلَـٰٓئِكَةِ وَٱلْكِتَـٰبِ وَٱلنَّبِيِّـۧنَ...
Bukanlah menghadapkan wajahmu
ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan. Tetapi sesungguhnya kebajikan
ialah beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab,
nabi-nabi... (QS Al-Baqarah [2]: 177).
Ayat ini menegaskan: kebaikan
bukan sekadar simbolik, tetapi substansial. Kebaikan, menurut Allah, adalah
ketaatan total. Islam tidak bisa dipilih sebagian dan ditinggal sebagian. Islam
bukan hanya soal salat dan puasa. Tetapi juga tentang hukum, politik, ekonomi,
dan negara.
Islam Tidak Bisa Setengah-Setengah
Hari ini kita disuguhi berbagai
narasi: Islam Nusantara, Islam ramah, Islam kebangsaan, Islam transformatif,
dan seterusnya. Tetapi semua itu tidak pernah mengarah ke satu hal paling
penting: penerapan syariah dan tegaknya khilafah sebagai sistem kehidupan.
Sebaliknya, jargon itu justru digunakan untuk menolak Islam kaffah.
Padahal Allah telah memberi
perintah yang sangat jelas:
> يَا أَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱدْخُلُوا۟
فِى ٱلسِّلْمِ كَآفَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَـٰنِ ۚ إِنَّهُۥ
لَكُمْ عَدُوٌّۭ مُّبِينٌ
Wahai orang-orang yang
beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan (kaffah), dan janganlah
kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, dia musuh yang nyata bagimu. (QS
Al-Baqarah [2]: 208).
Islam kaffah artinya menjadikan
Islam sebagai satu-satunya sistem yang memimpin kehidupan. Bukan
disubordinasikan kepada demokrasi. Bukan dikompromikan dengan kapitalisme.
Bukan disesuaikan dengan budaya sekuler atau nilai-nilai Barat.
Yang Tegas Itulah Rahmat
Jebakan Islam moderat membuat
banyak orang salah sangka. Seolah Islam yang tegas adalah ancaman. Di sisi
lain, yang “ramah” (dalam definisi Barat) adalah berkah. Padahal Islam yang
asli, yang diterapkan total, justru adalah rahmat bagi semesta alam.
> وَمَآ أَرْسَلْنَـٰكَ إِلَّا
رَحْمَةًۭ لِّلْعَـٰلَمِينَ
Dan tidaklah Kami mengutusmu
(Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam. (QS
Al-Anbiyā’ [21]: 107)
Tetapi rahmat itu harus
ditegakkan lewat sistem yang adil. Bukan sekadar ceramah motivasi. Bukan hanya
dakwah personal. Tetapi lewat negara yang menegakkan syariat, menjaga umat, dan
menghadang kezaliman. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.:
> إِنَّمَا الإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ
مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ
Sesungguhnya Imam (khalifah)
itu laksana perisai. Orang-orang berperang di belakangnya dan berlindung
kepadanya. (HR Muslim).
Islam Kaffah Bukan Utopia
Islam kaffah bukan wacana kosong.
Ini sistem yang pernah diterapkan lebih dari 13 abad. Ia melahirkan peradaban
besar dari Madinah hingga Istanbul. Ia memberi keamanan, pendidikan, dan
kesehatan gratis. Ia menjaga martabat perempuan, menghormati minoritas, dan
menjamin keadilan sosial.
Islam melarang riba, melindungi
kepemilikan publik, dan menjadikan negara sebagai pengelola amanah umat. Islam
tidak mengenal parlemen elite, utang luar negeri, atau permainan lobi asing.
Bandingkan dengan demokrasi yang
penuh suap. Kapitalisme yang menindas. Sosialisme yang mematikan kreativitas.
Semua itu sudah gagal. Islam yang pernah berjaya, kini saatnya bangkit kembali.
Kita tidak bisa terus terjebak
pada Islam kosmetik. Islam yang hanya dikutip saat pemilu. Islam yang dibatasi
di masjid dan sekolah, tetapi tidak boleh menyentuh istana dan parlemen.
Umat harus sadar. Solusi tidak
akan datang dari sistem yang menjajah. Solusi tidak lahir dari elite yang
berselingkuh dengan kepentingan asing. Solusi hanya ada pada Islam, bila
diterapkan secara kaffah.
Saatnya umat bangkit. Bukan
sekadar sebagai pemeluk Islam, tetapi sebagai pejuang tegaknya Islam. Sebab
hanya Islam kaffah yang akan menyelamatkan dunia, menyelamatkan dan
menyejahterakan rakyatya. Yang tidak kalah pentingnya, Islam memberi kemenangan
di dunia juga akhirat.
(Bersambung Bagian 2.1: Asal-usul
dan Desain Global Islam Moderat. In sya Allah)
Jakarta, 9 Mei 2025
Oleh: Edy Mulyadi
Wartawan Senior