Tintasiyasi.id.com -- Kemarin saat kajian mendapat pertanyaan : “Sebagai emak-emak bagaimana kita mensikapi demo mahasiswa?
Masya Allah keren nih jamaah, walau emak-emak tapi peka terhadap kondisi yang terjadi di tengah masyarakat.
Pertanyaan di atas mengingatkan saya pada Reformasi 1998. Ketika rakyat menjerit karena harga harga barang menjulang tinggi, inflasi tak terkendali, krisis moneter, ada dorongan kuat untuk kudeta, menggulingkan rezim yang berkuasa, mahasiswa pun bergerak, berdemo menduduki gedung DPR-MPR.
Apa tujuan yang hendak dicapai mahasiswa? Hanya untuk menggulingkan rezim, lalu menggantinya dengan rezim yang diharapkan lebih baik dari Soeharto.
Apa yang Terjadi Setelah Pergantian Rezim?
Timor Timur lepas, Polisi dipisah dari ABRI, otonomi daerah dan lain-lain. Yang semua tak ada kaitannya dengan jeritan rakyat yang tercekik harga barang tinggi. Tak ada hubungannya dengan inflasi tinggi yang menyengsarakan rakyat akibat krisis moneter.
Bahkan…
Malah munculnya oligarki 9 Naga, yang muncul di alam Reformasi. Segelintir kapitalis kaya yang hidup di tengah rakyat yang tercekik hidupnya setiap hari.
Tujuan gerakan mahasiswa untuk mengkudeta rezim Soeharto, lalu menggantikannya dengan pemimpin lain yang lebih baik, yang bisa menghentikan inflasi yang mencekik rakyat, yang mengeluarkan rakyat dari krisis moneter, malah memunculkan rezim baru yang makin membuat rakyat sekarat.
Mengapa bisa terjadi?
Karena tujuan mahasiswa demo hanya untuk mengganti orang yang berkuasa. Padahal masalahnya bukan penguasanya tapi sistem yang diterapkan oleh penguasa adalah sistem Kapitalis. Ganti pemimpin tidak ganti sistem, tidak akan merubah keadaan.
Lihatlah ketika oligarki di sistem kapitalis makin menguatkan cengkeramannya, berbagai kebijakan yang muncul malah makin membuat rakyat sekarat. Misal Omnibus Law Cipta Kerja, merugikan buruh dengan menghilangkan hak-hak fundamental mereka, tidak adil bagi buruh, antara lain ada kebijakan outsourcing pekerja seumur hidup tanpa batas jenis pekerjaan yang boleh di outsourcing, sehingga perusahaan tidak wajib bayar pesangon dan benefit lainnya.
Omnibus Law Kesehatan mendapat banyak kritik, di antaranya: Tidak memberi jaminan keamanan dan hukum bagi tenaga medis . Tidak menghargai organisasi profesi. Lebih berpihak pada kepentingan industri kesehatan daripada kepentingan rakyat. Membuka celah untuk mengumpulkan informasi data genetik (genom) penduduk Indonesia. Berbenturan dengan UU Nomor 27 tahun 2022 tentang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP)
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengatur bahwa pendidikan kejuruan, mendorong generadi penerus menempuh pendidikan sekadar untuk memenuhi kebutuhan buruh bagi oligarki. Sekelompok pejabat yang mendorong mengurangi, bahkan meniadakan subsidi bagi rakyat.
Ini sedikit fakta yang menunjukkan gerakan mahasiswa, reformasi tidak mampu menjauhkan rakyat dari inflasi tinggi dan jeritan kesulitan hidup akibat krisis ekonomi, bahkan membuat rakyat terjerat di pasar bebas para kapitalis, malah membuat kapitalis pemilik pabrik-pabrik dan perusahaan membayar rakyat secara murah, membuat rakyat mati perlahan lahan tanpa subsidi negara.
Selayaknya mahasiswa bergerak hari ini, tak hanya mengganti rezim, tapi berusaha mengganti sistem. Dengan sistem Islam yang akan menerapkan aturan dari Allah Sang Maha Kuasa, secara kaffah dalam semua aspek kehidupan.
Maka emak-emak yang punya anak mahasiswa, sadarkan mereka untuk mengalihkan arah perjuangannya pada memperjuangkan penerapan sustem Islam. Yang akan menerapkan Islam secara kaffah, dalam bingkai khilafah.
Sebagaimana telah terbukti selama 1400 tegak, melahirkan peradaban Islam yang mulia pada semua aspek kehidupan , sosial, ekonomi, politik, budaya, kesehatan, sains, teknologi dan lain-lain.
Jika anaknya belum mahasiswa, kenalkan mereka pada sistem Islam yang pernah berjaya memimpin dunia 1000 tahun lebih.Juga persiapkan mereka untuk menjadi pemuda pemudi yang akan mempejuangkan sistem Islam, bukan melanggengkan sistem kapitalis yang hanya menguntungkan segelintir penguasa dan pengusaha (oligarki), sedang mayoritas rakyat tercekik dalam kemelaratan.
Oleh: Dini Sumaryanti
(Founder Komunitas Ibu Hebat)