Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Hagemoni AS Membawa Konflik, Pengamat: Semestinya Dunia Diatur Umat Islam

Sabtu, 25 Januari 2025 | 10:10 WIB Last Updated 2025-01-25T03:10:04Z

Tintasiyasi.ID -- Kuatnya Amerika Serikat (AS) dikancah global tetapi tidak membawa kebaikan, melainkan menciptakan konflik dan kerusakan, Pengamat Hubungan Internasional Budi Mulyana menilai semestinya dunia diatur dan diamanahi kepada umat Islam, sehingga tidak terjadi ketegangan di level internasional.

 

"Semestinya dunia ini diatur dengan kebaikan-kebaikan dan itu adalah amanah yang diserahkan kepada umat Islam, karena Islam adalah rahmatan lil-alamin," ujarnya dalam program Kabar Petang: Ini Komentar Pengamat Setelah Trump Ngotot Ingin Rebut Terusan Panama, di kanal YouTube Khilafah News, Rabu (22/01/2025).

 

Ia mengaku, prihatin dengan pengaruh Islam di kancah internasional yang belum bisa diperhitungkan. “Seperti halnya negara Islam layaknya Arab Saudi, Pakistan, Turki, serta Iran masih berada dalam bayang-bayang AS,” ungkapnya.

 

"Negara-negara Islam tidak menjadi sebuah kekuatan yang independent, apalagi menggunakan prinsip-prinsip Islam untuk mengimbangi kekuatan Amerika di level global. Masih jauhlah ke arah sana," keluhnya.

 

Meski demikian, ia tetap berharap umat Islam dapat bersaing dengan Amerika di kancah internasional. “Terlebih Islam memiliki amanah untuk bisa tambil di level internasional sebagai rahmatan lil-alamin,” tambahnya.

 

"Itu harus menjadi tugas kita umat Islam dan juga negara-negara Muslim lainnya," tegasnya.

 

"Jadi perhatian kepada kita untuk menaikkan level politik umat Islam terus naik di level global, sehingga bisa menandingi kapitalisme yang di bawahi Amerika Serikat yang rusak dan membawa kerusakan," tambahnya.

 

Adapun, ia menilai, selain berbicara terkait negara Islam, negara lain seperti Rusia, China, Inggris, dan Prancis belum menunjukkan taringnya. “Rusia hingga saat ini masih belum menyelesaikan permasalahan dengan Ukraina dan China. Pun demikian terkait masalah Laut China Selatan masih maju mundur,” bebernya.

 

"Negara-negara Eropa seperti Inggris dan Prancis itu kan juga masih membayang-bayangi saja apa yang dilakukan Amerika. Dalam politik global, Amerika ini masih menjadi negara yang dominan," jelasnya.

 

Alhasil, menurutnya, kekuatan AS tergantung dengan siapa negara berjuluk Paman Sam itu dipimpin. Ketika AS memperoleh presiden dengan karakter yang agresif dan arogan, maka akan muncul tindakan AS di luar dugaan.

 

"Karakter yang menunjukkan arogansi Amerika memunculkan tindakan di luar dugaan. Di arena perpolitikan global seperti apa yang dilakukan Donald Trump, ada terobosan-terobosan di luar pakem, seperti mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel," terangnya.

 

Dengan demikian, ia mewaspadai pernyataan-pernyataan Trump. “Apa yang Trump ucapkan bisa direalisasikan. Untuk itu, Indonesia yang mencoba bersikap bertahan bergabung dengan BRICS, meski tidak terlalu signifikan,” ulasnya lagi.

 

"Walaupun mungkin juga tidak termasuk signifikan, karena memang BRICS gabungan dari negara-negara yang menentang hagemoni Amerika secara global ini, seperti Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Sudah 20 tahun lebih BRICS ini berjalan tidak berarti apa-apa dalam menyeimbangi kepentingan global Amerika," tutupnya.[] Taufan


 

 

 


 

 

Opini

×
Berita Terbaru Update