TintaSiyasi.id -- Hari Anak Sedunia atau World Children's Day yang diinisiasi UNICEF (United Nations International Children's Emergency Fund) diperingati setiap tanggal 20 November.
Momentum peringatan Hari Anak Sedunia ini sebagai pengingat akan pentingnya meningkatkan kesejahteraan dan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak di seluruh dunia.
Mengambil tema ”Listen To The Future. (Dengarkan Masa Depan ), peringatan Hari Anak Sedunia tahun 2024 ini seolah menjanjikan harapan yang indah bagi kondisi dan kelangsungan hidup anak-anak di seluruh dunia.
Benarkah demikian? Bagaimana dengan kondisi anak-anak di Gaza, Palestina yang setiap saat dicekam kengerian dan ancaman kematian akibat kebrutalan Zionis Israel?
Kondisi Anak-anak di Palestina
Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, pada Rabu (20/11/2024), mengungkapkan setidaknya 17.400 anak-anak menjadi korban serangan Israel (liputan 6.com, 21/11/2024)
Pada saat anak-anak di belahan dunia yang lain menikmati keceriaan masa kecil dan merenda masa depan, anak-anak Gaza, Palestina harus hidup dalam suasana desingan peluru dan hantaman roket yang ditembakkan secara membabi buta oleh Zionis Israel laknatullah.
Banyak dari mereka yang syahid menemui Rabbnya di usia belia. Sedangkan anak-anak yang selamat, terpaksa harus mengungsi karena wilayah mereka hancur. Mereka juga kehilangan keluarga dan juga teman yang meninggal akibat serangan tersebut.
Anak-anak dari Gaza yang selamat ini tidak hanya mengalami luka-luka fisik, kehilangan anggota tubuh bahkan beberapa dari mereka kehilangan penglihatan. Lebih dari itu, anak –anak itu mengalami trauma psikologis yang berat.
Dikutip dari NPR (National Public Radio) Jumat (27/9/2024), DR Iman Farajallah, seorang psikolog asal Gaza mengungkapkan bagaimana kekerasan telah memengaruhi kesehatan fisik dan mental anak-anak Gaza, Palestina. .
Menurut Iman Farajallah, pemberian layanan kesehatan mental saja tidak dapat menyembuhkan anak-anak tersebut. Sebab, meskipun didampingi, banyak anak-anak Gaza tetap khawatir dan takut terhadap potensi ancaman ke depan.
Masih menurut Farajallah, ketika mendampingi anak-anak Gaza, mereka akan bertanya bagaimana jika terjadi perang lagi? Bisakah Anda melindungi saya? Bisakah Anda melindungi orang tua saya?
Hanya Selebrasi*l
Menjadi sebuah ironi peringatan Hari Anak Sedunia, ketika dunia berselebrasi namun nasib anak-anak korban perang (baca : anak-anak Palestina) kian menjadi-jadi.
Hari Anak Sedunia yang konon sebagai perayaan hak-hak anak sedunia ternyata jauh panggang dari api. Anak-anak di berbagai belahan dunia dihadapkan pada berbagai masalah yang mengancam masa depan mereka. Anak-anak kerap menjadi korban konflik perang,kekerasan(fisik, mental & seksual), perundungan, kekurangan gizi, bahkan kelaparan hingga kematian..
Peringatan Hari Anak Sedunia hanya sebatas narasi dan selebrasi tanpa aksi.
Karena faktanya, hak anak-anak Palestina terampas akibat standar ganda Barat dalam perang Palestina-Zionis Israel. Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan lainnya yang merupakaan sekutu Israel justru mendukung genosida terhadap warga Gaza. Negara- negara tersebut masih mengirim senjata kepada Israel.
Dalam forum-forum internasional untuk menghentikan kebiadaban Zionis, mereka juga membisu dan menutup mata. Padahal mereka tahu persis bahwa korban terbanyak akibat genosida oleh Zionis adalah anak-anak.
PBB sebagai lembaga internasional juga tidak berdaya di hadapan negara adidaya AS dan krooni-kroninya.
Melalui kantor HAM PBB, lembaga dunia itu hanya mengutuk apa yang disebutnya sebagai pelanggaran sistematis terhadap prinsip-prinsip dasar hukum kemanusiaan internasional.
Sistem Islam
Anak adalah calon generasi penerus untuk membangun peradaban gemilang. Negara yang menerapkan syariat Islam dalam sistem pemerintahannya, akan memenuhi kebutuhan anak dengan baik serta memberikan perhatian penuh terhadap keberlangsungan hidup mereka.
Negara akan menjamin hak dasar anak sebagai manusia, seperti hak mendapatkan sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan keamanan.
Negara akan berupaya menghilangkan segala bentuk penjajahan dan kondisi yang menghalangi terpenuhinya hak dasar anak sebagai manusia.
Terhadap penjajahan fisik sebagaimana yang dilakukan oleh Zionis, negara akan menyerukan jihad dengan mengirim tentara terbaik untuk mengusir penjajah tersebut.
Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah dalam hadist yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim, yang artinya “Sesungguhnya seorang imam itu (laksana) perisai. Dia akan dijadikan perisai yang orang akan berperang di belakangnya dan digunakan sebagai tameng. Jika ia memerintahkan takwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan berlaku adil, ia akan mendapatkan pahala. Namun, jika ia memerintahkan yang lain, ia juga akan mendapatkan dosa/azab karenanya.”
Hanya dengan penerapan ideologi Islam kaffah sebagai sistem negara yang mampu menyelamatkan dan anak-anak di seluruh dunia, termasuk anak-anak Palestina.
Oleh: Puji S.R.
Aktivis Muslimah