Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Soal Paham Stoikisme, Pengamat: Gambaran Umat Tidak Memahami Ajaran Islam

Rabu, 30 Oktober 2024 | 16:56 WIB Last Updated 2024-10-30T09:56:39Z
TintaSiyasi.id -- Pengamat Sosial dan Politik Iwan Januar mengatakan paham stokoisme yang dianut sebagian masyarakat dalam hal mengatasi stres dan kecemasan, menggambarkan umat hari ini tidak memahami ajaran Islam.

"Ini sebetulnya adalah gambaran umat hari ini. Mereka tidak memahami dengan utuh ajaran Islam. Sehingga ketika mereka ditawarkan sesuatu yang sebetulnya, dalam Islam ada lebih dalam dan lebih indah, itu mereka enggak tahu, malah menerima yang di luar," ungkapnya dalam Ajaran Stoikisme Berbahaya? Di kanal YouTube Khilafah News, Ahad (27/10/2024).

Ia meberi contoh seorang ditinggal meninggal oleh keluarga, orang yang dicintai, atau kehilangan harta benda, jabatan, maka seorang mukmin yang paham tentang konsep qada dan qadar akan memahami bagian dari hal-hal yang memang harus diterima, karena di luar kemampuannya.

Di dalam Al-Qur'an Allah menyebutkan bahwa ketika ada manusia mendapatkan ujian berupa dikurangi hartanya, makanannya buah-buah bahkan juga ditinggal kematian oleh orang terdekatnya, Allah sampaikan berikan kambar gembira pada orang-orang yang bersabar.

Ia menjelaskan, sebetulnya dalam Islam prinsip ada dua, sabar dan syukur, itu dua hal yang sudah sangat luar biasa, kalau umat Islam membaca satu hadis sahih yang itu tercantum dalam kitab Riyadus Solihin misalnya Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam 

“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim, no. 2999).

Sehingga, prinsip stoikisme sebetulnya di dalam Islam sebetulnya lebih dalam dan lebih luas lagi, tentang sahabar dan syukur kemudian tentang menerima hal-hal yang memang itu tidak bisa di ubah dikendalikan oleh kita, dalam agama kita ada istilah takdir qadha ya ada qadha keputusan Allah yang memang itu datang di luar kendali dan kemampuan manusia baik itu untuk mendatangkannya atau untuk menolaknya.

Tips Kedamaian

Pertama, iman. "Jadi iman itu bukan hanya meyakini Allah itu ada tapi juga meyakini bahwa Allah Maha Kuasa, Allah Maha Menentukan Takdir, makanya ada asma Allah itu Al muqtadir yang Maha Menetapkan dalam Alquran Allah sudah sampaikan banyak hal-hal yang itu merupakan ketetapan Allah yang tidak bisa dihadapi oleh manusia 

قُل لَّن يُصِيبَنَآ إِلَّا مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَىٰنَا ۚ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ ٱلْمُؤْمِنُونَ

Artinya: Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal".

"Makanya kunci yang pertama iman dulu, beriman bahwa kita makhluk, lemah, tidak kuasa dan pada Allah itu ada kekuasaan yang mutlak yang kita dalam banyak hal harus ridha menerima segala ketetapan Allah, tetapi Allah juga memberikan ruang dalam banyak hal kepada kita untuk beramal ketika kita kena musibah kita sabar, ridha menerima musibah tetapi kemudian secara manusiawi Allah meminta kita untuk berikhtiar untuk mengelola musibah itu mengendalikan emosi kemudian kalau itu Katakanlah seperti rumah hancur terbakar maka ikhtiar memperbaiki rumah dan sebagainya," urainya.

Kedua, masyarakat harus mengkaji Islam. "Karena pemikir Islam ini pemikiran yang sangat luas dalam dan luar biasa indah, sayangnya hari ini kaum muslimin dalam kondisi mereka itu jadi mengenal Islam agama tapi bukan hakikatnya mereka tahu Islam itu sebatas cuman shalat saja sebatas ibadah mahdho ya kalaupun akhlak sebatas seperti sopan santun tapi kemudian filosofi tentang aqidah dan ada akhlak dan ibadah Ini yang dari paham maka kuncinya harus ngaji kalau enggak ngaji itu enggak bisa," pungkasnya. [] Alfia Purwanti

Opini

×
Berita Terbaru Update