TintaSiyasi.id -- Dalam Al-Qur'an, terdapat beberapa ayat yang menggambarkan ciri-ciri orang yang beriman. Berikut adalah empat ciri-ciri orang yang beriman menurut Al-Qur'an:
1. Beriman kepada yang ghaib.
Orang yang beriman memiliki keyakinan yang kuat terhadap hal-hal yang ghaib, yaitu hal-hal yang tidak terlihat oleh mata tetapi diyakini kebenarannya, seperti keberadaan Allah, malaikat, hari kiamat, dan takdir.
Hal ini disebutkan dalam Al-Qur'an, Surah Al-Baqarah ayat 3:
ٱلَّذِينَ يُؤۡمِنُونَ بِٱلۡغَيۡبِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ يُنفِقُونَ
"yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka."
2. Mendirikan shalat.
Orang beriman selalu menjaga shalatnya dengan khusyuk dan rutin. Shalat merupakan tiang agama dan bentuk ibadah utama dalam Islam yang mendekatkan hamba kepada Allah. Ini juga disebut dalam Surah Al-Baqarah ayat 3.
3. Menunaikan zakat dan berinfaq di jalan Allah. Selain mendirikan shalat, orang beriman juga menafkahkan hartanya di jalan Allah, baik dalam bentuk zakat wajib maupun sedekah. Hal ini juga terdapat dalam Surah Al-Baqarah ayat 3.
4. Beriman kepada kitab-kitab Allah dan hari akhir.
Orang beriman meyakini kebenaran kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada para nabi, termasuk Al-Qur'an, dan percaya akan adanya hari kiamat serta kehidupan setelah mati. Ini disebutkan dalam Surah Al-Baqarah ayat 4: "Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al-Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelum kamu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat."
Keempat ciri ini menggambarkan bagaimana keimanan tidak hanya sebatas keyakinan dalam hati, tetapi juga diwujudkan melalui perbuatan dan kepatuhan kepada perintah Allah.
Siapa yang merindukan surga, dia akan bersegera melakukan kebaikan.
Ungkapan "Siapa yang merindukan surga, dia akan bersegera melakukan kebaikan" mengandung makna yang mendalam dan sangat sejalan dengan ajaran Islam. Kalimat ini menggambarkan motivasi yang kuat bagi seorang Muslim untuk berbuat baik, karena keyakinan dan kerinduan akan surga mendorong seseorang untuk selalu melakukan amal kebaikan.
Dalam Islam, surga digambarkan sebagai tempat kebahagiaan yang abadi, penuh dengan kenikmatan yang tidak terbayangkan oleh manusia. Oleh karena itu, seseorang yang merindukan surga akan terdorong untuk:
• Meningkatkan keimanan dan ketakwaan, dengan cara melaksanakan ibadah-ibadah wajib seperti shalat, puasa, dan zakat.
• Melakukan amal saleh, seperti berbuat baik kepada sesama, menolong orang yang membutuhkan, dan menjaga akhlak yang mulia.
• Menghindari dosa dan maksiat, karena mereka sadar bahwa perbuatan buruk akan menjauhkan mereka dari rahmat Allah dan surga.
Motivasi untuk mendapatkan surga ini banyak disinggung dalam Al-Qur'an. Sebagai contoh, dalam Surah Al-Imran ayat 133: "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa."
Ayat ini mendorong umat Islam untuk bersegera dalam kebaikan dan taubat, sebagai jalan untuk meraih surga. Oleh karena itu, ungkapan tersebut sangat sesuai dengan semangat yang diajarkan dalam Islam, yaitu berlomba-lomba dalam kebaikan untuk mendapatkan ridha Allah dan surga-Nya.
Siapa yang takut siksa neraka, dia akan berhenti mengikuti hawa nafsu.
Ungkapan "Siapa yang takut siksa neraka, dia akan berhenti mengikuti hawa nafsu" mencerminkan salah satu prinsip penting dalam Islam, yaitu bahwa kesadaran akan adanya balasan buruk di akhirat (neraka) dapat menjadi motivasi kuat bagi seorang Muslim untuk mengendalikan diri dan menjauhi perbuatan yang tidak diridhai Allah.
Berikut adalah beberapa poin yang mendukung ungkapan ini:
1. Kesadaran akan Siksa Neraka.
Dalam Al-Qur'an dan hadits, siksa neraka digambarkan dengan sangat mengerikan sebagai peringatan bagi manusia agar tidak terjerumus dalam dosa. Orang yang benar-benar meyakini adanya neraka akan terdorong untuk menjauhi segala sesuatu yang dapat menjerumuskannya ke dalam siksaan tersebut.
2. Mengendalikan Hawa Nafsu.
Mengikuti hawa nafsu seringkali mengarahkan seseorang kepada perbuatan dosa seperti kebohongan, kemarahan, perzinahan, dan keserakahan. Namun, ketika seseorang menyadari bahwa mengikuti hawa nafsu bisa membawa mereka kepada murka Allah dan siksa neraka, mereka akan lebih termotivasi untuk menahan diri dan memilih jalan yang diridhai Allah.
3. Tazkiyatun Nafs (Penyucian Jiwa).
Islam mengajarkan pentingnya penyucian jiwa, yang salah satu caranya adalah dengan mengendalikan hawa nafsu. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman dalam Surah An-Nazi'at ayat 40-41: "Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya."
4. Taubat dan Perubahan Diri.
Rasa takut akan siksa neraka sering kali menjadi motivasi bagi seseorang untuk bertaubat dan memperbaiki dirinya. Ketika seseorang takut akan murka Allah, ia akan berusaha meninggalkan perbuatan maksiat dan berusaha menjalani hidup sesuai dengan tuntunan agama.
Ungkapan ini menekankan bahwa ketakutan yang sehat akan hukuman di akhirat bukanlah sekadar rasa takut yang pasif, melainkan sebuah dorongan untuk aktif menghindari dosa dan menundukkan hawa nafsu, serta menjalani hidup dengan penuh kesadaran akan tujuan akhir hidup, yaitu mencapai ridha Allah dan terhindar dari siksa neraka.
Siapa yakin datangnya kematian, dia tidak akan terlena dengan kesenangan dunia.
Ungkapan "Siapa yang yakin datangnya kematian, dia tidak akan terlena dengan kesenangan dunia" mengandung pesan yang mendalam tentang kesadaran akan kefanaan hidup dan pentingnya mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah mati. Berikut beberapa poin yang mendukung ungkapan ini:
1. Kesadaran akan Kehidupan yang Sementara.
Dalam Islam, dunia ini dianggap sebagai tempat yang sementara, sedangkan kehidupan setelah mati adalah kehidupan yang kekal. Keyakinan bahwa kematian bisa datang kapan saja membuat seseorang lebih sadar akan pentingnya tidak terjebak dalam kesenangan duniawi yang sering kali menipu.
Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman dalam Surah Al-Hadid ayat 20: "Ketahuilah bahwa kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning, kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu."
2. Mengingat Kematian (Zikirul Maut).
Nabi Muhammad SAW menganjurkan umatnya untuk sering mengingat kematian, karena hal ini dapat menjauhkan mereka dari sikap lalai dan kesenangan yang berlebihan. Dalam haditsnya, Rasulullah SAW bersabda:
"Perbanyaklah mengingat pemutus segala kelezatan, yaitu kematian." (HR. Tirmidzi)
3. Prioritas untuk Akhirat.
Orang yang yakin akan datangnya kematian akan cenderung menempatkan akhirat sebagai prioritas utama dalam hidupnya. Mereka akan lebih fokus pada amalan yang akan membawa mereka ke surga dan menjauhkan diri dari hal-hal yang hanya memberikan kesenangan sementara tanpa manfaat di akhirat.
4. Menghindari Sikap Tamak dan Serakah.
Keyakinan akan kematian juga mengajarkan seseorang untuk tidak terlalu tamak atau serakah terhadap harta dunia, karena mereka menyadari bahwa semua harta benda tersebut akan ditinggalkan saat kematian datang. Rasulullah SAW bersabda: "Hati orang yang tua itu selalu merasa muda dalam dua hal: cinta dunia dan panjang angan-angan." (HR. Bukhari dan Muslim)
5. Motivasi untuk Beramal.
Kesadaran akan kematian mendorong seseorang untuk terus beramal shaleh dan mempersiapkan bekal untuk kehidupan setelah mati. Mereka memahami bahwa waktu mereka di dunia terbatas, dan apa yang mereka perbuat di dunia akan menentukan nasib mereka di akhirat.
Ungkapan ini menekankan bahwa kesadaran akan kematian dan kefanaan hidup membuat seseorang tidak akan terlena dengan kesenangan duniawi yang sesaat. Sebaliknya, mereka akan lebih fokus pada hal-hal yang bermanfaat untuk akhirat, menjalani hidup dengan kesadaran penuh akan tujuan akhir, yaitu meraih keridhaan Allah dan kebahagiaan abadi di surga.
Siapa yang mengetahui bahwa dunia adalah tempat ujian, semua musibah akan dirasa ringan.
Ungkapan "Siapa yang mengetahui bahwa dunia adalah tempat ujian, semua musibah akan dirasa ringan" mengandung makna bahwa kesadaran akan tujuan hidup di dunia ini sebagai ujian dari Allah dapat membantu seseorang menghadapi segala cobaan dan musibah dengan sabar dan lapang dada. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai makna ungkapan ini:
1. Kesadaran Akan Hakikat Dunia.
Dalam Islam, dunia ini dianggap sebagai tempat sementara di mana manusia diuji dengan berbagai macam ujian, baik berupa kesenangan maupun kesulitan. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Mulk ayat 2: "Yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun."
Kesadaran ini membantu seseorang memahami bahwa musibah adalah bagian dari ujian yang harus dihadapi sebagai bagian dari perjalanan hidup di dunia.
2. Sikap Sabar dan Tawakal.
Menyadari bahwa dunia adalah tempat ujian mendorong seseorang untuk bersikap sabar dan tawakal (berserah diri) kepada Allah ketika menghadapi musibah. Mereka percaya bahwa setiap ujian memiliki hikmah dan akan mendatangkan kebaikan jika dihadapi dengan sabar.
Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 155: "Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar."
3. Meringankan Beban Musibah.
Ketika seseorang memahami bahwa musibah adalah ujian dari Allah, beban yang dirasakan akan terasa lebih ringan. Mereka tidak akan merasa putus asa atau terlalu berlarut-larut dalam kesedihan, karena mereka menyadari bahwa semua yang terjadi adalah bagian dari rencana Allah yang penuh hikmah.
4. Motivasi untuk Berbuat Baik.
Mengetahui bahwa dunia adalah tempat ujian juga memotivasi seseorang untuk terus berbuat baik dan memperbaiki diri, karena setiap tindakan di dunia akan dinilai oleh Allah dan akan menentukan nasib di akhirat. Mereka berusaha untuk tetap berbuat baik dan menjaga keimanan meskipun dalam kondisi sulit.
5. Hikmah di Balik Musibah.
Dalam Islam, setiap musibah yang menimpa seorang mukmin dapat menjadi penghapus dosa dan peningkatan derajat jika dihadapi dengan sabar. Nabi Muhammad SAW bersabda: "Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu keletihan, sakit, kesedihan, gangguan, kesusahan, atau bahkan sekadar tertusuk duri, melainkan Allah akan menghapuskan dosa-dosanya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Ungkapan ini menekankan bahwa pemahaman tentang dunia sebagai tempat ujian membantu seseorang menghadapi musibah dengan lebih baik, memandang cobaan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, dan menjaga ketenangan hati dengan keyakinan bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah bagian dari ujian yang harus dijalani dengan sabar dan ikhlas.
Oleh. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo