Tintasiyasi.ID -- Menjawab pertanyaan Ahli Tata Negara Refly Harun di Podcast-nya tentang idealistis penerapan Islam, Dai Muda Felix Fiauw menyatakan bahwa konsep idealistis Islam adalah sesuatu yang termasuk paling teruji.
“Kalau kita berbicara tentang idealistis, maka idealistis itu adalah sesuatu
yang enggak boleh ada ada flow dan cacatnya. Makanya idealistis dan konsep idealistis itu diuji. Saya pikir konsep idealistis Islam
adalah sesuatu yang termasuk paling teruji,” terangnya dalam Refly Harun Channel dengan tema Makin Terang Tanda
Kebangkitan Islam? Ustadz Felix: Siap-Siap 2027 Bakal Ada Perubahan Besar!!,
Rabu (03/07/2024).
Sepanjang sejarah, separah-parahnya Islam itu
masih lebih baik daripada sistem apa pun yang pernah terjadi. “Kalau ditanya yang paling ideal itu
seperti apa? Realitas yang paling mendekati idealistis itu seperti apa? Maka
jawabannya tentu saja ketika Rasulullah di Madinah. Itulah idealistis yang paling
mendekati realitas dan kemudian setelah itu khulafaurasyidin. Setelah itu berarti Kekhilafan Umayyah, setelah itu
Abbasiyah, kemudian Utsmaniyah,” bebernya.
Kemudian, dia membandingkan secara idealistis konsep
demokrasi sangat-sangat tidak ideal, apalagi penerapannya. Berbeda dengan
Islam, idealistis Islam itu luar biasa. “Karena kalau kita bicara tentang check and
balances itu ada tiga lapis. Pertama, lapis individual; kedua, lapis masyarakat, (yaitu) pressure komunitas atau masyarakat; ketiga, kepastian hukum,”
bebernya.
“Di dalam demokrasi kita ada check and balances,
apakah di dalam Islam ada? Kita bicara check and balances versinya Islam. Gimana caranya agar
orang-orang itu tidak terjebak dalam problematika-problematika lama. Misal, problematika demokrasi yang paling lama quis
custodiet ipsos custodes, siapa yang mengawasi sang pengawas,” tambahnya.
Ia mencontohkan, bagaimana problem lama yang sampai sekarang
tidak pernah bisa diselesaikan. “Ujung-ujungnya itu di MK. Terus MK siapa yang ngawasin,
kan gitu. (Apakah) polisi, atau kepala polisi, atau presiden. Kalau orang sudah
punya kekuasaan absolut, dia akan power tends to corrupt, absolute power corrupts
absolutely,”
jelasnya.
“Nah, idealistis itu beda dengan realitas. Realitas itu berkaitan dengan manusia.
Makanya dikatakan
bahwasanya khilafah ataupun sistem Islam itu adalah Daulah Basyariah, adalah negara manusia. Kalau negara
manusia dia berpotensi untuk salah, cuman kesalahannya diminimalisir pada
kesalahan user, bukan kesalahan sistem,” terangnya.
“Nah, kalau kita bicara lagi tentang Islam,
kesalahan satu-satu yang dimungkinkan adalah dari penerapan orang-orangnya.
Maka terjadilah kemudian problematika-problematika seperti tadi,” pungkasnya.[] Sri Nova Sagita