TintaSiyasi.id -- Penjelasan Lengkap — Reflektif — Mencerahkan Jiwa.
Imam al-Hakim al-Tirmidzi (w. 320 H), salah satu tokoh besar tasawuf dan psikologi ruhani Islam, menjelaskan bahwa hati manusia memiliki tingkatan-tingkatan spiritual yang berjalan seiring dengan naiknya kualitas iman, kejernihan jiwa, dan kematangan tauhid seseorang. Dalam kitabnya Istafti Qalbak, ia menempatkan empat tingkatan struktur batin manusia: Shadr, Qalb, Fuad, dan Lubb.
Keempat tingkatan ini bukanlah entitas yang terpisah, tetapi fase perkembangan batin menuju pengenalan Allah secara benar (ma’rifah) dan penghayatan tauhid secara utuh.
1. Shadr (Dada)
Letak Cahaya Islam — Predikat: Muslim — Jiwa: Ammarah
Shadr adalah pintu pertama cahaya ketuhanan memasuki diri seseorang. Di sinilah cahaya Islam bertempat, yaitu ketaatan dasar berupa tunduk, patuh, dan menerima ajaran Rasulullah Saw.
Karakteristik Shadr
Ruang batin masih luas untuk dipengaruhi hawa nafsu.
Menandai fase seseorang sebagai Muslim, yakni telah menerima Islam secara formal dan lahiriah.
Di sini dominan nafs ammarah, yaitu jiwa yang mendorong pada kejahatan, kebutuhan duniawi, dan syahwat.
Suasana batin masih sering diliputi konflik internal: antara keinginan taat dan tarikan maksiat.
Tanda Cahaya Islam di Shadr
Menerima kebenaran,
Mulai menjalankan ibadah wajib,
Sensitif terhadap larangan,
Ada dorongan ingin berubah menjadi lebih baik.
Walau masih labil, fase ini adalah gerbang awal menuju pencerahan.
2. Qalb (Hati)
Letak Cahaya Iman — Predikat: Mukmin — Jiwa: Mulhamah
Ketika cahaya Islam ditanamkan kuat dan dijaga, ia naik ke maqam Qalbi, inti spiritual yang lebih lembut dan lebih mudah menerima kebenaran.
Imam al-Tirmidzi menyebut bahwa pada tahap ini seseorang memasuki cahaya iman, yaitu keyakinan yang hidup, aktif, dan memberi kekuatan moral.
Ciri-ciri Qalb
Keteguhan dalam ibadah meningkat.
Hati mulai hidup: tersentuh oleh ayat-ayat Allah, hadis, dan zikir.
Muncul dorongan kebaikan yang disebut ilham, yang mengarahkan pada amal saleh.
Di tahap ini bekerja nafs mulhamah: jiwa yang menerima ilham dari Allah.
Predikat: Mukmin
Seorang mukmin bukan hanya patuh, tetapi:
yakin dengan hati
tunduk dengan kerinduan
beramal dengan konsisten
Hatinya menjadi medan pertempuran antara ilham dan hawa nafsu—namun cahaya iman mulai menang.
3. Fuad (Nurani)
Letak Cahaya Ma’rifat — Predikat: ‘Arif — Jiwa: Lawwamah
Fuad adalah pusat kesadaran nurani, tempat seseorang memahami bukan hanya apa yang harus dilakukan, tetapi mengapa dan untuk siapa ia melakukannya.
Di sinilah cahaya ma’rifat bersemayam:
pengetahuan mendalam tentang Allah, bukan sekadar secara teks, tetapi secara rasa, kehadiran, dan kesadaran.
Ciri-ciri Fuad
Hati sangat peka terhadap kebenaran
Jika berbuat salah, segera menyesal. Muncul nafs lawwāmah, jiwa yang banyak mencela diri karena takut kepada Allah
Arah hidup menjadi lebih jelas: mencari keridhaan Allah semata
Jiwa memasuki dunia dzawq, rasa spiritual yang lembut
Predikat: ‘Arif
Seorang arif:
mengenal Allah dengan penyaksian batin,
melihat hikmah Allah dalam segala kejadian,
merasa selalu dalam pengawasan-Nya.
Fuad adalah madrasah penyucian jiwa.
4. Lubb (Lubuk Hati)
Letak Cahaya Tauhid — Predikat: Muwahhid — Jiwa: Muthmainnah
Ini adalah pusat terdalam dalam struktur batin manusia. Lubb adalah lubb al-lub — sari, inti, dan hakikat hati.
Di sinilah bersemayam cahaya tauhid:
penyaksian paling murni bahwa “Tiada Tuhan selain Allah” dalam seluruh aspek hidup.
Tanda Lubb yang Hidup
Jiwa sangat tenang → nafs muthmainnah
Tidak goyah oleh pujian ataupun celaan
Seluruh gerak hidup berorientasi pada Allah
Cinta Allah menjadi pusat seluruh rasa
Predikat: Muwahhid
Seorang muwahhid:
tidak mengandalkan selain Allah
tidak takut kecuali kepada Allah
memandang kehidupan dengan pandangan tauhid
seluruh akhlaknya memantulkan cahaya Ilahi
Inilah maqam tertinggi dari perjalanan spiritual seorang hamba.
Ringkasan Tingkatan Hati
Tingkatan - Cahaya - Predikat Manusia - Tingkat Jiwa - Fokus - Spiritualitas
Shadr - Islam - Muslim - Ammarah - Taat lahiriah, menerima kebenaran.
Qalb - Iman - Mukmin - Mulhamah - Hidupnya iman, ilham kebaikan.
Fuad - Ma’rifat - Arif - Lawwamah - Kesadaran batin, penyaksian hikmah
Lubb -Tauhid - Muwahhid - Muthmainnah - Kejernihan tauhid, ketenangan hakiki
Penutup: Jalan Naik Menuju Allah
Empat tingkatan batin ini menggambarkan bahwa perjalanan menuju Allah adalah proses:
1. Menerima kebenaran (Islam)
2. Meyakini kebenaran (Iman)
3. Menghayati kebenaran (Ma’rifat)
4. Menyatu dalam kebenaran (Tauhid)
Ia bukan perjalanan instan, tetapi proses penyucian jiwa, pembersihan hati, dan penguatan tauhid secara bertahap.
Sebagaimana dikatakan Imam al-Hakim al-Tirmidzi:
“Barang siapa mengenal hatinya, maka ia mengenal Tuhannya.”
Semoga Allah membersihkan hati kita, menaikkan derajat spiritual kita, dan menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang muthmainnah yang dipanggil dengan lembut pada hari perjumpaan:
“Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu…” (QS. Al-Fajr: 27–28).
Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spirtual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo