TintaSiyasi.id -- Di tengah derasnya arus perubahan zaman, teknologi yang kian canggih, pola hidup manusia yang terus bergeser, serta tantangan moral yang semakin kompleks, masih ada satu cahaya abadi yang tak pernah padam: Al-Qur’anul Karim. Ia bukan hanya kitab suci bagi umat Islam, tetapi hudā linaas, yakni petunjuk bagi seluruh manusia, lintas budaya, lintas generasi, lintas peradaban.
Allah Ta’ala berfirman:
شَهۡرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِيٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ هُدٗى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٖ مِّنَ ٱلۡهُدَىٰ وَٱلۡفُرۡقَانِۚ
"Bulan Ramadan, bulan diturunkannya Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia, penjelasan tentang petunjuk itu, dan sebagai pembeda antara yang benar dan batil."
(QS. Al-Baqarah: 185).
Ayat ini menegaskan misi agung Al-Qur’an: bukan hanya menjadi bacaan, bukan hanya menjadi kitab ritual, tetapi menjadi pedoman hidup bagi seluruh manusia. Kapan pun dan di mana pun ia berada.
1. Al-Qur’an: Kitab yang Tak Terikat Waktu
Kitab-kitab sebelum Al-Qur’an turun untuk umat tertentu dan masa tertentu. Namun Al-Qur’an berbeda, ia turun sebagai pesan terakhir, penyempurna wahyu-wahyu sebelumnya, dan berlaku abadi hingga hari kiamat.
Kesempurnaan ini Allah tegaskan dalam firman-Nya:
“Hari ini Aku telah sempurnakan agamamu untukmu...”
(QS. Al-Ma’idah: 3).
Apabila sesuatu telah sempurna, ia tidak perlu lagi diganti, direvisi, atau diperbaiki. Karena itu Al-Qur’an melintasi zaman, dari peradaban unta dan padang pasir hingga era satelit, kecerdasan buatan, dan perjalanan ke luar angkasa.
Ilmu berubah, teori berkembang, namun nilai-nilai Al-Qur’an tetap relevan dan membimbing:
• manusia tentang tujuan hidup
• masyarakat tentang moral dan keadilan
• peradaban tentang etika dan kemuliaan
2. Al-Qur’an: Diturunkan untuk Seluruh Manusia
Al-Qur’an tidak datang hanya untuk bangsa Arab. Allah menegaskan:
“Dan tidaklah Kami mengutusmu (Muhammad) kecuali kepada seluruh manusia: sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan.”
(QS. Saba’ : 28).
Pesan Al-Qur’an bersifat universal karena ia berbicara kepada:
• Akal, yang haus logika dan argumentasi.
• Hati, yang merindukan ketenangan dan kedamaian.
• Fitrah, yang selalu mencari tujuan hidup dan Sang Pencipta.
Tidak ada manusia yang tidak membutuhkan petunjuk, sebagaimana tidak ada tubuh yang tidak butuh air.
3. Keindahan Pesan Al-Qur’an dalam Kehidupan
Al-Qur’an bukan hanya kumpulan hukum dan aturan. Ia adalah kitab kehidupan. Di dalamnya terdapat:
• Nilai spiritual untuk menenangkan hati
• Nilai sosial untuk menguatkan persaudaraan
• Nilai moral untuk membangun karakter mulia
• Nilai ekonomi untuk menegakkan keadilan
• Nilai keluarga untuk membangun rumah tangga penuh rahmat
• Nilai kepemimpinan untuk menegakkan amar ma'ruf nahi munkar
Allah berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدۡ جَآءَتۡكُم مَّوۡعِظَةٞ مِّن رَّبِّكُمۡ وَشِفَآءٞ لِّمَا فِي ٱلصُّدُورِ وَهُدٗى وَرَحۡمَةٞ لِّلۡمُؤۡمِنِينَ
"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. Yunus: 57).
Betapa banyak hati yang gelisah menjadi tenang karena Al-Qur’an.
Betapa banyak jiwa yang tersesat kembali menemukan arah hidup karena Al-Qur’an.
Betapa banyak peradaban runtuh lalu bangkit kembali karena Al-Qur’an.
4. Tugas Kita: Menjadikan Al-Qur’an Pemimpin dalam Hidup
Kemuliaan Al-Qur’an bukan pada lembaran kertasnya, bukan pada mushaf berornamen emas, bukan pada lantunan merdu yang viral, tetapi pada sejauh mana ia mengubah hati dan kehidupan.
Para salaf berkata:
“Bukanlah orang yang banyak membaca Al-Qur’an yang mulia, tetapi orang yang hidup bersama Al-Qur’an, memahami maknanya, dan mengamalkannya.”
Maka tugas kita ada tiga:
1. Membaca dengan cinta.
Bukan sekadar mengejar target, tapi membaca seolah Allah sedang berbicara kepada kita.
2. Merenungi makna.
Tadabbur membuka hikmah. Menjadikan Al-Qur’an berbicara kepada realitas kita.
3. Mengamalkan dalam kehidupan.
Al-Qur’an harus hadir dalam rumah, hati, pekerjaan, interaksi, bahkan mimpi kita.
Penutup: Jadilah Cahaya dari Cahaya Al-Qur’an
Di dunia yang penuh kegelisahan, Al-Qur’an hadir bukan untuk membebani, tetapi untuk membimbing. Bukan untuk mengekang, tetapi untuk memerdekakan jiwa dari kesesatan dan kehampaan.
Barang siapa menjadikan Al-Qur’an sebagai pemandu perjalanan hidupnya, maka:
• Allah beri ketenangan meski orang lain gelisah.
• Allah beri jalan keluar meski orang lain tersesat.
• Allah beri cahaya meski dunia terasa gelap
Rasulullah Saw. bersabda:
“Al-Qur’an adalah pembela (syafa'at) bagi siapa yang bersahabat dengannya.”
(HR. Muslim).
Semoga kita bukan hanya menjadi pembaca Al-Qur’an, tetapi umat yang dibimbing dan hidup bersama Al-Qur’an hingga akhir hayat.
Aamiin ya Rabbal ‘Alamin.
Dr Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo