Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Etos Kerja Guru yang Asik dan Inspiratif: Menjadi Lentera Ilmu dan Cahaya Peradaban

Senin, 01 September 2025 | 13:04 WIB Last Updated 2025-09-01T06:04:45Z

TintaSiyasi.id -- Pendahuluan: Guru Sebagai Penentu Arah Bangsa

Di balik kemajuan suatu bangsa, ada sosok-sosok guru yang bekerja dengan hati, ikhlas, dan penuh dedikasi. Guru bukan hanya pengajar, tetapi pembimbing jiwa, pembentuk karakter, dan penentu arah peradaban. Dalam Islam, guru disebut al-mu’allim, yang tugasnya tidak hanya mentransfer pengetahuan, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kebajikan. Rasulullah Saw. bersabda:

"Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." 
(HR. Ahmad).

Makna Ethos Kerja Guru dalam Perspektif Spiritual dan Sosial

Kata ethos berarti karakter, sikap, dan semangat yang menjadi landasan perilaku seseorang dalam bekerja. Bagi guru, ethos kerja mencakup integritas, dedikasi, dan keikhlasan dalam mendidik. Al-Qur’an memberi penekanan pada pentingnya keikhlasan dan niat:

"Dan mereka tidak diperintahkan kecuali untuk beribadah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya." 
(QS. Al-Bayyinah: 5).

Dengan demikian, mengajar bukan sekadar pekerjaan, tetapi ibadah. Guru yang memahami hal ini akan menanamkan nilai-nilai kebaikan pada murid dengan penuh cinta, bukan karena paksaan.

Pilar-Pilar Ethos Kerja Guru yang Asik dan Inspiratif

1. Ikhlas dan Berorientasi Ibadah

Guru yang asik adalah guru yang mengajar dengan hati, bukan hanya otak. Mereka memahami bahwa mendidik adalah tugas mulia dan amanah Allah. Imam Al-Ghazali menegaskan bahwa seorang pendidik sejati adalah mereka yang "mengarahkan muridnya menuju kebahagiaan akhirat, bukan sekadar keberhasilan duniawi."

2. Integritas dan Keteladanan

Keteladanan adalah inti dakwah. Guru harus menjadi sosok yang bisa dipercaya, berkata jujur, dan berperilaku sesuai ajaran agama. Al-Qur’an mengingatkan:

"Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?" (QS. As-Shaff: 2-3).

Integritas guru yang tercermin dalam disiplin, kesabaran, dan kejujuran akan menjadi cermin yang mengilhami siswa.

3. Kreatif, Inovatif, dan Menyenangkan

Guru yang inspiratif mengajar dengan metode yang segar dan tidak membosankan. Misalnya:

Menggunakan pendekatan project-based learning yang melibatkan siswa dalam proyek nyata.

Menyisipkan cerita sejarah, kisah nabi atau hikmah ulama dalam pembelajaran.

Menggunakan teknologi digital dan media sosial untuk edukasi.

Rasulullah Saw. adalah teladan pengajar yang memikat hati. Beliau menyampaikan ilmu dengan kelembutan, bukan kekerasan.

4. Empati dan Peduli pada Murid

Guru yang asik tidak hanya mengajar, tetapi juga mendengarkan. Mereka peka terhadap perbedaan kemampuan siswa dan memahami latar belakangnya. Ibnu Qayyim menulis: “Hati manusia akan terbuka ketika disapa dengan kasih sayang dan ditutup ketika dipaksa dengan kekerasan.”

5. Menjadi Motivator dan Pemberi Harapan

Seorang guru harus membangkitkan semangat siswa, bukan meruntuhkannya. Kata-kata positif, apresiasi, dan doa adalah kekuatan yang mampu mengubah masa depan murid. Rasulullah Saw. bersabda:

"Barangsiapa menunjukkan kepada kebaikan, maka ia mendapatkan pahala seperti pelakunya." (HR. Muslim).

Implementasi Nyata Ethos Kerja yang Asik dan Inspiratif

Bagaimana guru bisa menerapkan ethos kerja ini dalam kehidupan sehari-hari? Berikut strategi praktis:

1. Menghidupkan Kelas: Buka pelajaran dengan cerita atau refleksi singkat yang menggugah hati.

2. Memberikan Apresiasi: Ucapkan terima kasih kepada murid yang berusaha, meski hasilnya belum sempurna.

3. Mengajar dengan Konteks Kehidupan Nyata: Kaitkan materi dengan pengalaman sehari-hari siswa.

4. Menggunakan Media Sosial Positif: Guru bisa membuat konten edukatif di TikTok, YouTube atau Instagram agar siswa melihat teladan yang baik di dunia digital.

5. Kolaborasi dengan Orang Tua: Menjalin komunikasi yang sehat antara sekolah dan keluarga untuk mendukung perkembangan siswa.

Dimensi Spiritualitas dalam Profesi Guru

Profesi guru tidak hanya berdampak di dunia, tetapi juga menjadi amal jariyah di akhirat. Rasulullah Saw.  bersabda:

"Apabila anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang saleh yang mendoakannya." (HR. Muslim).

Ilmu yang diajarkan guru, jika bermanfaat, akan terus mengalir pahalanya meskipun sang guru telah tiada. Betapa mulianya profesi ini!

Refleksi: Menjadi Guru yang Menumbuhkan Kehidupan

Kita hidup di era yang penuh tantangan: degradasi moral, pengaruh negatif media, dan perubahan sosial yang cepat. Di sinilah peran guru menjadi krusial. Guru yang asik dan inspiratif bukan sekadar mendidik, tetapi menumbuhkan kehidupan, membangkitkan optimisme, dan menjadi pelita di tengah kegelapan.

Hamka pernah berkata: "Kalau hidup sekadar hidup, babi di hutan juga hidup. Kalau kerja sekadar kerja, kera juga bekerja." Guru sejati adalah mereka yang bekerja dengan visi, nilai, dan dedikasi, bukan sekadar rutinitas.

Penutup: Guru Adalah Cahaya Peradaban

Ethos kerja guru yang asik dan inspiratif adalah kunci membangun generasi emas. Guru yang penuh semangat, kreatif, dan ikhlas akan melahirkan murid-murid berakhlak mulia, berilmu luas, dan berkontribusi bagi bangsa dan agama.

Mari para guru menjadikan profesi ini sebagai ladang amal. Jangan pernah lelah menjadi pelita yang menerangi jalan umat karena setiap tetes ilmu yang diajarkan dengan cinta, kelak akan menjadi cahaya yang tak pernah padam di dunia maupun akhirat.

Dr. Nasrul Syarif, M.Si. 
Penulis Buku gizi spiritual dan Dosen Pascasarjana  UIT Lirboyo

Opini

×
Berita Terbaru Update