×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tiga Cahaya Hati: Wirid Makrifat dari Ibnu Athaillah

Sabtu, 02 Agustus 2025 | 03:27 WIB Last Updated 2025-08-01T20:27:42Z
Tintasiyasi.ID-- Tiga Cahaya Hati: Wirid Makrifat dari Ibnu Athaillah

**“اللَّهُ مَعِيٌّ – Allah Bersamaku

اللَّهُ نَاظِرٌ إِلَيَّ – Allah Mengamatiku
اللَّهُ يَرَانِي – Allah Melihatku”**
(Wirid Sayyid Ibnu Athaillah as-Sakandari, dalam kitab Al-Hikam)

Pendahuluan: Cahaya dari Sang Arif

Imam Ibnu Athaillah as-Sakandari adalah salah satu ulama besar tasawuf yang dikenal melalui karya monumental Al-Hikam Al-‘Athaiyyah, kitab penuh hikmah yang menuntun jiwa menuju makrifatullah. Dalam salah satu wirid pendek namun dalam makna, beliau menanamkan tiga kalimat yang menjadi penopang kesadaran spiritual (muraqabah) yang kuat:

> Allah bersamaku. Allah mengamatiku. Allah melihatku.

Bukan sekadar ucapan, tetapi pengingat yang menancap dalam relung hati orang-orang yang ingin hidup dalam naungan Allah setiap saat.

 1. Allahuma’iy (اللَّهُ مَعِيٌّ) – Allah Bersamaku

Kalimat ini menumbuhkan rasa aman dan percaya diri spiritual. Seorang hamba yang menyadari bahwa Allah bersamanya tidak akan mudah gentar menghadapi tantangan hidup. Ia sadar bahwa kekuatan hakiki bukan dari makhluk, jabatan, atau harta, melainkan dari kebersamaan ilahi.

“Sesungguhnya Aku bersama kalian, Aku mendengar dan melihat.”
(QS. Thaha: 46)

Refleksi:

Saat sendiri dalam perjuangan, ingatlah: Allah bersamamu.

Ketika semua orang meninggalkanmu, yakinlah: Allah tak pernah meninggalkanmu.

Dalam gelapnya ujian hidup, cahaya ma'iyyah Allah akan selalu menjadi pelita.

2. Allahu Naadhirun Ilayya (اللَّهُ نَاظِرٌ إِلَيَّ) – Allah Mengamatiku

Kalimat ini mengajarkan muraqabah, yaitu pengawasan batin bahwa Allah sedang memantau setiap pikiran, niat, dan perbuatan kita. Bukan dengan pandangan murka, tetapi dengan pandangan kasih dan perhatian.

“Dan cukuplah Tuhanmu Maha Mengetahui siapa yang ada di langit dan di bumi. Sesungguhnya Kami telah lebih mengutamakan sebagian nabi atas sebagian (yang lain), dan Kami berikan Zabur kepada Dawud.”
(QS. Al-Isra: 55)

Refleksi:

Allah bukan sekadar mengetahui, tetapi juga mengamati dan memperhatikan.

Seorang hamba yang yakin Allah sedang menatapnya, akan menjaga hatinya tetap jernih.

Ini bukan pandangan untuk menghukum, tapi agar kita merasa dicintai dan tidak sembarangan dalam berkata dan berbuat.

3. Allahu Yaraanii (اللَّهُ يَرَانِي) – Allah Melihatku

Ini adalah puncak kesadaran spiritual, yakni ihsan. Seseorang yang benar-benar meresapi kalimat ini akan hidup seolah-olah berada di hadapan Allah. Ia sadar sepenuhnya bahwa Allah melihat secara nyata dan total.

“Tidakkah ia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat?”
(QS. Al-‘Alaq: 14)

Refleksi:

Jika manusia bisa menjaga sikap di depan kamera CCTV, mengapa tidak menjaga akhlaknya di hadapan Allah yang Maha Melihat?

Seorang yang hatinya hidup akan menangis dalam sepi, bukan karena takut dunia, tapi karena merasa dilihat oleh Tuhannya.

Kesadaran ini akan menjadikan hidupnya jujur, tenang, dan penuh keberkahan.

Buah dari Wirid Ini: Hidup dalam Cahaya Muraqabah

Jika ketiga kalimat ini ditanamkan dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, maka:

1. Hati akan tenang, karena yakin Allah bersamanya.

2. Lisan akan terjaga, karena merasa Allah mengamati setiap perkataan.

3. Perilaku akan mulia, karena sadar Allah melihatnya setiap saat.

Penutup: Hidup dalam Keintiman Ilahi

Dzikir ini pendek tapi dalam. Ia adalah pengantar ke makrifat, langkah menuju cinta Ilahi. Ibnu Athaillah mengajarkan bahwa jalan menuju Allah bukan hanya dengan ilmu, tapi juga dengan rasa, kesadaran, dan keintiman spiritual.

Tanamkanlah tiga kalimat ini dalam hati setiap hari. Ucapkan dalam hening malam. Renungkan di sela-sela aktivitas dunia. Sebab, yang mampu menyinari jiwa bukanlah lampu duniawi, tapi cahaya Ilahi yang hadir lewat dzikir dan muraqabah.

Latihan Wirid Harian:

Bacalah tiga kalimat ini setiap selesai shalat fardhu:

اللَّهُ مَعِيٌّ

اللَّهُ نَاظِرٌ إِلَيَّ

اللَّهُ يَرَانِي

Renungkan setiap katanya. Niscaya hatimu akan bersinar dan hidupmu akan dituntun oleh cahaya-Nya.

Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana  UIT Lirboyo)

Opini

×
Berita Terbaru Update