Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

SDA Indonesia Melimpah tetapi Kontribusi Kecil, HILMI: Ada Kesenjangan Tata Kelola

Sabtu, 30 Agustus 2025 | 11:02 WIB Last Updated 2025-08-30T04:02:59Z

Tintasiyasi.ID -- Melalui Intellectual Opinion No. 014, Perhimpunan Intelektual Muslim Indonesia (HILMI) menyoroti kekayaan sumber daya alam (SDA) Indonesia yang melimpah, tetapi kontribusi terhadap penerimaan negara masih reltif kecil, mengindikasikan adanya kesenjangan tata kelola.

 

“Kekayaan sumber daya alam (SDA) Indonesia yang melimpah, tetapi kontribusi terhadap penerimaan negara masih reltif kecil, mengindikasikan adanya kesenjangan tata kelola,” ulas HILMI kepada TintaSiyasi.ID, Kamis (28/08/2025).

 

“Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan cadangan SDA nonterbarukan seperti batubara, minyak bumi, gas alam, serta mineral strategis seperti nikel dan emas, yang menempatkannya sebagai produsen utama dunia. Selain itu, Indonesia juga memiliki SDA terbarukan berupa hutan tropis, mangrove, dan keanekaragaman hayati laut yang tinggi,” sebut HILMI.

 

HILMI menunjukkan data studi cadangan batubara mencapai ±31,9 miliar ton, minyak bumi ±2,29 miliar barel, gas alam ±33,8 Tcf, dan nikel ±55 juta ton, menjadikannya cadangan terbesar di dunia.

 

“Potensi nilai bruto tahunan dari SDA Indonesia diestimasi mencapai ±USD 287 miliar. Setelah dikurangi biaya operasional, nilai bersihnya diperkirakan sekitar ±USD 115 miliar/tahun atau setara Rp ±1.800 triliun. Angka ini setara dengan sekitar 65 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025,” HILMI menyebut hasil studinya.

 

Namun, realitasnya, HILMI mengatakan jika sebagian besar SDA nonterbarukan itu memiliki umur cadangan yang terbatas. Perhitungan rasio cadangan terhadap produksi (R/P ratio) menunjukkan perkiraan umur cadangan sebagai berikut:

  • Batubara: sekitar 38,5 tahun dengan produksi ±0,83 miliar ton/tahun.
  • Minyak bumi: sekitar 10,9 tahun dengan produksi sekitar 0,210 miliar barel/tahun.
  • Gas alam: sekitar 8,3 tahun dengan produksi sekitar 4,10 Tcf/tahun.
  • Nikel: sekitar 25 tahun dengan produksi ±2,2 juta ton/tahun.

“Penting untuk dicatat bahwa perhitungan R/P ini bersifat statis dan tidak memperhitungkan potensi penemuan cadangan baru, perubahan harga, teknologi, atau kebijakan. Sementara itu, pemanfaatan SDA terbarukan sering mengalami degradasi akibat eksploitasi berlebihan,” beber HILMI.

 

Kesenjangan Tata Kelola dan Mitos Publik

 

“Meskipun potensi nilai bersih SDA dapat mencapai Rp 1.800 triliun/tahun, penerimaan negara aktual dari SDA hanya berkisar Rp 500–650 triliun/tahun, yang hanya sekitar 20 persen dari APBN. Perbedaan signifikan ini mengindikasikan adanya isu tata kelola, kontrak karya, serta dominasi pihak swasta dan asing dalam pengelolaan SDA Indonesia,” ungkap HILMI.

 

HILMI juga mengkritisi sejumlah mitos dan salah sangka yang umum di masyarakat mengenai SDA Indonesia:

  • SDA tidak akan habis, padahal umur cadangan terbatas.
  • SDA otomatis membuat negara makmur, padahal ada fenomena resource curse atau kutukan sumber daya.
  • Semua hasil SDA masuk APBN, padahal negara hanya menerima sebagian kecil.
  • SDA terbarukan pasti lestari, padahal deforestasi dan overfishing mengancam kelestariannya.
  • Harga SDA stabil, padahal sangat fluktuatif.
  • Cadangan selalu bisa diganti dengan eksplorasi baru, padahal temuan besar semakin jarang.

 

Salah sangka ini, menurut HILMI, muncul karena narasi politik nasionalisme, minimnya literasi publik, bias media, serta memori kolektif kejayaan migas era 1970–1980an.

 

Rekomendasi Perbaikan Tata Kelola

 

Untuk mengatasi tantangan ini, studi HILMI merekomendasikan beberapa langkah ke depan dalam pengelolaan SDA Indonesia:

  • Meningkatkan transparansi dan efisiensi tata kelola dengan didukung sumber daya manusia yang kuat dalam teknologi dan terpercaya.
  • Melakukan diversifikasi ekonomi agar tidak bergantung pada komoditas, dengan mendorong hilirisasi produk-produk industri yang memiliki nilai tambah.
  • Menerapkan kebijakan ekstraksi berkelanjutan (sustainable extraction policy) untuk menjaga keberlanjutan SDA.
  • Membangun Dana Perwalian Kekayaan Negara (Sovereign Wealth Fund) agar manfaat SDA dapat diwariskan lintas generasi.

 

“Dengan langkah-langkah strategis ini, Indonesia diharapkan dapat mengubah narasi dari sekadar "kaya SDA" menjadi "makmur berkat SDA yang dikelola secara adil, efisien, lestari, dan penuh keberkahan".[] Rere

Opini

×
Berita Terbaru Update