×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Peran Intelektual Muslim dalam Membangun Peradaban yang Unggul dan Persatuan Umat Islam

Rabu, 13 Agustus 2025 | 15:17 WIB Last Updated 2025-08-13T08:17:27Z

TintaSiyasi.id -- Pendahuluan. Sejarah mencatat bahwa kebangkitan peradaban Islam tidak pernah lepas dari peran para intelektual Muslim. Dari Baghdad hingga Andalusia, dari Samarkand hingga Kairo, lahir tokoh-tokoh besar seperti Imam Al-Ghazali, Ibnu Khaldun, Ibnu Sina, Al-Farabi, dan banyak lagi. Mereka bukan hanya ahli dalam satu bidang, tetapi juga visioner yang memadukan ilmu, iman, dan akhlak untuk memajukan umat.

Di era modern, tantangan umat Islam semakin kompleks, seperti perpecahan internal, arus globalisasi, krisis identitas, hingga tantangan teknologi dan ekonomi. Di sinilah intelektual Muslim dituntut hadir sebagai pemikir, penggerak, dan perekat persatuan.

1. Peran Strategis Intelektual Muslim dalam Membangun Peradaban yang Unggul

a. Menjadi Penafsir Zaman dan Penunjuk Arah
Intelektual Muslim harus mampu membaca zaman dengan basirah (pandangan mata hati) yang tajam, lalu memberikan peta jalan bagi umat. Seperti yang dilakukan Ibnu Khaldun dengan Muqaddimah-nya, mereka membaca gejala sosial, ekonomi, politik, lalu memberi arah agar umat keluar dari krisis.

QS. An-Nahl: 43.  "Maka bertanyalah kepada orang yang berilmu jika kamu tidak mengetahui."

b. Mengintegrasikan Ilmu dan Iman

Peradaban Islam unggul karena menggabungkan wahyu dan akal. Intelektual Muslim harus memimpin integrasi sains modern dengan nilai-nilai tauhid, sehingga kemajuan teknologi tidak membuat manusia kehilangan kemanusiaannya.

c. Melahirkan Pemikiran Solutif

Bukan sekadar mengkritik, intelektual Muslim harus melahirkan solusi yang aplikatif untuk masalah umat, seperti kemiskinan, pendidikan, korupsi, radikalisme, dan degradasi moral.

d. Menjadi Teladan Moral

Ilmu tanpa akhlak akan melahirkan kehancuran. Para ulama dan intelektual terdahulu selalu menjadi teladan moral sebelum menjadi guru bagi umat. Imam Malik pernah berkata:

“Ilmu itu adalah cahaya, dan cahaya Allah tidak diberikan kepada pelaku maksiat.”

2. Peran Intelektual Muslim dalam Membangun Persatuan Umat Islam

a. Menyatukan Wawasan dan Visi Umat

Banyak perpecahan terjadi karena perbedaan cara pandang. Intelektual Muslim perlu menanamkan visi besar. Umat Islam sebagai satu kesatuan yang memuliakan Allah dan memakmurkan bumi.

b. Menjembatani Perbedaan

Perselisihan mazhab, pandangan politik atau budaya sering menjadi jurang. Intelektual Muslim harus memosisikan diri sebagai penengah yang merangkul semua pihak dengan pendekatan ilmu dan hikmah.

Q.S. Ali Imran: 103. "Berpeganglah kamu semuanya kepada tali Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai..."

c. Menghidupkan Literasi dan Diskusi Ilmiah

Persatuan tidak lahir dari kebodohan, tetapi dari tsaqafah (wawasan) yang benar. Forum ilmiah, seminar, jurnal, dan media digital bisa menjadi ruang sehat untuk bertukar ide.

d. Menginspirasi Kolaborasi Antarbangsa Muslim

Dunia Islam terbentang dari Maroko hingga Indonesia. Intelektual Muslim berperan membangun jaringan global dalam riset, ekonomi, dan kebudayaan demi kepentingan bersama.

3. Tantangan yang Dihadapi Intelektual Muslim Saat Ini

1. Krisis otoritas ilmu. Banyak suara yang lantang, tetapi dangkal.

2. Polarisasi politik. Perpecahan akibat kepentingan duniawi.

3. Arus sekularisasi dan hedonisme yang mengikis nilai-nilai agama.

4. Ketergantungan pada peradaban lain. Lemahnya kemandirian ilmu, teknologi, dan ekonomi.

4. Langkah Nyata yang Bisa Dilakukan

1. Mendirikan pusat riset dan pemikiran Islam berbasis integrated knowledge.

2. Menghidupkan tradisi menulis dan berdialog di semua kalangan akademisi Muslim.

3. Menjadi bagian dari solusi sosial-ekonomi dengan aksi nyata, bukan sekadar teori.

4. Membentuk generasi baru intelektual melalui mentoring, beasiswa, dan pendidikan berkarakter.

5. Memanfaatkan teknologi digital untuk dakwah, literasi, dan kolaborasi internasional.

Penutup

Intelektual Muslim adalah pilar penting dalam kebangkitan peradaban. Mereka bukan sekadar cendekiawan di ruang kuliah, tetapi obor yang menerangi jalan umat. Peradaban unggul akan lahir jika intelektual Muslim mampu menyatukan ilmu, iman, dan aksi, lalu menggunakannya untuk menegakkan keadilan dan persatuan.
Kita perlu menghidupkan kembali semangat para ulama terdahulu yang membangun dunia dengan pena dan doa, hingga Islam kembali menjadi mercusuar peradaban.

“Bangkitnya umat dimulai dari bangkitnya pikiran-pikiran besar.”
(Ali bin Abi Thalib R.A).

Dr. Nasrul Syarif, M.Si. 
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo

Opini

×
Berita Terbaru Update