Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Pakar Bisnis Ini Beberkan Cara Mengelola Keuangan Keluarga di Tengah Krisis

Minggu, 17 Agustus 2025 | 05:37 WIB Last Updated 2025-08-16T22:50:39Z

Tintasiyasi.ID -- Pakar Ekonomi dan Bisnis Islam Ustaz Dwi Condro Triyono menjelaskan cara mengelola keuangan keluarga agar tetap stabil di tengah krisis.

 

"Cara mengelola keuangan keluarga agar tetap stabil di tengah krisis adalah dengan me-manage keuangan," tuturnya dalam acara Bincang-Bincang Bareng Tsalis Group dengan tema Menjaga Ekonomi Keluarga Saat Krisis Melanda di YouTube Tsalis Group, Rabu (09/07/2025).

 

Ia menyampaikan, sebenarnya manajemen keuangan itu semuanya sama. “Mulai level negara, level perusahaan, maupun level rumah tangga. Ilmu manajemen itu kan ilmu yang netral. Jadi sebenarnya semua bisa di-manage, dan kembalinya kepada masing-masing keluarga,” tuturnya.

 

"Kita itu kan bisa mengukur sebenarnya pendapatan rata-rata berapa. Kalau memang pendapatan kita pas-pasan, maka manajemennya itu harus benar-benar serius dilakukan,” ujarnya.

 

“Yang namanya manajemen itu bagaimana mengatur keuangan kita. Kita itu sebenarnya pendapatannya apa, kemudian harus ada skala prioritas di dalam pengeluaran. Itu namanya manajemen," jelasnya.

 

Jadi sebelum belanja kebutuhan, lanjutnya, dalam ilmu ekonomi itu harus dipahami bahwa  kebutuhan ada tiga level, yakni ada kebutuhan primer, kebutuhan sekunder, dan kebutuhan tersier.

 

“Maka kalau uang kita itu pas-pasan, maka dari uang yang kita dapatkan itu skala prioritas pertama tetap harus kebutuhan primer. Itu harus terjaga. Kalau primer itu memang teorinya sandang, pangan, dan papan,” sebutnya.

 

Pertama, prioritas pangan nomor satu. “Jadi berapa pun pendapatan yang kita dapatkan, tetap nomor satu itu harus mengamankan pangan kita,” lugasnya.

 

"Nomor dua baru papan. Kalau pakaian InsyaAllah sudah punya lah. Enggak usah berpikir untuk beli pakaian yang baru. Pangan pun nanti masih bisa kita peras,” ujarnya.

 

“Yang paling pokok itu apa? Tetap beras. Maka kalau kita memperoleh pendapatan yang harus kita amankan itu beras dulu. Paling enggak untuk satu bulan itu beras itu berapa? Itu harus nomor satu diprioritaskan. Itu yang disebut kebutuhan primer," ujarnya.

 

Kedua, kebutuhan sekunder. “Kalau dalam kitab disebut kebutuhan kamali. Jadi ada kebutuhan asasi, ada kebutuhan kamali,” tuturnya.

 

Kalau kamali itu nanti juga ada skala prioritasnya, sebutnya, yaitu kebutuhan kamali yang bersifat lazimah, yang wajib walaupun itu hanya second. “Contohnya seperti bayar listrik, itu jadi kebutuhan kamali yang bersifat lazimah. Kalau kita enggak bayar listrik ya dicabut. Ini juga menjadi skala prioritas,” ulasnya.

 

"Berarti sekarang alokasi yang mendesak yang lazimah itu adalah untuk yang sekunder atau kamali. Kamali itu seperti listrik, gas. Listrik, gas, dan untuk keperluan transportasi BBM itu sebenarnya kan kamali, tetapi kamali yang lazimah itu harus menjadi skala prioritas. Kemudian sisanya tetap harus ada yang digunakan untuk saving,"  imbuhnya.

 

Ia mengingatkan agar pendapatan jangan sampai habis semua. Paling tidak 10 persen itu harus untuk saving.

 

“Maka saving itulah yang nanti akan memperpanjang nafas kita, ya. Jadi di satu sisi kita harus melakukan diversifikasi, tetapi kita juga harus punya cash flow yang aman. Nah, cash flow yang aman itu dari saving,” tuturnya.

 

"Nah, kalau sudah ketemu berapa jumlah kebutuhan, baik yang asasi dengan yang kamali tadi, yang primer maupun sekunder, yang bersifat lazimah tadi, itulah yang harus kita pegang dulu,” uarnya.

 

“Misalnya, untuk makan itu berapa? Satu keluarga untuk beli beras dan lauk yang standar. Lauk pauk yang standar itu kebutuhan protein yang harus kita jaga. Misalnya, yang paling murah itu telur atau tempe. Protein hewani tetap diperlukan, yang paling murah itu telur," ujarnya.

 

Ia menambahkan, terkait diversifikasi, untuk menambah pendapatan bisa mulai beternak lele atau beternak ayam.

 

“Jadi saving-nya bisa dalam bentuk uang, tetapi juga bisa dalam bentuk ternak. Dalam kondisi tertentu itu jelas cepat untuk kita lakukan. Kalau bisa bertelur itu bagus. Lele bisa tumbuh kembang langsung digoreng, dimakan. Nah, itu namanya harus ada keserasian antara diversifikasi dalam pekerjaan kita, bisnis kita dengan manajemen keuangan kita,” bebernya.

 

"Jadi harus ada manajemen yang sangat ketat. Misalnya, pendapatan normal itu 1,5 juta, maka yang satu juta untuk kebutuhan pangan dan sewa rumah yang primer. Yang 500 ribu untuk alokasi kebutuhan sekunder yang lazimah yang wajib,” ujarnya mencontohkan.

 

“Nah, berarti 1,5 juta itu harus kita amankan. Kalau pendapatan kita rata-rata 2 juta, sebagian untuk saving, sebagian untuk mulai merintis bisnis. Untuk membeli bibit untuk perikanan, mengembangkan perikanan dan peternakan. Yang membutuhkan lahan kecil-kecil itu kan peternakan dan perikanan. Bahkan ternak itu paling tanpa kandang dan bisa dilepas juga," pungkasnya.[] Rina

Opini

×
Berita Terbaru Update