Tintasiyasi.ID -- Menurut Muslim Intelektual Inggris Mazhar Khan bahwa hukum dan lembaga internasional dibentuk hanya untuk melindungi kepentingan segelintir negara-negara Barat.
“Hukum internasional dan lembaganya dibentuk untuk
melindungi kepentingan dari segelintir negara-negara Barat pasca-Perang Dunia
II,” ujarnya dalam video berjudul Bosnia and Palestine Genocide, Are They
Connected? yang tayang di kanal YouTube miliknya Let’s Take a
Look, Rabu (16/07/2025).
Buktinya, kata Mazhar, hukum dan lembaga internasional
tersebut turut memfasilitasi pembantaian dan genosida yang terjadi sejak
peristiwa Bosnia.
“PBB mengambil langkah resolusi yang justru menjadi
langkah serangan embargo terhadap Bosnia, dan tidak seorang pun diziinkan untuk
menolong rakyat Bosnia yang dibantai oleh pasukan Serbia demi eksistensi.
Komunitas internasional saat itu semua diam dan tidak melakukan apapun,”
bebernya.
Lanjut ia jelaskan, lembaga internasional (PBB)
membiarkan terjadinya pembantain terhadap umat Islam di Serebrenica. “Sebanyak
tidak kurang dari 8.000 manusia dibunuh oleh tentara Serbia juga.
“PBB hanya mengirimkan pasukan perdamaian dan hanya
menyaksikan pembantaian terhadap 8.000 jiwa manusia di Bosnia,” ungkapnya.
“Sekarang kita juga menyaksikan genosida di Palestina,
di mana para pelakunya sangat menyombongkan diri, baik para politisi dan
militernya. Sementara PBB mendukung dengan menyuplai senjata serta memasok
kebutuhuna logistik mereka,” lanjut Mazhar.
Kemudian dalam peristiwa Iran yang baru-baru ini
terjadi, ungkapnya, bahwa Amerika terlibat dalam pengeboman terhadap Iran. “Tetapi
tidak ada satu negara atau komunitas internasional manapun yang mampu menghukum
Amerika atas kejahatannya,” sesalnya.
Ia tegaskan bahwa poin tersebut sudah cukup jelas menunjukkan bahwa hukum internasional
dibentuk untuk bekerja hanya dalam satu jalan, yaitu demi melindungi
kepentingan segelintir kekuasaan elite Barat.
“Jadi, jika masih ada kalangan Muslim yang berharap
pada PBB untuk berpihak pada Islam, maka cukup ingatkan mereka dengan sejarah
dan pola permainannya pasca-PD II,” pungkasnya.[] M. Siregar