TintaSiyasi.id -- Pendahuluan: Air, Nafas Kehidupan yang Tak Tergantikan
Air adalah anugerah yang menjadi denyut nadi kehidupan. Ia mengalir di sungai-sungai, meresap ke dalam tanah, menetes dari langit, dan menguap menuju awan—sebuah siklus yang tampak sederhana namun memiliki keteraturan ilahi. Allah SWT berfirman:
“Dan Kami jadikan dari air segala sesuatu yang hidup.”
(QS. Al-Anbiya: 30)
Bumi tanpa air hanyalah padang gersang tak berpenghuni. Tanpa pengelolaan yang bijak, sumber daya vital ini dapat berubah dari rahmat menjadi ancaman: banjir, kekeringan, konflik perebutan air.
1. Air sebagai Amanah Ilahi
Air bukanlah sekadar komoditas; ia adalah amanah. Dalam Islam, pengelolaan air memiliki dimensi ibadah. Rasulullah ﷺ mengajarkan agar tidak boros walau sedang berwudhu di sungai yang mengalir. Artinya, kesadaran manajemen air sudah diinternalisasikan sejak 14 abad lalu.
Prinsip pengelolaan air dalam perspektif Islam:
1. Hifz al-Ni‘mah (Menjaga Nikmat) – Tidak berlebihan dalam konsumsi.
2. Maslahah ‘Ammah (Kemanfaatan Umum) – Air untuk semua makhluk, bukan segelintir pihak.
3. ‘Adl wa Qisth (Keadilan) – Distribusi air harus merata, tidak diskriminatif.
2. Tantangan Global dalam Manajemen Air
Meski air menutupi 71% permukaan bumi, hanya sekitar 2,5% yang merupakan air tawar, dan sebagian besar terperangkap di es serta gletser. Tantangan besar yang dihadapi umat manusia meliputi:
Pertumbuhan Penduduk → Kebutuhan air meningkat drastis.
Perubahan Iklim → Siklus hujan berubah, kekeringan makin sering.
Pencemaran Air → Limbah industri, pertanian, dan rumah tangga mencemari sumber air.
Ketimpangan Akses → Beberapa daerah melimpah air, yang lain krisis total.
3. Strategi Manajemen Air yang Efektif
Pengelolaan air memerlukan pendekatan multi-lapis: teknologi, kebijakan, dan kesadaran masyarakat.
a. Pengelolaan Sumber Daya Air Berbasis Daerah Aliran Sungai (DAS)
Mencegah deforestasi di hulu sungai.
Memperbanyak daerah resapan air (rainwater harvesting).
Rehabilitasi ekosistem sungai.
b. Efisiensi Penggunaan
Pertanian: sistem irigasi tetes (drip irrigation).
Industri: water recycling.
Rumah tangga: penggunaan teknologi hemat air.
c. Penerapan Prinsip Circular Water Economy
Air digunakan, diolah kembali, dan dimanfaatkan ulang untuk mengurangi eksploitasi sumber baru.
4. Air dan Potensi Konflik
Sejarah mencatat, sengketa air sering memicu ketegangan antar wilayah. Sungai Nil, Eufrat, dan Tigris adalah contoh di mana pembagian air antar negara menjadi isu sensitif. Oleh karena itu, manajemen air juga berarti manajemen diplomasi.
5. Kesadaran Spiritual: Mengelola Air sebagai Ibadah
Mengelola air bukan hanya tugas teknis, tapi juga ibadah yang bernilai akhirat. Setiap tetes yang disalurkan untuk menghilangkan dahaga, mengairi tanaman, atau memberi kehidupan, akan menjadi sedekah.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sedekah yang paling utama adalah memberi air.”
(HR. Abu Dawud)
6. Roadmap Pengelolaan Air di Masa Depan
1. Pendidikan Air Sejak Dini – Menanamkan cinta air di sekolah.
2. Inovasi Teknologi – Desalinasi air laut, sensor kebocoran pipa, sistem pemantauan kualitas air.
3. Kolaborasi Global – Pertukaran teknologi dan data antar negara.
4. Kebijakan Berbasis Lingkungan – Regulasi ketat terhadap pencemar air.
Penutup: Menjaga Tetes demi Tetes
Air adalah kehidupan. Mengelolanya dengan bijak berarti menjaga masa depan umat manusia. Kita meminumnya, menggunakannya untuk berwudhu, mengairi ladang, namun sering lupa bahwa ia bisa habis, kotor, atau sulit diakses jika kita lalai.
Setiap tetes air adalah titipan. Mengabaikannya adalah bentuk pengkhianatan terhadap amanah Allah. Maka, mari kita kelola air dengan hati, ilmu, dan iman.
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di bumi setelah (Allah) memperbaikinya...”
(QS. Al-A‘raf: 56 )
Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (5 th Internastional Conference on Islamic Civilization. FK Unair Surabaya. Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)