×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Inggris Akan Akui Palestina, Pengamat: Itu Bukan Karena Peduli Penduduk Gaza

Selasa, 05 Agustus 2025 | 07:37 WIB Last Updated 2025-08-05T00:37:43Z

TintaSiyasi.id -- Merespons rencana Inggris akan mengakui keberadaan negara Palestina dalam Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada September mendatang, Pengamat Politik Internasional Hasbi Aswar mengatakan itu bukan karena Inggris peduli terhada penduduk Gaza, Palestina.

"Ini murni politik murahan atau ini memang bagian dari politik internal. Itu bukan karena inggris peduli terhadap warga (penduduk) Gaza," ungkapnya dalam Inggris Mau Akui P@lest1na? Terlambat! Kalian Biang Luka Itu!, di kanal YouTube Khilafah News, Jumat (1/8/2025).

Ia menegaskan, kalau memang Inggris peduli terhadap Gaza harusnya dari awal. Apalagi di ICC yang menjadi hakimnya dari Inggris. Sebenarnya pengakuan ini hanya sekadar retorika saja. Karena pada akhirnya tidak mempengaruhi hubungan riil antara kedua belah pihak yakni Israel dan Ingris. Senjata-senjata tetap akan terus diekspor ke Israel termasuk kerjasama yang lain juga tetap terjadi.

"Pengakuan terhadap Gaza yang disampaikan pemimpin Inggris dan Perancis bahasanya bukan menghentikan perang Israel terhadap Gaza. karena kalau alasannya itu harusnya kan sejak awal bulan Oktober, bahkan sejak 2024 sejak Mahkamah Pidana Internasional atau International Criminal Court (ICC) sudah menyampaikan. Kan ICC di bulan Januari mengatakan bahwa Israel harus menghentikan upaya genosidasi di Gaza. ICC menyampaikan ada perintah penangkapan terhadap Menteri Pertahanan Yoav Gallant termasuk Netanyahu," paparnya.

Lebih lanjut, dia mengatakan, hal itu dlakukan Inggrtis hanya karena ada desakan publik dari dalam yang membuat akhirnya Inggris harus memilih untuk menjawab respon publik tersebut dengan bahasa yang agak keras terhadap Israel, dan Israel juga merespon keras.

"Desakan internal dari warga dari berbagai pihak yang menuduh Inggris terlibat (penjajahan di Palestina). Karena Inggris itu kan mengekspor pesawat F35, dan setelah desakan publik akhirnya Inggris menghentikan itu, penjualan pesawat tempur itu secara lisannya," ungkapnya.

Ia mengungkapkan, Inggris sejak 2 tahun terakhir banyak mensupply Israel secara militer. Pesawat temput F35 kemudian ada amunisi yang dikirim bahkan dikatakan sekitar 8000 amunisi sampai bulan September 2024 itu terus dilakukan. 

Jadi, lanjut Hasbi, kontennya adalah desakan-desakan internal. Karena kalau bicara internal publik, mungkin mereka cuma bisa bersuara, tetapi kalau lama-lama, kalau ribuan orang yang turun puluhan ribu apalagi di Eropa, dua tahun terakhir melakukan aksi dan jumlahnya ribuan. Itu bisa membuat jalan macet dan mengganggu aktivitas perekonomian.

"Ketika Inggris tidak bersikap tegas, akan makin banyak aksi demonstrasi dan kalau Eropa itu kan kalau mereka sering bikin kerusakan gitu buat tawuran macam-macam apalagi di Prancis paling mengerikan. Demo bisa berhari-hari bisa tawuran sama polisi ini kan dampak secara ekonomi dan sosial sangat besar sekali, di Inggris juga sama ada ketakutan terhadap publik membuat pemerintahannya akhrnya membuat retorika yang seperti itu sekarang," jelasnya.

"Nah itu kan sebenarnya secara nyata telah menunjukkan telah terjadi kekerasan massif, sistematis dan brutal pelanggaran terhadap hukum-hukum internasional," pungkasnya.[] Alfia Purwanti

Opini

×
Berita Terbaru Update