Tintasiyasi.ID-- Mengubah Kewajiban Menjadi Kesenangan, Mengubah Kesenangan Menjadi Kesuksesan
Pendahuluan: Belajar Bukan Beban, Tapi Cahaya
Belajar sering kali dipandang sebagai kewajiban yang membosankan, sesuatu yang hanya dilakukan demi ujian atau gelar. Padahal, dalam pandangan Islam, belajar adalah ibadah dan cahaya kehidupan.
Allah ﷻ berfirman:
“Allah meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”
(QS. Al-Mujadilah: 11)
Ayat ini mengajarkan bahwa ilmu adalah jalan untuk mendapatkan derajat mulia, baik di dunia maupun di akhirat. Namun, untuk mencapainya, kita perlu mengubah cara pandang — dari belajar sebagai kewajiban, menjadi belajar sebagai petualangan yang menyenangkan.
1. Mengubah Mindset: Dari Terpaksa Menjadi Suka
Kunci pertama agar belajar menyenangkan adalah mengubah mindset. Kita harus melihat belajar bukan sebagai beban, tapi sebagai peluang emas.
Refleksi:
Bayangkan seseorang yang sedang mendaki gunung. Jika ia melihat perjalanan itu sebagai penderitaan, ia akan cepat lelah. Tetapi jika ia melihatnya sebagai tantangan menuju puncak indah, setiap langkah terasa bermakna. Begitu pula dengan belajar — niat dan persepsi menentukan rasa.
2. Mengaitkan Ilmu dengan Makna Hidup
Belajar akan terasa hambar jika hanya berisi hafalan tanpa makna. Islam mengajarkan bahwa ilmu harus mengantarkan kita pada pengenalan dan pengabdian kepada Allah.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.”
(HR. Muslim)
Ini berarti setiap buku yang kita baca, setiap diskusi yang kita ikuti, bisa menjadi langkah menuju surga — jika diniatkan dengan benar.
3. Menghadirkan Emosi Positif dalam Belajar
Sains modern membuktikan bahwa emosi memengaruhi kekuatan memori. Otak kita punya “sensor” bernama amigdala yang memberi tanda pada hipokampus untuk menyimpan memori penting. Jika belajar diiringi rasa gembira, bangga, atau terinspirasi, informasi akan lebih mudah tersimpan.
Praktikkan:
• Belajar dengan cerita dan contoh nyata.
• Gunakan humor untuk mencairkan suasana.
• Beri apresiasi pada diri sendiri setiap kali memahami sesuatu yang baru.
4. Belajar Secara Aktif dan Kreatif
Belajar pasif — hanya duduk mendengarkan — membuat otak cepat jenuh. Belajar aktif berarti melibatkan pikiran, pancaindra, dan emosi secara bersamaan.
Metode yang bisa dicoba:
• Mengajarkan kembali materi kepada orang lain.
• Diskusi dan debat sehat untuk mengasah pemahaman.
• Praktik langsung dalam kehidupan sehari-hari.
5. Mengatur Waktu Sesuai Ritme Otak
Penelitian menunjukkan bahwa fokus manusia rata-rata bertahan 25–45 menit. Setelah itu, otak butuh jeda untuk memproses informasi.
Gunakan teknik Pomodoro:
• Fokus belajar 25 menit.
• Istirahat 5 menit.
• Ulangi 3–4 sesi, lalu istirahat panjang.
Metode ini membuat belajar terasa ringan dan tidak membebani.
6. Menghubungkan Ilmu dengan Realita
Ilmu yang relevan akan terasa lebih hidup.
• Matematika menjadi seru jika dihubungkan dengan manajemen keuangan.
• Biologi lebih menarik jika dipelajari lewat fenomena alam sekitar.
• Ilmu agama semakin bermakna jika dikaitkan dengan peristiwa hidup kita sehari-hari.
Refleksi:
Bukankah Rasulullah ﷺ juga mengajar para sahabat dengan contoh yang mereka temui sehari-hari? Ketika membicarakan keimanan, beliau menunjuk kepada pohon kurma sebagai perumpamaan orang mukmin.
7. Menghargai Proses, Bukan Hanya Hasil
Banyak yang merasa gagal hanya karena nilai ujian tidak sempurna. Padahal, dalam Islam, yang Allah nilai adalah kesungguhan, bukan sekadar hasil akhir.
Allah ﷻ berfirman:
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.”
(QS. An-Najm: 39)
Rayakan setiap kemajuan kecil.
Gunakan kesalahan sebagai guru, bukan hukuman.
8. Menyertakan Niat dan Doa
Belajar yang diberkahi adalah belajar yang diniatkan untuk mencari ridha Allah dan memberi manfaat bagi orang lain.
Doa sebelum belajar:
Allahumma inni as’aluka ilman nafi’an, wa rizqan thayyiban, wa ‘amalan mutaqabbalan.
(Ya Allah, berilah aku ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik, dan amal yang Engkau terima.)
Penutup: Ilmu yang Menghidupkan Jiwa
Belajar yang menyenangkan bukan hanya tentang teknik, tetapi tentang menghidupkan rasa cinta pada ilmu. Jika kita belajar dengan hati yang ikhlas, pikiran yang terbuka, dan semangat yang terjaga, maka ilmu itu akan:
• Menjadi cahaya dalam hidup kita.
• Menjadi penolong di saat sulit.
• Menjadi amal jariyah yang terus mengalir pahalanya.
Belajar adalah perjalanan seumur hidup — dan setiap langkahnya bisa menjadi ibadah.
Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)