TintaSiyasi.id -- Mukadimah: Paradigma yang Perlu Diluruskan.
Di tengah hiruk pikuk dunia modern, manusia sering terjebak dalam pandangan materialistik tentang kerja. Banyak yang bekerja semata-mata untuk mengejar penghasilan, menumpuk kekayaan atau sekadar memenuhi gaya hidup. Namun, Islam mengajarkan paradigma yang sangat berbeda dan lebih luhur. Kerja bukan semata-mata untuk mencari rizki, sebab rizki sudah dijamin Allah Swt. Kerja adalah bentuk pengabdian kepada-Nya.
Paradigma ini jika dipahami secara benar akan mengubah seluruh cara pandang kita terhadap pekerjaan, lelah, gaji, dan bahkan kegagalan. Ia akan membawa kita pada kedewasaan spiritual dan ketenangan batin.
Rizki Sudah Dijamin, Maka Kerja Adalah Tugas Ibadah
Rasulullah Saw. bersabda:
"Sesungguhnya Allah cinta kepada hamba yang berkarya dan itqan (tekun dan terampil). Barangsiapa bersusah payah mencari nafkah untuk keluarganya, maka dia serupa dengan seorang yang berjuang di jalan Allah."
(HR. Ahmad).
Hadis ini adalah petunjuk emas. Ia menyentuh dua sisi penting kehidupan, yaitu kewajiban bekerja dan niat yang benar dalam bekerja. Dalam Islam, rizki bukan hasil kerja keras, tetapi karunia Allah yang diberikan melalui sebab-sebab yang kita jalani. Maka, kerja bukanlah "mesin pencetak rizki", melainkan jalan pengabdian yang diberkahi.
Allah Swt. berfirman:
“Dan tidak ada suatu makhluk melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rizkinya…” (QS. Hud: 6).
Jika rizki sudah dijamin, mengapa kita harus tetap bekerja? Karena kerja adalah amanah hidup dan bukti ibadah kepada Allah. Manusia hidup di dunia bukan untuk menjadi pengumpul harta, melainkan untuk menjadi hamba Allah yang bertanggung jawab dan produktif.
Makna Itqan: Bekerja dengan Kualitas dan Profesionalisme
Salah satu kunci dalam bekerja adalah itqan. Kata itqan dalam hadis bermakna tekun, cermat, profesional, dan tuntas. Ini berarti Allah mencintai hamba yang serius, totalitas, tidak asal-asalan, dan memiliki keterampilan dalam pekerjaan.
Inilah pesan spiritual Islam. Jangan sekadar kerja, tetapi bekerjalah dengan sungguh-sungguh. Setiap profesi adalah ladang ibadah. Seorang guru, jika ia mengajar dengan cinta dan kesungguhan, maka ia sedang berdakwah. Seorang petani yang mencangkul sawah demi memberi makan keluarganya, juga sedang berjihad.
Seorang pedagang yang jujur adalah sahabat para nabi. Dan seorang ibu rumah tangga yang merawat keluarganya dengan sabar dan penuh cinta, maka ia sedang meniti jalan syurga.
“Sesungguhnya Allah mencintai jika salah seorang dari kalian mengerjakan suatu pekerjaan, ia menyempurnakannya.”
(HR. Thabrani).
Bekerja Adalah Jihad yang Bernilai Akhirat
Dalam hadis yang sama, Rasulullah Saw. menyamakan mencari nafkah untuk keluarga dengan berjuang di jalan Allah. Ini bukan pujian biasa. Dalam Islam, jihad bukan hanya berarti mengangkat senjata, tetapi juga berjuang menghadapi kesulitan hidup dengan iman dan tanggung jawab.
Maka orang yang keluar pagi-pagi meninggalkan rumah demi mencari nafkah yang halal, walaupun lelah, terkena panas, bahkan kadang tidak dihargai, selama niatnya benar dan jalannya halal, maka ia sedang berjihad di jalan Allah. Setiap tetes keringatnya menjadi amal. Setiap langkahnya dihitung ibadah.
Jangan Khawatirkan Rizki, Khawatirkanlah Nilai Amalnya
Berapa banyak orang yang bekerja sangat keras, tetapi tidak berkah hidupnya? Sebaliknya, ada yang terlihat biasa saja, tetapi hidupnya tenteram dan cukup. Inilah rahasia keberkahan. Allah tidak melihat berapa banyak hasil kita, tetapi seberapa berkualitas amal kita.
"Yang penting bukan di mana kita bekerja, tetapi siapa kita di mata Allah ketika sedang bekerja."
Oleh sebab itu, perbaiki niat kita. Luruskan tujuan kita. Bekerjalah bukan untuk pamer, bukan untuk persaingan dunia, tetapi karena ingin menunaikan amanah kehidupan. Maka, walau gaji kecil, jika niat dan amalnya besar, insya Allah nilainya di sisi-Nya sangat agung.
Refleksi: Ubah Niat, Maka Hidup Akan Berubah
Setiap pagi saat kita berangkat kerja, niatkan dalam hati:
• Aku bekerja karena ingin menjadi hamba yang bertanggung jawab.
• Aku ingin memberi nafkah yang halal untuk keluargaku.
• Aku ingin berkontribusi bagi umat dan bangsa.
• Aku ingin kerja ini menjadi jalan menuju rida Allah.
Dengan niat seperti itu, pekerjaan dunia menjadi jalan akhirat. Bahkan jika tak semua keinginan tercapai, kita tetap pulang membawa pahala.
“Bekerjalah seolah engkau akan hidup selamanya, dan beribadahlah
seolah engkau akan mati esok hari.”
(Ali bin Abi Thalib RA).
Penutup: Luruskan Paradigma, Mantapkan Langkah
Kerja bukan sekadar urusan gaji. Ia adalah medan pengabdian. Maka jangan hitung-hitung hasil dunia semata, tetapi hitung-hitunglah nilai pengabdian di sisi Allah.
Jangan takut miskin, takutlah jika hidup kita tidak berkah. Jangan takut gagal, takutlah jika kerja kita tanpa keikhlasan. Sebab, yang akan kita bawa ke akhirat bukan jabatan, bukan rekening, tetapi amal yang bernilai ibadah.
Maka mulailah hari-hari kerja kita dengan niat lillahi ta’ala. Insya Allah, kerja kita menjadi amal jariyah. Lelah kita menjadi sedekah. Dan hidup kita menjadi berkah.
Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo