Tintasiyasi.ID -- Pemerhati Keluarga dan Generasi Ustazah Dedeh Wahidah Achmad membeberkan lima penyebab orang sulit memaafkan.
"Ada lima
penyebab orang sulit memaafkan," tuturnya dalam rubrik Family Zone:
Kedudukan Kata Maaf dalam Islam di kanal YouTube Muslimah Media Hub,
Selasa (13/08/2025).
Pertama, merasa diperlakukan tidak adil. “Mereka diperlakukan tidak adil ada
hubungannya dengan lurusnya niat. Seorang istri yang sudah mendidik anak,
melayani suami dengan sebaik-baiknya tetapi anak dan suaminya tidak membalas
dengan baik, maka akan merasa diperlakukan tidak adil,” tuturnya.
“Maka apa yang kita
lakukan niatkan semata-mata karena melakukan perintah Allah, jadi apa pun
balasan mereka kita tidak kecewa,” uajrnya mengingatkan.
Kedua, sakit yang begitu mendalam sampai traumatis. “Sakit ini harus
diobati, harus diselesaikan, jangan di simpan, karena ini akan jadi bibit
penyakit yang kalau terakumulasi bisa memuncak menjadi kebencian yang tidak
bisa dihilangkan. Maka selesaikan dengan pemahaman tadi," jelasnya.
Ketiga, ada perasaan tidak percaya bahwa dia tidak akan mengulanginya lagi. “Misalnya,
kita sudah melayani suami dengan baik, namun suami tidak setia. Berulang kali
kesalahan dilakukan yang kemudian berujung pada perselingkuhan, kemudian
meninggalkan istrinya yang sah. Kalau sudah berulangkali akhirnya muncul
kesimpulan tidak ada maaf bagimu,” bebernya.
Keempat, gagal memahami kenapa dia berlaku seperti itu. “Memahami latar
belakang orang mengapa perlakuannya begitu pada kita. Misal, kenapa anak
membangkang. Apakah karena sakit, sedang fokus dengan urusan lain,” jelasnya.
“Bukan ingin
membangkang, tetapi tidak sedang tidak mampu menghadapi masalahnya dan dia pada
saat itu justru butuh bantuan dari ibunya. Kita berusaha memperbaikinya, dengan
penjelasan, pendekatan dan perhatian sehingga dia akan merubah prilakunya jadi
baik," ujarnya.
Kelima, kesalahan itu dilakukan berulang-ulang. “Mungkin karena mereka tidak
tahu mana sikap yang benar. Di sini berarti ada tugas kita untuk memberikan
pencerahan, karena tugas kita untuk berdakwah. Jangan sampai mereka yang
melakukan kesalahan itu tetap di dalam kesalahannya,” ulasnya.
"Yang namanya
memaafkan itu bukan menoleransi, bukan membiarkan kesalahan terus terjadi. Di sini
penting bagaimana kita menunjukkan perilaku yang benar seperti apa. Kalau sudah
tidak bisa diperbaiki lagi, tidak bisa diberikan penjelasan, kita tidak boleh
terus menerus terlibat di dalam kesalahan itu. Kita harus berpaling,"
imbuhnya.
Ia meyampaikan,
firman Allah surah Al-A'raf ayat 199,
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ
وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَهِلِينَ
Jadilah pemaaf dan
suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang
bodoh.
Dalam ayat tersebut,
ia menjelaskan bahwa Allah memberi perintah agar kita senantiasa jadi orang
yang pemaaf, orang yang mengerjakan yang makruf serta tidak mempedulikan
orang-orang yang bodoh.
"Dalam tafsir
Imam at- Thaabari, ternyata yang dikatakan orang bodoh di sini bukan
orang-orang yang awam. Bukan karena ketidaktahuannya mereka melakukan kesalahan
itu. Tetapi orang bodoh di sini adalah orang yang dengan sengaja melakukan
pembangkangan, kemudian dia tidak mampu melakukan ketaatan," ulasnya.
Bahkan Imam
Athabari menyampaikan bahwa orang bodoh adalah orang yang melakukan permusuhan
kepada orang Islam. “Mereka memerangi umat Islam.Yang dilakukan tidak cukup
dengan berpaling dari mereka,” lugasnya.
"Jadi yang
dimaksud berpaling dari orang bodoh adalah berpaling dari orang-orang kafir
yang memusuhi umat Islam, menzalimi umat Islam dengan secara nyata. Sebagaimana
realitas sekarang yang terjadi di Palestina. Sikap kita terhadap penjajah di
Palestina bukan memaafkan, bukan mengadakan perdamain, tetapi harus mengusir
mereka dengan jihad dan khilafah," pungkasnya.[] Rina