Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Begini Lima Penyebab Orang Sulit Memaafkan

Minggu, 17 Agustus 2025 | 06:06 WIB Last Updated 2025-08-16T23:26:46Z

Tintasiyasi.ID -- Pemerhati Keluarga dan Generasi Ustazah Dedeh Wahidah Achmad membeberkan lima penyebab orang sulit memaafkan.

 

"Ada lima penyebab orang sulit memaafkan," tuturnya dalam rubrik Family Zone: Kedudukan Kata Maaf dalam Islam di kanal YouTube Muslimah Media Hub, Selasa (13/08/2025).

 

Pertama, merasa diperlakukan tidak adil. “Mereka diperlakukan tidak adil ada hubungannya dengan lurusnya niat. Seorang istri yang sudah mendidik anak, melayani suami dengan sebaik-baiknya tetapi anak dan suaminya tidak membalas dengan baik, maka akan merasa diperlakukan tidak adil,” tuturnya.

 

“Maka apa yang kita lakukan niatkan semata-mata karena melakukan perintah Allah, jadi apa pun balasan mereka kita tidak kecewa,” uajrnya mengingatkan.

 

Kedua, sakit yang begitu mendalam sampai traumatis. “Sakit ini harus diobati, harus diselesaikan, jangan di simpan, karena ini akan jadi bibit penyakit yang kalau terakumulasi bisa memuncak menjadi kebencian yang tidak bisa dihilangkan. Maka selesaikan dengan pemahaman tadi," jelasnya.

 

Ketiga, ada perasaan tidak percaya bahwa dia tidak akan mengulanginya lagi. “Misalnya, kita sudah melayani suami dengan baik, namun suami tidak setia. Berulang kali kesalahan dilakukan yang kemudian berujung pada perselingkuhan, kemudian meninggalkan istrinya yang sah. Kalau sudah berulangkali akhirnya muncul kesimpulan tidak ada maaf bagimu,” bebernya.

 

Keempat, gagal memahami kenapa dia berlaku seperti itu. “Memahami latar belakang orang mengapa perlakuannya begitu pada kita. Misal, kenapa anak membangkang. Apakah karena sakit, sedang fokus dengan urusan lain,” jelasnya.

 

“Bukan ingin membangkang, tetapi tidak sedang tidak mampu menghadapi masalahnya dan dia pada saat itu justru butuh bantuan dari ibunya. Kita berusaha memperbaikinya, dengan penjelasan, pendekatan dan perhatian sehingga dia akan merubah prilakunya jadi baik," ujarnya.

 

Kelima, kesalahan itu dilakukan berulang-ulang. “Mungkin karena mereka tidak tahu mana sikap yang benar. Di sini berarti ada tugas kita untuk memberikan pencerahan, karena tugas kita untuk berdakwah. Jangan sampai mereka yang melakukan kesalahan itu tetap di dalam kesalahannya,” ulasnya.

 

"Yang namanya memaafkan itu bukan menoleransi, bukan membiarkan kesalahan terus terjadi. Di sini penting bagaimana kita menunjukkan perilaku yang benar seperti apa. Kalau sudah tidak bisa diperbaiki lagi, tidak bisa diberikan penjelasan, kita tidak boleh terus menerus terlibat di dalam kesalahan itu. Kita harus berpaling," imbuhnya.

 

Ia meyampaikan, firman Allah surah Al-A'raf ayat 199,

 

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَهِلِينَ

 

Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh.

 

Dalam ayat tersebut, ia menjelaskan bahwa Allah memberi perintah agar kita senantiasa jadi orang yang pemaaf, orang yang mengerjakan yang makruf serta tidak mempedulikan orang-orang yang bodoh.

 

"Dalam tafsir Imam at- Thaabari, ternyata yang dikatakan orang bodoh di sini bukan orang-orang yang awam. Bukan karena ketidaktahuannya mereka melakukan kesalahan itu. Tetapi orang bodoh di sini adalah orang yang dengan sengaja melakukan pembangkangan, kemudian dia tidak mampu melakukan ketaatan," ulasnya.

 

Bahkan Imam Athabari menyampaikan bahwa orang bodoh adalah orang yang melakukan permusuhan kepada orang Islam. “Mereka memerangi umat Islam.Yang dilakukan tidak cukup dengan berpaling dari mereka,” lugasnya.

 

"Jadi yang dimaksud berpaling dari orang bodoh adalah berpaling dari orang-orang kafir yang memusuhi umat Islam, menzalimi umat Islam dengan secara nyata. Sebagaimana realitas sekarang yang terjadi di Palestina. Sikap kita terhadap penjajah di Palestina bukan memaafkan, bukan mengadakan perdamain, tetapi harus mengusir mereka dengan jihad dan khilafah," pungkasnya.[] Rina

Opini

×
Berita Terbaru Update