Manusia adalah makhluk pembelajar. Sejak lahir, kita menyerap informasi dari lingkungan — suara ibu, cahaya, sentuhan, aroma, dan ekspresi wajah. Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl dalam bukunya Revolusi Belajar menegaskan bahwa cara manusia memperoleh informasi adalah proses yang aktif, bukan pasif. Otak tidak sekadar menampung fakta seperti ember menampung air, melainkan mengolah, menafsirkan, menghubungkan, dan menyimpulkan.
Para penulis ini mengungkap bahwa informasi masuk ke dalam diri manusia melalui berbagai saluran indera, yang secara umum terbagi menjadi tiga gaya utama:
1. Visual (Penglihatan) – Melalui gambar, warna, tulisan, diagram, dan gerakan.
2. Auditorial (Pendengaran) – Melalui suara, nada, musik, intonasi, dan percakapan.
3. Kinestetik (Pergerakan dan Sentuhan) – Melalui gerakan tubuh, pengalaman langsung, sentuhan, dan rasa.
Setiap orang memiliki kombinasi unik dari ketiga gaya ini, meskipun biasanya ada satu atau dua yang dominan. Misalnya, sebagian orang lebih cepat paham saat melihat diagram, sebagian lagi lewat mendengar penjelasan, dan ada yang lebih efektif belajar dengan praktik langsung.
Mengapa Pemahaman Ini Penting?
Rose dan Nicholl menekankan bahwa memahami bagaimana kita memperoleh informasi adalah kunci untuk belajar lebih cepat, mengingat lebih lama, dan memanfaatkan potensi otak sepenuhnya. Jika kita memaksakan belajar hanya dengan satu cara yang tidak sesuai dengan gaya alami, prosesnya akan lambat dan membosankan.
Dalam kehidupan modern yang penuh banjir informasi, kemampuan memilih, menyaring, dan memproses informasi menjadi keterampilan vital. Di sinilah kesadaran diri (self-awareness) memainkan peran. Orang yang sadar bagaimana ia menyerap informasi akan mampu mengatur strategi belajar yang sesuai, bukan sekadar meniru metode orang lain.
Refleksi Ruhani: Islam dan Proses Perolehan Informasi
Dalam Islam, proses memperoleh informasi bukan sekadar soal ilmu duniawi, tetapi juga terkait ilmu yang menuntun kepada iman. Al-Qur’an berulang kali menyebut pendengaran, penglihatan, dan hati sebagai perangkat utama untuk memahami kebenaran:
"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur."
(QS. An-Nahl: 78)
Ayat ini menegaskan bahwa tiga jalur utama perolehan informasi — mendengar, melihat, dan mengolah dalam hati — adalah anugerah yang wajib digunakan dengan rasa syukur. Syukur di sini bukan hanya diucapkan, tapi diwujudkan dalam memanfaatkan semua informasi untuk kebaikan dan kebenaran, bukan untuk maksiat atau menipu.
Bahaya Informasi yang Salah
Rose dan Nicholl mengingatkan bahwa otak akan menyimpan informasi yang diulang-ulang, bahkan jika itu salah. Inilah mengapa propaganda, hoaks, dan fitnah bisa berbahaya: ia mengisi pikiran dengan pola yang keliru. Dalam Islam, kita diperintahkan tabayyun — memeriksa kebenaran informasi sebelum menyebarkannya (QS. Al-Hujurat: 6).
Artinya, umat yang cerdas bukan hanya pandai menyerap informasi, tetapi juga kritikal dalam memilahnya. Informasi yang salah dapat merusak akal dan hati, sementara informasi yang benar, jika diiringi iman, akan menjadi cahaya penuntun.
Kiat Praktis Mengoptimalkan Cara Memperoleh Informasi
Berdasarkan pandangan Revolusi Belajar dan nilai-nilai Islam, berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan:
1. Kenali gaya belajar dominan Anda – Apakah Anda lebih visual, auditorial, atau kinestetik?
2. Gunakan kombinasi indera – Semakin banyak jalur indera yang digunakan, semakin kuat memori yang terbentuk.
3. Gunakan emosi positif – Informasi yang disertai rasa kagum, gembira, atau terinspirasi akan lebih mudah diingat.
4. Kaitkan dengan nilai-nilai kehidupan – Hubungkan ilmu dengan tujuan hidup, iman, dan kontribusi untuk umat.
5. Filter informasi – Terapkan tabayyun dan jauhi informasi yang menyesatkan.
Penutup: Belajar Sebagai Ibadah
Pada akhirnya, memperoleh informasi bukan hanya proses intelektual, tetapi juga ibadah jika diniatkan untuk mencari ridha Allah. Ketika kita belajar dengan sadar akan cara kerja otak, menyaring informasi dengan hati-hati, dan mengarahkan ilmu untuk kebaikan, maka kita sedang menggabungkan kecerdasan duniawi dengan keberkahan ukhrawi.
Ingatlah pesan Rasulullah ﷺ:
"Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga." (HR. Muslim)
Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)