TintaSiyasi.id -- Baru-baru ini dunia pendidikan dihebohkan dengan tunjangan tambahan (TUTA) guru yang dicoret dari APBD 2025 Banten. Tentu saja kabar ini membuat banyak guru merasa terancam hidupnya, pasalnya selama enam bulan terakhir pemerintah provinsi Banten belum membayarkan tunjangan penting ini kepada ribuan guru yang merupakan tulang punggung pendidikan di daerah tersebut.
Alasan utama tuta tidak kunjung cair adalah karena memang sudah tidak dianggarkan pada APBD murni 2025. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Arsip Daerah (BPKAD) Provinsi Banten, Rina Dewiyanti (Tangerangnews.co.id, 23/6/2025).
Guru telah berusaha melakukan berbagai upaya untuk mendapatkan kembali hak mereka atas cairnya tuta guru tersebut, sampai-sampai ada sebagian guru yang sebenarnya sudah tidak sabar dan ingin segera menggelar aksi demonstrasi guna menuntut hak mereka. Namun beruntung aksi demo ini tidak terjadi karena masih ada sebagian guru yang bisa meredam amarah mereka.
Kejadian ini menggambarkan potret buram dunia pendidikan dalam sistem kapitalisme di mana nasib guru tidak lagi diperhitungkan dalam sistem pendidikan saat ini, padahal guru adalah profesi yang sangat penting dan mulia. Sebab guru memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk generasi masa depan bangsa, guru juga berperan sebagai mentor, motivator dan fasilitator dalam proses belajar siswa.
Namun sayang, kita dapat melihat dari banyak fakta yang ada bahwa hari ini pemerintah belum mampu memenuhi kesejahteraan bagi para guru. Baik itu pemerintahan daerah maupun pusat, inilah yang menjadi PR besar bagi pemerintah keseluruhan dan jajarannya.
Sudah selayaknya pemerintah harus lebih serius dalam memenuhi kesejahteraan para guru. apalagi dalam proses penggajian guru sangat erat kaitannya dengan ketersediaan sumber dana negara, dimana sumber dana negara kita saat ini sebagian besar hanya berasal dari pajak yang mencekik rakyat.
Pemerintah memiliki peran penting dalam menentukan anggaran untuk pendidikan dan penggajian guru. Sehingga seharusnya pemerintah dapat memprioritaskan anggaran untuk berbagai sektor, termasuk pendidikan. Jika pendidikan menjadi prioritas maka anggaran untuk gaji guru dapat ditingkatkan. Gaji guru yang rendah dapat mempengaruhi motivasi dan kinerja para guru. Sehingga bagaimana para guru bisa fokus mendidik anak didiknya? Jika pikiran mereka masih bercabang mencari sampingan guna menutupi kebutuhan hidup yang makin berat, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi mutu kualitas pendidikan.
Sistem kapitalisme yang saat ini diterapkan melahirkan kebijakan bahwa profesi guru dianggap sama seperti profesi lainnya yaitu tidak lain hanya sebagai pekerja. Sehingga memiliki upah yang rendah. Negara juga tidak bejus dalam mengurusi pendidikan, sehingga pendidikan hanya dianggap sebatas untuk mendapatkan ijazah yang digunakan dalam mencari kerja dan hal ini juga telah diserahkan kepada pihak swasta. Sehingga menjadi beban berat bagi masa depan generasi penerus bangsa.
Semua ini akibat dari sistem kapitalisme yang mana sistem keuangannya bergantung kepada utang negara dan pajak yang mencekik rakyat. Alhasil, utang negara makin menumpuk yang mengakibatkan gaji besar bagi guru dirasakan membebani negara.
Sangat berbeda dengan sistem pendidikan Islam yang mampu memberikan kesejahteraan bagi para guru. Sistem Islam menghasilkan sistem pendidikan ideal yang dapat memberikan gaji yang layak bagi para guru sehingga mereka dapat hidup dengan sejahtera. Kemudian mereka fokus pada tugasnya sebagai tenaga pendidik.
Di dalam Islam guru juga sangat dihargai dan dihormati, menghormati guru berarti menghormati ilmu. Islam sangat menghargai ilmu pengetahuan dan orang-orang yang berilmu. Guru sebagai pembawa ilmu pengetahuan dianggap sebagai orang yang mulia dan terhormat, mereka memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk generasi yang berilmu dan bertakwa.
Wallahu a'lam bishshawab. []
Oleh: Nur Afrida
Aktivis Muslimah