Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Membangun Etos Kerja Para Guru dan Tenaga Kependidikan dalam Perspektif Spiritual

Selasa, 15 Juli 2025 | 12:12 WIB Last Updated 2025-07-15T05:12:34Z


TintaSiyasi.id -- Pendahuluan. Pendidikan bukan sekadar proses transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga proses pembentukan karakter dan spiritualitas. Dalam konteks ini, para guru dan tenaga kependidikan bukan hanya pekerja profesional, tetapi juga pendidik ruhani yang memiliki tanggung jawab moral dan spiritual. Membangun ethos kerja dalam perspektif spiritual menjadi kunci penting agar dunia pendidikan tidak kehilangan maknanya yang luhur dan fitrahnya sebagai medan ibadah dan pengabdian kepada Allah Swt.

Makna Ethos Kerja dalam Perspektif Spiritual

Secara umum, ethos kerja adalah semangat, sikap, dan nilai-nilai yang mendasari perilaku kerja seseorang. Dalam perspektif spiritual Islam, kerja bukanlah sekadar rutinitas duniawi, tetapi bagian dari ibadah (ibadah ma’isyah) yang mengandung nilai-nilai pengabdian kepada Allah Swt. Dalam QS. Al-Mulk: 2, Allah Swt. berfirman:
"Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang paling baik amalnya."
(Al-Mulk: 2).

Ayat ini menegaskan bahwa hidup adalah ujian untuk mempersembahkan amal terbaik. Guru dan tenaga kependidikan yang memiliki ethos kerja spiritual akan menjadikan profesinya sebagai ladang amal shaleh, bukan sekadar mencari nafkah.

Tiga Pilar Ethos Kerja Spiritual

1. Niat yang Lurus (Ikhlas)

Segala amal bermula dari niat. Niat yang benar menempatkan aktivitas mengajar dan mendidik sebagai bentuk pengabdian kepada Allah, bukan semata-mata demi gaji atau jabatan.
Rasulullah Saw. bersabda:
"Sesungguhnya setiap amal tergantung pada niatnya." (HR. Bukhari dan Muslim).

Ikhlas melahirkan keikhlasan dalam melayani siswa, keteladanan dalam sikap, serta kesabaran dalam menghadapi dinamika pendidikan.

2. Tanggung Jawab Amanah (Amanah & Itqan)

Seorang guru dan tenaga kependidikan memegang amanah besar, yakni membentuk masa depan generasi bangsa. Dalam Islam, amanah adalah karakter utama orang beriman (QS. Al-Mu’minun: 8). Maka, setiap tugas harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan profesional, bukan sekadar menggugurkan kewajiban.

Rasulullah bersabda:
"Sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang jika melakukan suatu pekerjaan, ia menyempurnakannya (itqan)." (HR. Thabrani).

3. Spiritualitas Kerja: Ihsan dan Murāqabah

Ihsan adalah bekerja seolah-olah melihat Allah, dan jika tidak bisa, maka sadar bahwa Allah sedang melihat kita. Ini menciptakan kontrol spiritual internal (murāqabah) yang menjaga integritas dan moral kerja.

"Ihsan adalah engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu." (HR. Muslim).

Dengan nilai ini, guru tidak akan menyepelekan tanggung jawab, bahkan ketika tidak diawasi atasan atau kepala sekolah.

Membangun Lingkungan Kerja Spiritual

Agar ethos kerja spiritual dapat tumbuh dan berkembang, lingkungan pendidikan harus dirancang untuk memfasilitasi nilai-nilai ruhani, antara lain:

• Kultur Sekolah yang Qur’ani dan Dzikir-Sentris
Lingkungan yang menghidupkan shalat berjamaah, tadabbur, pembiasaan dzikir, dan akhlak Islami akan membentuk suasana kerja yang harmonis dan penuh keberkahan.

• Kepemimpinan Spiritual (Spiritual Leadership)
Kepala sekolah sebagai pemimpin spiritual bukan hanya mengatur teknis dan administrasi, tetapi juga menjadi teladan dalam kesalehan, keikhlasan, dan integritas.

• Evaluasi Kinerja Berbasis Akhlak dan Amanah
Penilaian tidak hanya dilihat dari hasil akademik, tetapi juga integritas, tanggung jawab, dan keteladanan akhlak guru.

Refleksi: Guru sebagai Pelayan Ilmu dan Penuntun Hati

Seorang guru adalah pelayan ilmu dan penuntun hati. Ia bukan hanya mendidik kecerdasan, tetapi juga membimbing ruh dan akhlak. Bila guru hanya bekerja tanpa dimensi spiritual, maka proses pendidikan menjadi kering dan mekanistik.

Namun, bila guru memaknai tugasnya sebagai ibadah dan ladang dakwah, maka setiap peluh dan letih menjadi berkah dan bernilai akhirat. Dalam dunia yang penuh tantangan moral dan materialisme, hanya dengan spiritualitas para guru dapat tetap tegar, istiqamah, dan menjadi lentera dalam kegelapan zaman.

Penutup: Menyemai Surga Lewat Pendidikan

Membangun ethos kerja spiritual di kalangan guru dan tenaga kependidikan adalah investasi jangka panjang bagi kemajuan peradaban. Seorang guru yang bekerja dengan hati, jiwa, dan niat untuk Allah, sesungguhnya sedang menanam benih surga di bumi ini.

Mari kita bangun budaya pendidikan yang bukan hanya mencerdaskan otak, tetapi juga menyuburkan iman dan menyinari jiwa. Sebab mendidik adalah misi kenabian, dan guru adalah pewaris cahaya risalah.

"Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga."
(HR. Muslim).

Dr. Nasrul Syarif, M.Si.  
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana  UIT Lirboyo

Opini

×
Berita Terbaru Update