TintaSiyasi.id -- Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto (UIY) mengapresiasi fenomena tumbuhnya komunitas hijrah dari berbagai profesi dan latar belakang, sekaligus ia berpesan mereka tidak boleh berhenti.
"Ini harus disambut di apresiasi tapi juga sekaligus disadari bahwa ini tidak boleh berhenti sampai di sini," ujarnya dalam Fokus Special: Hijrah, Inspirasi Perjuangan Menuju Peradaban Baru, Ahad (29/6/2025) di kanal YouTube UIY Official.
Lebih lanjut, ian mengatakan, munculnya komunitas hijrah itu sesuatu yang positif karena orang-orang yang telah hijrah tersebut mengerti bahwa ada hal yang tidak pas dalam hidupnya sebelum itu, yakni mereka menyadari ada yang tidak bagus pada agamanya pada iman dan takwanya, lalu dia mengubah dirinya menjadi lebih baik dalam keimanan dan ketakwaannya. Hanya saja, mereka yang sudah hijrah itu tidak boleh berhenti pada kepuasan diri, tetapi harus juga membawa orang lain pada ketaatan kepada Allah.
"Ya, fase rohani bahwa dia sudah merasa baik segala macam itu Alhamdulillah itu syukuri. Tetapi ada tugas besar bagaimana membawa orang lain atau umat yang lebih luas ke keadaan yang juga dialami kepada hijrah maknawi. Dan inilah sebenarnya substansi hijrah yang ditunjukkan Rasulullah saw. ketika beliau hijrah dari Mekah ke Madinah," ujarnya.
Dia mengatakan, hijrahnya Rasulullah saw., itu bukan semata-mata berpindah tempat secara fisik dari Makkah ke Madinah. Tetapi juga sekaligus membentuk masyarakat Islam yang pertama yang di situ. Seluruh kewajiban dari Allah dilaksanakan dan larangan-Nya ditinggalkan. Kemudian membentuk suatu masyarakat yang sesuai syariat.
"Al-Muhajirin itu orang yang meninggalkan apa yang dilarang Allah untuknya. Inilah muhajir," ungkapnya.
UIY mengatakan, hijrah yang dilakukan Rasulullah saw. dan para sahabat dari Makkah ke Madinah adalah transformasi besar dalam kehidupan umat. Di Madinah, Rasulullah memimpin sebuah komunitas yang kemudian disebut sebagai sebuah masyarakat plural. Bukan hanya kaum muslimin, tetapi juga Yahudi dan Nasrani. Hal ini, sesuatu yang tidak didapatkan ketika Rasulullah di Makkah yang represif oleh orang-orang Quraisy. Transformasi besar ini, kata UIY, justru menjadi hal yang menonjol dari peristiwa hijrah Nabi saw.
"Kalau kita mengacu pada apa yang dilakukan Rasulullah saw dan para sahabat yang hijrah dari Makkah ke Madinah, itu menunjukkan bahwa yang mereka semua lakukan itu bukanlah hanya sebuah perjalanan fisik, tetapi sebuah transformasi besar dalam kehidupan umat. Dari yang semula itu dalam keadaan yang penuh dalam tekanan, keterasingan, penindasan, kemudian menuju kepada kebebasan dan kekuatan politik. Itu yang paling menonjol," tutupnya.[] Saptaningtyas