Tintasiyasi.ID -- Pemerhati Keluarga dan Generasi Ustazah Dedeh Wahidah menyatakan bahwa orang tua harus melejitkan potensi anak menjadi prestasi di sisi Allah Swt. sebagai prestasi ketakwaan.
"Sebagai orang tua kita diberi amanah oleh Allah
supaya anak-anak dididik, sehingga anak-anak kita tumbuh menjadi anak-anak yang
luar biasa, bertakwa, saleh dan salehah, dan bisa melejitkan potensinya menjadi
prestasi di sisi Allah Swt. sebagai prestasi ketakwaan ," ujarnya dalam kanal
Youtube Muslimah Media Hub, berjudul Potensi Anak untuk Perjuangan
Islam, Ahad (30/06/2025).
Lanjutnya, bagaimana potensi anak-anak itu melejit
menjadi kebaikan, investasi amal saleh bagi orang tua, dan tentu saja mereka
tumbuh menjadi generasi pejuang Islam. “Lalu apa yang harus dilakukan supaya
orang tua bisa melejit potensi mereka,” ujarnya.
Pertama, kenali anak baik buruknya,
kelebihan atau kekurangannya. "Kita harus mengenali anak-anak kita. Setiap
anak unik, istimewa, tidak bisa disamakan, walaupun lahir dari rahim yang sama,
dari rahim kita,” tutrnya.
“Kita kenali keunikannya, keistimewaannya, dan
pandanglah itu adalah sesuatu yang istimewa dan luar biasa. Sekalipun mungkin
menurut orang lain itu kelemahan, tetapi bagi orang tuanya jangan menganggap
mereka lemah, tetapi hadapilah keistimewaan yang dianugerahkan oleh Allah
kepada kita sebagai orang tuanya. Pandangan ini akan berpengaruh kepada riayah
kita," jelasnya.
Ia melanjutkan, jangan memandang anak sebagai satu
beban. "Ketika kita memandang anak sebagai beban yang memberatkan, sesuatu
yang akan mempermalukan kita, orang tua tidak bangga dengan anaknya, jangan
sampai anugerah Allah itu rusak gara-gara pendidikan, perlakuan orang tuanya
yang salah,” ujarnya mengingatkan.
“Kalau pun ada kekurangan pada anak, perlakukanlah
dengan baik. Ketika dididik dengan sempurna orang tuanya seperti itu akan
memiliki optimisme. Bagaimanapun keadaannya dia akan tumbuh menjadi lebih baik
karena perlakuan yang baik dari orang tuanya," tambahnya.
Kedua, beri kesempatan anak untuk
mengembangkan diri dalam proses pembelajaran. "Potensi tidak akan
berkembang menjadi sebuah prestasi ketika dia tidak dikembangkan, tidak
ditumbuhkan, dan tidak dilejitkan,” bebernya.
Sebaliknya, imbuhnya lagi, kekurangan akan tetap
menjadi kelemahan ketika tidak diminimalisasikan dan diselesaikan. “Ketika
tidak dituntaskan, sampai kapan pun tetap menjadi kelemahan," jelasnya.
Ia menyatakan, sebagai orang tua yang bisa dilakukan
adalah mengubah anak menjadi berkembang lebih baik, kalau pun dia kurang bisa
menutupi kekurangannya dengan ilmu dan skill yang dia ada.
"Maka berilah kesempatan untuk anak berkembang
dan belajar. Tentu saja belajar yang benar. Pastikan mereka belajar tentang
keimanan, hukum syarak, skill kehidupan bagaimana ketika mereka
mendapatkan masalah, termasuk masalah-masalah sederhana dalam seharian mereka.
Jadi beri mereka kesempatan untuk belajar, kita hanya memfasilitas, beri mereka
peluang untuk memgembangkan potensinya," ujarnya.
Ketiga, dampingi anak dalam proses tumbuh
kembangnya. "Tidak sedikit orang tua merasa puas dan cukup ketika sudah
menyekolahkan anak di sekolah privat, sehingga orang tua pun melepaskan begitu
saja karena dianggap sudah cukup,” jelasnya.
“Pendampingan dengan ilmu saja tidak cukup. Kadang
kala yang dominan itu justru bukan ilmu, yang dominan itu pada fase-fase
tertentu yang menjadi contoh nyata yang dilihat, yang didengar, bahkan yang
dialami oleh anak. Boleh jadi itu lebih membekas pada diri anak,” terangnya.
Ustazah Dedeh menyatakan, khawatirnya yang dilihat, didengar,
dirasakan oleh anak itu justru sesuatu yang bertentangan dengan hukum syarak. “Karena
itu dampingi anak dalam tumbuh kembangnya supaya tahu apa yang terjadi pada
anak kita," tuturnya.
Keempat, beri motivasi kepada anak untuk
melejitkan potensi mereka. "Namanya manusia kadang ada lemahnya, kadang
ada semangatnya, karena itu dibutuhkan motivasi orang tua supaya potensi anak
bisa melejit,” sebutnya.
“Motivasi mereka. Dorong mereka, tentu saja dengan
teknik motivasi yang bukan menjatuhkan, tetapi dengan teknik motivasi yang
mengembangkan semangat, membuat anak percaya diri, bukan yang akan membuat anak
merasa rendah diri," jelasnya.
Kelima, berilah apresiasi sekecil apa pun. "Jangan
lupa apresiasi anak-anak, sekalipun tentu saja kita tidak boleh abai, tetap ada
standar dan itu butuh proses,” sarannya.
“Maka kita yang mengarahkan bagaimana untuk anak
melakukan perbaikan-perbaikan ke arah yang ideal, menjadi anak saleh dan salehah
itu perlu pendidikan yang harus kita jalani
dengan penuh kesabaran dan keyakinan, jadi apresiasi perkembangan anak
sekecil apapun itu adalah prestasi bagi proses pendidikan mereka, tanpa kita
lupakan ada standar ideal yang harus mereka capai," ujarnya.
Kemudian ia melanjutkan, jangan luput untuk berdoa
kepada Allah Swt. “Salah satu doanya dalam surah Al-Furqan ayat 74, ‘Ya Allah,
anugerahkan kepada kami dari pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyejuk
hati dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang bertakwa.’,” nukilnya.
Ia menyimpulkan, anak bukan hanya menjadi penyejuk
hati bagi keluarga, tetapi berharap mereka menjadi pemimpin bagi orang-orang
mutakin.
"Ini adalah cita-cita berskala keumatan. Kita
ingin anak yang peduli kepada umat, berperan untuk kebaikan umat, berada di
garda terdepan dalam perjuangan umat. Kita selipkan dalam aktivitas pendidikan
kita dalam melejitkan potensi anak-anak,” ajaknya.
“Doa kita kepada Allah, semoga kita dan anak-anak menjadi
pemimpin bagi orang orang-orang bertakwa, pejuang Islam yang istikamah, orang-orang
yang bisa melejitkan potensi, dan menjadi prestasi ketakwaan di sisi Allah Swt.,"
simpulnya.[] Hidayah Muhammad