Antara Harapan dan Ketakutan: Targhib dan Tarhib dalam Al-Qur’an
۞نَبِّئۡ عِبَادِيٓ أَنِّيٓ أَنَا ٱلۡغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ وَأَنَّ عَذَابِي هُوَ ٱلۡعَذَابُ ٱلۡأَلِيمُ
"Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku bahwa Aku adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, dan bahwa azab-Ku adalah azab yang sangat pedih."
(QS. Al-Hijr: 49–50)
Pengantar: Iman yang Seimbang
Iman sejati bukan hanya tentang cinta dan harapan, tapi juga tentang rasa takut dan kehati-hatian. Seorang mukmin yang sejati adalah mereka yang beribadah kepada Allah dengan cinta, takut, dan harap. Tiga pilar ini adalah fondasi yang kokoh dalam membentuk karakter spiritual umat Islam.
Dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, Allah SWT sering menyampaikan ajaran-Nya dengan dua pendekatan utama:
• Targhib (الترغيب): Janji kebaikan, surga, rahmat, ampunan.
• Tarhib (الترهيب): Peringatan azab, neraka, siksa, dan kutukan bagi yang ingkar.
Pendekatan ini bukan sekadar teknik retorika, melainkan metode Ilahiyah dalam mendidik hati manusia, agar ia tidak terbuai oleh dunia, tapi juga tidak tenggelam dalam keputusasaan.
Makna dan Hakikat Targhib dan Tarhib
Targhib: Harapan yang Menghidupkan
Targhib berasal dari kata raghaba yang berarti menginginkan atau mencintai sesuatu. Dalam konteks dakwah dan Al-Qur’an, Targhib adalah janji Allah akan pahala, surga, kasih sayang dan ampunan-Nya bagi orang-orang yang beriman dan taat.
Ayat-ayat Targhib bertujuan untuk:
• Memotivasi umat untuk berbuat kebaikan
• Menanamkan semangat amal
• Memberikan harapan di tengah kesulitan hidup
Contoh Targhib:
إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ كَانَتۡ لَهُمۡ جَنَّٰتُ ٱلۡفِرۡدَوۡسِ نُزُلًا
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih, bagi mereka surga Firdaus menjadi tempat tinggal.”
(QS. Al-Kahfi: 107)
“Katakanlah, wahai hamba-Ku yang melampaui batas terhadap dirinya sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.”
(QS. Az-Zumar: 53)
Targhib adalah bahan bakar yang mendorong jiwa menuju jalan Allah. Tanpa Targhib, jiwa menjadi kering dan hampa, kehilangan harapan dan semangat.
Tarhib: Takut yang Menyelamatkan
Tarhib berasal dari kata rahba yang berarti takut atau gentar. Dalam Al-Qur’an, Tarhib digunakan untuk menakut-nakuti manusia dari akibat dosa dan maksiat serta menggambarkan kedahsyatan azab bagi orang-orang yang durhaka.
Ayat-ayat Tarhib bertujuan:
• Menumbuhkan rasa takut kepada Allah
• Menyadarkan umat dari kelalaian
• Mencegah maksiat dan kerusakan moral
Contoh Tarhib:
فَأَمَّا مَن طَغَىٰ وَءَاثَرَ ٱلۡحَيَوٰةَ ٱلدُّنۡيَا فَإِنَّ ٱلۡجَحِيمَ هِيَ ٱلۡمَأۡوَىٰ
“ Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). “ (QS. An-Nazi’at: 37–39)
“Sesungguhnya api neraka itu menyalakan kulit kepala.”
(QS. Al-Ma’arij: 15–16)
Tanpa Tarhib, manusia cenderung berbuat semaunya. Tarhib adalah pagar yang menjaga akhlak dan kesadaran, bahwa setiap amal ada balasannya.
8 Kali Pendekatan Targhib dan Tarhib Disandingkan dalam Al-Qur’an
Dalam banyak ayat, Allah menyandingkan janji dan ancaman secara bersamaan. Ini menciptakan keseimbangan psikologis dan spiritual dalam jiwa manusia. Berikut adalah delapan contohnya:
1. QS. An-Nisa: 56–57
• Tarhib: “Orang-orang kafir akan dimasukkan ke dalam neraka... kulit mereka diganti berkali-kali.”
• Targhib: “Adapun yang beriman dan beramal shalih, dimasukkan ke dalam surga, mereka kekal di dalamnya.”
2. QS. At-Tawbah: 21–23
• Targhib: “Allah menggembirakan mereka dengan rahmat-Nya dan surga.”
• Tarhib: “Jika kamu lebih mencintai keluarga daripada Allah dan Rasul-Nya, maka tunggulah keputusan-Nya.”
3. QS. Al-Baqarah: 155–157
• Tarhib: “Kami pasti akan menguji kamu dengan ketakutan, kelaparan, dan kehilangan harta...”
• Targhib: “Sampaikan kabar gembira kepada orang sabar… mereka mendapat rahmat dan petunjuk.”
4. QS. Al-A’raf: 96–97
• Targhib: “Jika penduduk negeri beriman dan bertakwa, Kami bukakan berkah langit dan bumi.”
• Tarhib: “Namun mereka mendustakan, maka Kami siksa mereka.”
5. QS. Al-Bayyinah: 6–8
• Tarhib: “Orang kafir masuk neraka Jahannam…”
• Targhib: “Orang beriman adalah makhluk terbaik… balasan surga, sungai, ridha Allah.”
6. QS. Ghafir: 7–9
• Targhib: “Masukkan mereka ke surga… jauhkan dari azab.”
• Tarhib: “Barang siapa Kau lindungi dari azab neraka, sungguh telah Kau rahmati.”
7. QS. Al-Muzzammil: 17–18
• Tarhib: “Bagaimana kamu akan bertakwa terhadap hari yang menjadikan anak-anak beruban?”
• Targhib: “Ini adalah peringatan; siapa yang mau, ambil jalan menuju Tuhan.”
8. QS. Al-Hijr: 49–50
• Targhib: “Kabarkan kepada hamba-Ku bahwa Aku Maha Pengampun dan Maha Penyayang.”
• Tarhib: “Dan bahwa azab-Ku adalah azab yang sangat pedih.”
Keseimbangan Targhib dan Tarhib dalam Kehidupan Seorang Mukmin
🔹 Jika hanya Targhib...
Kita bisa lengah dan terlalu percaya diri. Bahayanya adalah munculnya rasa aman dari azab Allah (al-amnu min makrillah).
“Tidak ada yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.”
(QS. Al-A’raf: 99)
🔹 Jika hanya Tarhib...
Kita bisa terjatuh dalam keputusasaan. Padahal Allah Maha Pengampun dan mencintai hamba yang bertaubat.
“Siapakah yang lebih sesat daripada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya?”
(QS. Al-Hijr: 56)
🔹 Jika keduanya digabungkan...
Maka lahirlah hamba yang cinta tapi tetap takut, berharap tapi tidak lengah, beramal karena cinta dan harapan surga, dan meninggalkan maksiat karena takut siksa-Nya.
Refleksi: Targhib dan Tarhib sebagai Strategi Pendidikan Qur’ani
Dakwah Rasulullah ﷺ selama 23 tahun menggunakan metode basysyir wa nadzir (pembawa kabar gembira dan peringatan). Ini adalah pendekatan yang sangat manusiawi, penuh empati, dan psikologis.
• Dalam keluarga: didik anak dengan cinta, tapi jangan biarkan mereka liar tanpa batas.
• Dalam masyarakat: sampaikan Islam dengan kasih, tapi jangan lupakan peringatan yang tegas.
• Dalam jiwa sendiri: jangan merasa aman dari dosa, tapi jangan pula berputus asa dari ampunan.
Penutup: Harap dan Takut Membawa Kita ke Surga
Seorang hamba harus menyembah Allah seperti seorang musafir di padang pasir: takut pada panas neraka, tapi berharap akan mata air surga.
Imam Hasan Al-Bashri berkata:
"Orang beriman itu hidup di antara dua rasa: rasa takut akan ditolaknya amal, dan harapan diterimanya taubat."
Doa Harapan dan Takut:
“Ya Allah, aku mohon kepada-Mu surga dan kenikmatannya, serta aku berlindung kepada-Mu dari api neraka dan panasnya.”
(HR. Abu Dawud)
Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
(Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)