×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Membina Keluarga Harmonis yang Diridai Allah Swt.

Jumat, 20 Juni 2025 | 13:09 WIB Last Updated 2025-06-20T06:09:44Z

TintaSiyasi.id -- Pendahuluan: Keluarga, Titik Awal Peradaban.
Keluarga bukan hanya institusi sosial terkecil dalam masyarakat, tetapi ia adalah miniatur dari dunia, tempat iman ditumbuhkan, cinta ditanamkan, dan harapan masa depan diperjuangkan. Di dalam keluarga, manusia pertama kali mengenal kasih sayang, tanggung jawab, serta nilai-nilai ketuhanan. Maka, membina keluarga harmonis yang diridai Allah bukanlah tujuan kecil, melainkan misi besar peradaban.

Allah Swt. berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…”
(QS. At-Tahrim: 6).
Ayat ini menjadi alarm ruhani bahwa kepemimpinan dan pembinaan dalam keluarga bukan sekadar urusan duniawi, tetapi juga amanah ukhrawi.

1. Fondasi Keluarga Harmonis: Iman dan Takwa

Keluarga yang harmonis dimulai dari pernikahan yang dibangun atas dasar iman dan takwa, bukan hanya emosi sesaat. Sebagaimana Rasulullah Saw. bersabda:
“Wanita itu dinikahi karena empat hal: karena hartanya, keturunannya, kecantikannya dan agamanya. Maka pilihlah wanita yang taat beragama, niscaya kamu beruntung.”
(HR. Bukhari dan Muslim).
Iman dan takwa adalah lem perekat hati. Saat masalah melanda, pasangan yang beriman akan kembali kepada Allah, saling menguatkan, bukan saling menyalahkan. Mereka akan menjadikan sabar dan shalat sebagai jalan keluar.

2. Komunikasi Penuh Cinta dan Kasih

Bahasa dalam rumah tangga bukan hanya lisan, tetapi juga batin. Keluarga yang harmonis menjadikan komunikasi sebagai jembatan hati, bukan tembok emosi. Suami istri yang saling mendengarkan, menasihati, dan memuji dengan ikhlas akan memelihara cinta di tengah riuhnya dunia.
Allah menggambarkan hubungan suami-istri dalam firman-Nya:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan hidup dari jenismu sendiri supaya kamu merasa tenteram di sampingnya dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang (mawaddah wa rahmah).”
(QS. Ar-Rum: 21).

3. Peran Suami sebagai Qawwam dan Pemimpin Ruhani

Dalam Islam, suami adalah qawwam, yaitu pemimpin, pelindung, dan penopang utama keluarga. Namun, kepemimpinan dalam Islam bukanlah dominasi, melainkan pelayanan. Seorang suami bertanggung jawab secara lahir dan batin untuk membawa keluarganya menuju ridha Allah.
Rasulullah Saw. bersabda:
"Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya..."
(HR. Bukhari dan Muslim).
Suami hendaknya menjadi figur yang rajin shalat berjamaah, pencari nafkah halal, serta pendidik akhlak bagi anak-anaknya.

4. Peran Istri sebagai Penjaga Cahaya Rumah

Istri bukan sekadar pelengkap, melainkan penentu suasana hati rumah tangga. Istri yang shalihah adalah tiang kekokohan rumah. Rasulullah Saw. bersabda:
“Sebaik-baik wanita adalah yang jika engkau melihatnya, ia menyenangkanmu; jika engkau perintah, ia mentaatimu; dan jika engkau pergi, ia menjaga dirimu dan hartamu.”
(HR. Abu Dawud).
Istri yang cerdas akan membangun komunikasi penuh cinta, menjadi madrasah pertama bagi anak-anak, dan sabar dalam mendampingi perjuangan suami.

5. Anak-anak: Amanah Ilahi, Bukan Milik Pribadi

Anak adalah karunia, bukan hak mutlak. Keluarga harmonis adalah yang mendidik anak dengan cinta dan doa, bukan hanya tekanan dan ambisi dunia. Rasulullah Saw. sangat mencintai anak-anak, mendidik mereka dengan kasih sayang dan teladan.
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”
(HR. Bukhari dan Muslim).

Orang tua bertanggung jawab mengajarkan anak membaca Al-Qur’an, shalat, akhlak mulia, serta mengenalkan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya sejak dini.

6. Menyuburkan Rumah dengan Amal dan Ibadah

Keluarga harmonis tidak hanya dihiasi dengan tawa, tetapi juga dengan suasana ruhani yang menentramkan. Di antara amalan yang menyuburkan cinta dan keberkahan dalam rumah:
• Shalat berjamaah bersama keluarga
• Membaca Al-Qur’an dan tadabbur ayat
• Dzikir pagi-petang sebagai benteng ruhani
• Sedekah bersama dan membantu sesama
• Majelis ilmu dan diskusi iman dalam rumah
Rumah yang di dalamnya dipenuhi dzikir dan ilmu akan menjadi taman surga kecil di dunia.

7. Ujian dan Cobaan: Jalan Menuju Kematangan
Tak ada keluarga tanpa ujian, tetapi keluarga yang diridai Allah bukan yang tak pernah diuji, melainkan yang tetap istiqamah dalam kesabaran dan syukur. Ujian adalah cara Allah menguatkan, bukan menghancurkan.
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (ujian) seperti yang dialami orang-orang sebelum kamu?”
(QS. Al-Baqarah: 214).

Kunci dalam menghadapi ujian rumah tangga adalah saling mendoakan, saling memaafkan, dan saling mengingatkan akan akhirat.

Penutup: Membangun Surga di Dunia

Membangun keluarga harmonis yang diridhai Allah adalah perjalanan panjang, bukan hasil instan. Ia adalah jihad harian yang menuntut cinta, ilmu, dan takwa. Namun, janji Allah sangat indah:

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih, kelak Kami akan masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Di sana mereka mempunyai isteri-isteri yang suci, dan Kami masukkan mereka ke dalam naungan yang teduh.”
(QS. An-Nisa: 57).

Mari jadikan rumah kita sebagai taman ibadah, ladang dakwah, dan tempat tumbuhnya peradaban cinta yang diridhai Allah.

Dr. Nasrul Syarif, M.Si
Penulis Buku dan Dosen Pascasarjana  UIT Lirboyo

Opini

×
Berita Terbaru Update