×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Hidup Sekali, Jadikan Berarti: Menyusun Proposal Abadi Menuju Rida Illahi

Jumat, 20 Juni 2025 | 13:22 WIB Last Updated 2025-06-20T06:23:01Z
TintaSiyasi.id -- Pendahuluan: Napas yang Tak Kembali.
Setiap tarikan napas adalah karunia. Setiap detik yang berlalu adalah investasi abadi. Namun, berapa banyak dari kita yang sadar bahwa hidup ini sesungguhnya hanya sekali, dan tidak akan pernah terulang lagi?

Sebagian orang hidup seolah-olah akan hidup selamanya. Sibuk menumpuk harta, mengejar nama, memburu pujian manusia, tetapi lupa menyusun peta perjalanan menuju rumah sejati: kampung akhirat.

Maka, penting bagi setiap Muslim untuk menyusun proposal hidup dan impian, bukan sekadar sebagai cita-cita dunia, tetapi sebagai ikhtiar spiritual menuju puncak tertinggi: Ridha Allah Swt. dan Surga-Nya yang abadi.

1. Mengapa Kita Harus Menyusun Proposal Hidup?

Karena hidup tanpa arah hanya akan melelahkan. Seperti kapal yang berlayar tanpa kompas, ia akan tersesat dalam gelombang dunia.
Rasulullah Saw. bersabda:
“Orang yang cerdas adalah orang yang mampu menundukkan hawa nafsunya dan beramal untuk kehidupan setelah mati.”
(HR. Tirmidzi).

Proposal hidup adalah kompas ruhani. Ia membantu kita:
Memaknai hidup dengan tujuan ilahiyah
Fokus pada amal yang bernilai kekal
Meninggalkan jejak amal shalih yang terus mengalir meski raga telah tiada

2. Tiga Pilar Hidup yang Bermakna: Takwa, Tawakal, dan Yakin

Takwa: Hidup dengan kesadaran penuh bahwa Allah mengawasi. Setiap keputusan didasari oleh “Apakah Allah rida?”
Tawakal: Setelah usaha terbaik, hati berserah. Tidak panik terhadap hasil karena yakin Allah Maha Mengatur.
Yakin: Percaya bahwa setiap takdir adalah hadiah tersembunyi, bahkan musibah pun adalah bentuk kasih sayang-Nya.

Tanpa tiga hal ini, kita mudah limbung oleh ujian, mudah putus harapan, dan kehilangan arah.

3. Dari Mana Kita Berasal, Untuk Apa Kita Hidup, Ke Mana Kita Akan Kembali?

Tiga pertanyaan ini adalah Uqdatul Qubra, yaitu simpul besar yang harus diurai dalam hidup:
1. Dari mana kita berasal?
Dari Allah, dicipta dengan cinta, dalam kondisi fitrah suci.

2. Untuk apa kita hidup?
Untuk beribadah, menebar manfaat, menjadi khalifah di bumi.

3. Ke mana kita akan kembali?
Kembali kepada Allah, mempertanggungjawabkan segala amal.

Apabila seseorang mampu menjawab ketiganya dengan iman, maka ia telah menemukan arah hidupnya.

4. Jangan Sibuk Menjadi Orang Sukses, tetapi Jadi Orang Bernilai

Dunia mengajarkan kita mengejar "sukses": punya rumah, kendaraan, gelar, dan pangkat.

Namun, Islam mengajarkan kita menjadi orang yang bernilai:

Yang hidupnya bermanfaat,
Yang senyumnya menenangkan,
Yang nasihatnya menghidupkan iman,
Yang doanya menjadi pelindung bagi orang lain.

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.”
(HR. Ahmad).

5. Impian Tertinggi: Menjadi Pewaris Nabi

Impian tertinggi bukan hanya jadi pengusaha, profesor, atau pejabat, tetapi menjadi pewaris tugas para Nabi, yaitu:

Membina umat
Menegakkan kebenaran
Menjadi mercusuar akhlak
Pewaris nabi adalah mereka yang menghidupkan ilmu, menyebarkan kebaikan, dan menuntun umat dari kegelapan menuju cahaya.

6. Tanda Hidupmu Bernilai di Sisi Allah

1. Kau tidak puas hanya menjadi baik, kau ingin membaikkan orang lain.

2. Kau lebih takut jika hatimu kosong dari zikir, dibanding dompet kosong dari rupiah.

3. Kau terus belajar, meski usia bertambah, karena kau tahu kemuliaan itu ada pada ilmu.

4. Kau menangis saat sendiri, karena rindu bertemu Tuhanmu.

5. Kau bahagia jika ada orang lain yang lebih sukses asalkan itu karena taqwa.

Apabila kau merasakan sebagian dari ini, maka kau sedang berada di jalan lurus menuju surga.

Penutup: Jadikan Hidupmu Proposal Menuju Surga

Saudaraku, hidup ini bukan hanya tentang seberapa tinggi kita mendaki, tetapi seberapa besar nilai yang kita beri. Bukan soal berapa lama kita hidup, tetapi seberapa bermakna napas kita bagi sesama.

Tulis impianmu. Buat peta hidupmu. Bangun jejak amalmu. Jangan hidup sekadar menumpang di bumi. Jadikan bumi bersaksi bahwa kau pernah hadir, berjuang, dan mencintai Allah dengan seluruh hidupmu.

"Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan ridha dan diridhai. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku."
(QS. Al-Fajr: 27).

Maukah kau menyusun proposal hidupmu mulai hari ini? Jangan tunda. Karena waktu tidak menunggu siapa pun.

Dr. Nasrul Syarif, M.Si
Penulis Buku dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo

Opini

×
Berita Terbaru Update