Tintasiyasi.ID -- Farid Wadjdi, Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS), memaparkan pernyataan langsung dan eksplisit dari Abolhassan Bani Sadr, Presiden pertama Iran pascarevolusi, yang mengungkapkan adanya komunikasi dan kesepahaman antara Khomeini dan Amerika Serikat sebelum dan saat Revolusi Islam Iran 1979.
“Ada pernyataan langsung dan
eksplisit dari Abolhassan Bani Sadr, Presiden pertama Iran pascarevolusi, yang
mengungkapkan adanya komunikasi dan kesepahaman antara Khomeini dan Amerika
Serikat sebelum dan saat Revolusi Islam Iran 1979,” lugasnya kepada TintaSiyasi.ID,
Jumat (27/06/2025).
Pertama, pernyataan
Langsung Bani Sadr bahwa Khomeini berkoordinasi dengan AS. “Dalam berbagai
wawancara, termasuk dengan surat kabar Prancis Le Monde dan media Barat
lainnya (1980-an dan 1990-an), Bani Sadr mengatakan, ‘Ketika saya bergabung
dengan Khomeini di Neauphle-le-Château (Prancis), saya tahu bahwa delegasi dari
Washington telah bertemu dengan para pembantu dekat Khomeini. Mereka ingin
memastikan bahwa kepentingan mereka tidak akan terganggu jika revolusi berhasil,”
sebutnya.
Lanjut dikatakan, dalam
pernyataan lainnya disebutkan, “Amerika Serikat berusaha menyelamatkan
kepentingannya di Iran. Karena Shah tidak lagi dapat mempertahankan stabilitas,
mereka membuka jalur dengan para ulama. Khomeini menjanjikan tidak akan
mengganggu kepentingan Amerika.”
Kedua, dokumen CIA dan testimoni
Bani Sadr. “Pada tahun 2016, sejumlah dokumen CIA yang dideklasifikasi
mengonfirmasi bahwa utusan Khomeini mengirim surat ke pemerintah AS
(pemerintahan Carter) pada akhir 1978—mengungkap bahwa Khomeini "tidak
memusuhi kepentingan Amerika dan tidak ingin memotong hubungan," bebernya.
Ia mengatakan, Bani Sadr menyebut
hal itu sebagai bentuk pengkhianatan terhadap semangat revolusi rakyat, karena
rakyat mengira revolusi adalah untuk memutus ketergantungan pada imperialis,
namun di balik layar, kompromi sedang berlangsung.
“Khomeini menggunakan retorika
anti-Barat secara publik, tetapi secara diplomatik mengatur jalan masuk ke
kekuasaan dengan jaminan untuk Barat,” tegasnya.
Ketiga, kutipan Bani Sadr
tentang "Iran-America Deal" (perjanjian diam-diam). "Sudah ada deal
diam-diam antara Khomeini dan AS sebelum revolusi. Mereka membutuhkan satu sama
lain: Amerika butuh stabilitas baru setelah kegagalan Shah, dan Khomeini butuh
lampu hijau untuk masuk Iran dan memimpin. Termasuk pernyataan Bani Sadr dalam
wawancara dengan Channel 4 (UK), 1982,” ulasnya.
Keempat, Bani Sadr dilengserkan
karena membongkar hal itu. “Setelah menjadi Presiden, Bani Sadr berselisih
dengan Khomeini yang disebabkan penolakan keras terhadap sistem Wilāyat
al-Faqīh, menentang penangkapan dan pembunuhan lawan politik, membongkar
komunikasi rahasia Khomeini dengan AS dan Prancis,” bebernya.
“Akibatnya, dia dilengserkan
tahun 1981 dan hidup dalam pelarian di Prancis,” tandasnya.