Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Kesepahaman Khomeini-AS? Begini Pernyataan Abolhassan Bani Sadr (Dinamika Hubungan Iran-Israel – Bagian 4)

Minggu, 29 Juni 2025 | 11:44 WIB Last Updated 2025-06-29T04:44:35Z

Tintasiyasi.ID -- Farid Wadjdi, Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS), memaparkan pernyataan langsung dan eksplisit dari Abolhassan Bani Sadr, Presiden pertama Iran pascarevolusi, yang mengungkapkan adanya komunikasi dan kesepahaman antara Khomeini dan Amerika Serikat sebelum dan saat Revolusi Islam Iran 1979.

 

“Ada pernyataan langsung dan eksplisit dari Abolhassan Bani Sadr, Presiden pertama Iran pascarevolusi, yang mengungkapkan adanya komunikasi dan kesepahaman antara Khomeini dan Amerika Serikat sebelum dan saat Revolusi Islam Iran 1979,” lugasnya kepada TintaSiyasi.ID, Jumat (27/06/2025).

 

Pertama, pernyataan Langsung Bani Sadr bahwa Khomeini berkoordinasi dengan AS. “Dalam berbagai wawancara, termasuk dengan surat kabar Prancis Le Monde dan media Barat lainnya (1980-an dan 1990-an), Bani Sadr mengatakan, ‘Ketika saya bergabung dengan Khomeini di Neauphle-le-Château (Prancis), saya tahu bahwa delegasi dari Washington telah bertemu dengan para pembantu dekat Khomeini. Mereka ingin memastikan bahwa kepentingan mereka tidak akan terganggu jika revolusi berhasil,” sebutnya.

 

Lanjut dikatakan, dalam pernyataan lainnya disebutkan, “Amerika Serikat berusaha menyelamatkan kepentingannya di Iran. Karena Shah tidak lagi dapat mempertahankan stabilitas, mereka membuka jalur dengan para ulama. Khomeini menjanjikan tidak akan mengganggu kepentingan Amerika.”

 

Kedua, dokumen CIA dan testimoni Bani Sadr. “Pada tahun 2016, sejumlah dokumen CIA yang dideklasifikasi mengonfirmasi bahwa utusan Khomeini mengirim surat ke pemerintah AS (pemerintahan Carter) pada akhir 1978—mengungkap bahwa Khomeini "tidak memusuhi kepentingan Amerika dan tidak ingin memotong hubungan," bebernya.

 

Ia mengatakan, Bani Sadr menyebut hal itu sebagai bentuk pengkhianatan terhadap semangat revolusi rakyat, karena rakyat mengira revolusi adalah untuk memutus ketergantungan pada imperialis, namun di balik layar, kompromi sedang berlangsung.

 

“Khomeini menggunakan retorika anti-Barat secara publik, tetapi secara diplomatik mengatur jalan masuk ke kekuasaan dengan jaminan untuk Barat,” tegasnya.

 

Ketiga, kutipan Bani Sadr tentang "Iran-America Deal" (perjanjian diam-diam). "Sudah ada deal diam-diam antara Khomeini dan AS sebelum revolusi. Mereka membutuhkan satu sama lain: Amerika butuh stabilitas baru setelah kegagalan Shah, dan Khomeini butuh lampu hijau untuk masuk Iran dan memimpin. Termasuk pernyataan Bani Sadr dalam wawancara dengan Channel 4 (UK), 1982,” ulasnya.

 

Keempat, Bani Sadr dilengserkan karena membongkar hal itu. “Setelah menjadi Presiden, Bani Sadr berselisih dengan Khomeini yang disebabkan penolakan keras terhadap sistem Wilāyat al-Faqīh, menentang penangkapan dan pembunuhan lawan politik, membongkar komunikasi rahasia Khomeini dengan AS dan Prancis,” bebernya.

 

“Akibatnya, dia dilengserkan tahun 1981 dan hidup dalam pelarian di Prancis,” tandasnya.

 

Kelima, buku Bani Sadr My Turn to Speak (Giliran Saya Bicara). “Dalam bukunya ini, ia menguraikan bahwa Khomeini sebenarnya tidak menentang AS secara prinsip, tetapi secara taktis. Sejumlah kesepakatan dibuat antara pihak Khomeini dan pejabat AS melalui mediasi Prancis,” pungkasnya.[] Rere

Opini

×
Berita Terbaru Update