"Barat (AS dan Eropa) sedang
memainkan narasi seolah-olah Iran memiliki senjata nuklir. Narasi ini digunakan
sebagai legitimasi untuk menginvasi, sama halnya Barat menginvasi Irak dengan
menggunakan narasi senjata biologis atau berbahaya," rilisnya di akun Facebook
Chandra Purna Irawan, Sabtu (21/06/2025).
Chandra mengatakan, ramai diskusi di
media sosial X memperdebatkan apakah Iran memiliki senjata atau rudal
nuklir, ataukah hanya isu yang dibangun Barat.
"Apabila kita menyimak diskusi
di media sosial X untuk lokasi USA dan Eropa, ramai perdebatan apakah
Iran memiliki senjata atau rudal nuklir? Ataukah Iran memiliki senjata nuklir
hanyalah isu yang dibangun Barat?" simaknya.
Menurutnya, banyak pihak yang
meragukan bahwa Iran memiliki senjata atau rudal nuklir. "Mari kita simak
pernyataan Kepala IAEA yaitu Rafael Grossi said," ajaknya.
Kemudian Chandra mengutip pernyataan
Pernyataan Rafael Grossi, pada acara International Atomic Energy Agency
(IAEA) di Wien, Austria, pada 9 Juni 2025, ”We Did Not Have Any Proof” of
Iran Building Nuclear Weapon”. “We did not have any proof of a
systematic effort to move into a nuclear weapon,”.
Ia menegaskan, tidak seorang pun
dapat memastikan apakah Iran memiliki senjata nuklir. "IAEA baru-baru ini memeriksa situs
nuklir Iran, tidak ada bukti yang menunjukkan Iran sedang mengembangkan bom,
hanya ada tenaga nuklir sipil," imbuhnya.
"Barat mencoba melakukan
perubahan rezim di Iran, bermaksud meruntuhkan Republik Islam Iran yang
dianggap menjadi ancaman terhadap Israel dan beberapa kepentingan Barat,"
sebutnya.
Hal ini ia katakan, terkonfirmasi
dari pernyataan Riza Pahlevi yang menyatakan ”sayin' the Islamic Republic's
done, like it's fallin’ apart for real. He's callin' all Iranians to link up,
stand strong, and take back the country. Word is, we gotta come together, no
cap, to build a new vibe—free and democratic. He’s ready to roll with the
people soon.”
"Artinya, ‘Mengatakan Republik
Islam sudah tamat, seolah-olah benar-benar hancur. Dia menyerukan semua warga
Iran untuk bersatu, berdiri teguh, dan merebut kembali negara. Katanya, kita
harus bersatu, tanpa batas, untuk membangun suasana baru—bebas dan demokratis.
Dia siap untuk segera beraksi dengan rakyat.’,” sitatnya.
Chandra menceritakan bahwa Riza
Pahlavi adalah putra mahkota terakhir Iran dari Dinasti Pahlavi. “Lahir pada
tanggal 31 Oktober 1960 dan merupakan putra dari Mohammad Reza Pahlavi, Syah
(Raja) terakhir Iran sebelum Revolusi Islam tahun 1979. Reza Pahlavi saat ini
tinggal di pengasingan di dekat Washington D.C., Amerika Serikat,"
tutupnya.[] Lanhy Hafa