TintaSiyasi.id -- Menanggapi acara ILC (Indonesia Lawyers Club) yang digawangi oleh Karni Ilyas mengundang pembicara pro-Israel Monique Rijkers, Chairman of The International Muslim Lawyers Alliance Chandra Purna Irawan, S.H., M.H., mengatakan, media tidak ada alasan untuk mengundang sosok pembela Israel ini.
"Mempertimbangkan posisi tersebut, seharusnya media tidak ada alasan untuk mengundang sosok pembela Israel ini," terangnya di akun Instagram chandrapurnairawan, Sabtu (28/6/2025).
Ia menegaskan, meski dengan alasan edukasi, dan keberimbangan, dengan menghadirkan Monique Rijkers, perlu diingat bahwa tidak ada yang bisa menjamin bahwa bangsa Indonesia tidak ada yang tersesat oleh narasi-narasi yang pro-Israel yang selalu dipropagandakannya.
"Jika Indonesia dan para awak media konsisten dengan sikap bahwa Israel adalah penjahat, perampok, dan pelaku genosida maka, tidak ada alasan pendukung kejahatan diberikan tempat untuk membela para penjahat dan penjajah tersebut," tambahnya.
Ia menyayangkan, kehadiran Monique Rijkers dalam berbagai acara yang terkait dengan perang Gaza dalam dua tahun terakhir di berbagai media nasional adalah sebuah pelanggaran terhadap semangat konstitusi kita dalam berbangsa dan bernegara.
"Dengan hadirnya Monique sang pendukung Zionis, akan menimbulkan rasa sakit hati, kemarahan, bahkan berpotensi menimbulkan kebingungan bagi rakyat Indonesia. Tidak menutup kemungkinan, ada banyak juga yang jadi simpati terhadap Israel dan mendukung Israel. Ini jelas nyata - nyata adalah pelanggaran terhadap konstitusi kita yang anti penjajahan," cecarnya.
Mungkin, ia mengatakan, hanya sekedar diskusi, tetapi perlu diingat mengakomodasi narasi pro-penjajah secara politis berarti memberikan kesempatan penjajah dan para pendukungnya untuk menjustifikasi kejahatan yang mereka lakukan.
"Seharusnya media bisa bersikap jelas dan lantang serta detail terkait dengan keberpihakan terhadap konstitusi kita dan semangat pembelaan terhadap Palestina serta tidak bersikap ganda," tegasnya.
"Kita mesti malu kepada Palestina, Palestina merupakan salah satu negara pertama yang mengakui Indonesia sebagai negara merdeka secara de facto," jelasnya.
Ia menambahkan, pengakuan ini disebarluaskan ke seluruh dunia oleh seorang mufti besar Palestina, Syekh Muhammad Amin Al-Husaini. Pasca-mengakui Indonesia merdeka, mufti besar Palestina Syekh Muhammad Amin Al-Husaini dan Muhammad Ali Taher, saudagar kaya Palestina, menyiarkan dukungan rakyat Palestina terhadap kemerdekaan Indonesia. Dukungan tersebut disebarluaskan melalui radio berbahasa Arab di Berlin, Jerman.[] Alfia Purwanti