“Dalam Islam sendiri memang
ditekankan bahwa pengetahuan agama dalam pengelolaan nafsu itu sangat penting.
Mengapa? Karena agama berfungsi sebagai panduan bagi manusia untuk menjalani
hidup sesuai dengan aturan Allah Swt.,” ujarnya dalam program Open Circle
Seri Ratu Hatiku dengan judul HIV Meningkat: Apa Sudah Jadi Pada Anak Muda?,
Sabtu (21/06/2025).
Ia menjelaskan bahwa dengan
pengetahuan agama, kebutuhan biologis dan naluri manusia diatur sesuai dengan
fitrahnya sebagai hamba Allah Swt.
“Dengan pengetahuan agama inilah
segala kebutuhan biologis dan kecenderungan naluri manusia itu dipenuhi sesuai
dengan fitrah penciptaannya sebagai manusia,” jelasnya.
Ia mengutip data statistik dari
laporan pemantauan AIDS Global (Malaysia) tahun 2024, yaitu 90 persen dari
85.283 penderita HIV di Malaysia merupakan laki-laki dan didapati berasal dari
hubungan seks sesama jenis (homoseksual).
“Ini yang kita khawatirkan. Kalau
dulu HIV itu banyak ditularkan melalui penggunaan jarum suntik di kalangan
pecandu narkoba, ya kan? Dulu kampanye jangan berbagi jarum suntik itu sangat
gencar. Sekarang ini kasus-kasus HIV banyak ditemukan di kalangan laki-laki
yang berasal dari hubungan seks sesama jenis, yaitu homoseksual,” ungkapnya.
Tambahnya lagi, penyebaran infeksi
HIV di kalangan pelajar juga sangat mengkhawatirkan karena mereka adalah
generasi yang diharapkan untuk memimpin negara di masa depan.
“Peningkatan infeksi HIV masih belum
menunjukkan tanda-tanda akan mereda. Malah menunjukkan situasi yang lebih parah
ketika melibatkan kalangan pelajar yang seharusnya fokus pada pembelajaran demi
membangun generasi pemimpin yang berkualitas di masa depan,” katanya.
Syamsiyah berbagi solusi Islam
terkait hal itu, “Potensi akal pemberian Allah Swt. harus digunakan untuk
membedakan antara yang benar dan yang salah, serta merenungi hakikat penciptaan
manusia dan menyadari bahwa setiap amal di dunia akan diperhitungkan di
akhirat.”
“Agamalah yang memandu kita, yang
memberitahu kita apa yang benar, apa yang salah. Anak muda juga perlu diajak
berpikir tentang tiga pertanyaan utama dalam kehidupan seseorang manusia, yaitu
dari mana ia diciptakan, untuk apa ia diciptakan di dunia, dan ke mana ia akan
pergi setelah mati,” jelasnya.
Namun menurutnya, pengelolaan nafsu
pada skala individu saja tidak akan berhasil karena selain masalah perilaku
individu, paham liberalisme juga telah memengaruhi pemikiran individu hingga
merasa bebas untuk bertingkah laku.
“Jadi, kalau pengelolaan nafsu dalam
diri individu tidak cukup, bagaimana kita bisa memastikan masalah ini
diselesaikan dengan cara yang baik? Maka negara sebagai pengurus rakyat wajib
melindungi rakyatnya dari bahaya pemikiran ini dan akibat-akibatnya. Negara
sebagai penjaga umat wajib menjaga agama setiap individu rakyatnya agar tetap
dalam ketakwaan kepada Allah Swt.,” jelasnya.
Empat Langkah Negara
Pertama, proses
mendidik rakyat untuk memahami syariat Islam dengan benar agar mereka
menjadikan syariat Islam sebagai pegangan hidup.
“Kalau pemerintah bisa melakukan
kampanye HIV dengan efektif sampai masuk ke sekolah-sekolah,
universitas-universitas, seharusnya mereka juga bisa melakukan kampanye
pendidikan tentang syariat Islam, tentang haramnya homoseksual, lesbian,
biseksual, transgender termasuk zina,” katanya.
Kedua, mengatur
pergaulan antara laki-laki dan perempuan dengan baik. “Negara wajib menutup
semua pintu-pintu yang memungkinkan laki-laki dan perempuan bergaul bebas,”
tegasnya.
Ketiga, menguasai
media dengan memblokir semua media cetak atau elektronik yang menampilkan
materi-materi yang merusak pemikiran dan perilaku.
“Dokter spesialis itu mengatakan
bahwa menghindari pornografi adalah salah satu hal yang sangat penting dalam
mengatur nafsu. Masalahnya, bagaimana bisa menghindar kalau konten itu sangat
mudah diakses?” tanyanya.
Keempat, menjatuhkan
hukuman kepada siapa pun yang melanggar syariat Allah Swt.. “Negara akan
menjatuhkan hukuman sebagai penebus dosa mereka dan sebagai pencegah bagi orang
lain, sehingga orang akan takut, karena kalau melanggar akan dihukum,” katanya.
Ia menyimpulkan bahwa sebagai panduan
hidup, Islam mampu mencegah seseorang dari perbuatan keji dan mungkar.
“Islam dijadikan panduan hidup
manusia yang mampu mencegah manusia dari melakukan perbuatan keji dan mungkar,
sekaligus mencegah penyakit,” pungkasnya.[] Rahmah