TintaSiyasi.id -- Cendekiawan Muslim Ismail Yusanto menjawab terkait pertanyaan tetang apakah syariat Islam cocok diterapkan di Indonesia yang heterogen.
"Syariat Islam cocok untuk diterapkan di Indonesia yang heterogen. Dalam masyarakat Islam di dalam sejarahnya tidak ada yang tidak heterogen. Ketika Islam pertama kali tegak di Madinah di sana masyarakatnya heterogen," ujarnya di kanal YouTube UIY Official: Awalnya Menolak Syariah, Kenapa? Rabu (28/5/2025).
Di Madinah lanjutnya ada Islam, ada Rasullullah Saw yang memimpin, ada hidup orang-orang Yahudi dan Nasrani begitu juga Spanyol 700 tahun bahkan para sejarah menyebut Spanyol in three religion. Kemudian ketika Islam berkuasa di Konstantinopel atau menguasai Konstantinopel di bawah Khilafah Utsmani juga heterogen.
"Bahkan, sebenarnya kalau kita mau jujur secara statistik di Indonesia itu anggap 85 persen itu disebut sebagai homogen sebenarnya. 85 persen karena ini cuma 15 persen, gitu. Tetapi anggaplah misalnya itu heterogen tetap saja enggak ada soal, karena Islam itu punya kemampuan untuk mengatur masyarakat heterogen," jelasnya.
UIY menegaskan bahwa sebenarnya Islam yang mengatur seluruh masyarakat baik Muslim maupun non Muslim. Karena Islam memang diturunkan untuk seluruh umat manusia.
"Nah, itu yang lupa, seolah-olah Islam itu hanya diturunkan untuk Muslim. Karena itu, hal-hal dasar, misalnya Nabi Muhammad itu Nabi untuk seluruh umat manusia itu perlu dijelaskan. Nabi itu kan dikatakan oleh Allah
Wa ma arsalnaka illa kaffatan lilnnasi, tidaklah Ku-utus kamu, kecuali untuk seluruh umat manusia. Bahkan di ayat lain disebut ya ayyuhannas wahai sekalian manusia inni Rasulullah ilaikum jami'ah, sesungguhnya aku ini utusan Allah untuk kalian semua," paparnya.
UIY melanjutkan, Al-Qur'an pun disebut hudallinnas petunjuk bagi manusia bukan hudalil muttaqin saja atau hudalil mukminin. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada memang bagian-bagian tertentu yang eksklusif hanya untuk umat Islam, seperti soal ibadah, akidah, akan tetapi ada juga yang bisa berlaku umum, misalnya soal-soal ekonomi, politik, sosial, budaya, pendidikan dan sebagainya. Semuanya dipastikan akan membawa kebaikan bagi seluruh manusia.
"Nah, hal-hal begini ini yang memang perlu penjelasan dan itu jarang dipahami. Akibatnya kemudian muncul pertanyaan-pertanyaan kayak gitu seolah-olah Islam itu ya tidak pas atau tidak cocok untuk masyarakat heterogen," pungkasnya.[] Nabila Zidane